Iklim kerja dan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Madubaru Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta
NASRULLAH, Prof.Dr.dr. Adi Heru Sutomo, M.Sc
2006 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Kerja (Kesehatan Kerja)Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi yang dihasikan dari lingkungan kerja yang merupakan salah satu faktor yang cukup dominan pengaruhnya terhadap kinerja sumber daya manusia, bahkan pengaruhnya tidak saja terbatas pada kinerja, tetapi dapat lebih jauh lagi yaitu pada kondisi kesehatan dan keselamatan kerja. Hasil pengukuran Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Yogyakarta Tahun 2004 di P.T Madu Baru Pabrik Gula Madukismo untuk pengukuran iklim kerja menunjukkan bahwa pada lokasi pemurnian 32,1 °C, penguapan 31,6 °C, kristalisasi 34,3 °C dan puteran 31,4 °C dengan beban kerja ringan dan bila dibandingkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) untuk tekanan panas dengan parameter Indeks Suhu Basah Bola (ISBB) ditempat kerja adalah sebesar 30 °C, ini menunjukkan bahwa hasil yang didapat di setiap lokasi yang diukur sudah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian Instalasi P.T. Madu Baru Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Untuk mengukur iklim kerja dilakukan dengan Indeks Suhu Basah bola (ISBB) sedangkan kelelahan kerja dilakukan dengan dua alat ukur yaitu Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) dan Reaction Timer. Subyek penelitian adalah pekerja tetap bagian Instalasi P.T. Madu Baru Pabrik Gula Madukismo yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 47 orang Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel iklim kerja dengan KAUPK2 memiliki hubungan yang signifikan karena p < 0,05 (p = 0,000). Dengan demikian bisa dikatakan terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja berdasarkan KAUPK2 di P.T. Madu Baru Pabrik Gula Madukismo. Demikian halnya dengan kelelahan kerja menggunakan alat ukur Reaction Timer menunjukkan adanya hubungan yang signifikan juga (p < 0,05, yakni p = 0,000) antara iklim kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja berdasarkan Reaction Timer di P.T. Madu Baru Pabrik Gula Madukismo. Prediksi variable iklim kerja dalam penelitian ini mampu memberikan kontribusi sebesar 32,8% ( dari nilai R2 sebesar 0,328 ) terhadap kelelahan kerja pada pekerja berdasarkan KAUPK2 di P.T. Madu Baru Pabrik Gula Madukismo. Selanjutnya iklim kerja memberikan kontribusi sebesar 43% ( dari nilai R2 sebesar 0,430 ) terhadap kelelahan kerja pada pekerja berdasarkan Reaction Timer.
Work climate is a combination of temperature, humidity, air circulation and radiation produced from work environment which is a dominant factor affecting performance of human resources. Even it affects not only performance but also condition of occupational health. Result of measurement made by Office of Occupational Health in 2004 at PT. Madubaru Sugar Factory, Madukismo on work climate showed that the temperature at the location of refinery was 32.1oC, evaporation was 31.6oC, crystallization was 34.3oC and rotation was 31.4oC with light workload. The minister of Manpower Decree No. 51,1999 about limit value indicates that heat pressure with parameter of ball wet temperature index should be 30oC. This means that the result of measurement obtained from each location is above the permitted limit value. The objective of the study was to find out association between work climate and fatigue among workers of installation department at PT. Madubaru Sugar Factory Madukismo Yogyakarta. The study used cross sectional design. Ball wet temperature index was used to measure work climate, whereas questionnaire of fatigue feeling measurement tool and Reaction Timer were used to measure fatigue. Subject of the study were as many as 47 permanent workers of installation department at PT. Madubaru Sugar Factory Madukismo who fulfilled inclusion criteria. The result of the study showed that variables of work climate and questionnaire of fatigue feeling measurement tool had significant relationship because p<0.05 (p=0.000). Therefore there was significant relationship between work climate and fatigue among workers based on questionnaire of fatigue feeling measurement tool at PT. Madubaru Sugar Factory Madukismo. Based on fatigue score using Reaction Timer there was also significant relationship between work climate and fatigue among workers with p<0.05 (p=0.000). Prediction of work climate variable in this study contributed as much as 32.8% (from R2 = 0.328) to fatigue among workers based on questionnaire of fatigue feeling measurement tool at PT. Madubaru Sugar Factory Madukismo. Work climate also contributed as much as 43% (from R2 = 0.430) to fatigue among workers based on Reaction Timer.
Kata Kunci : Kesehatan Kerja,Iklim Kerja,Kelelahan, Work Climate, Fatique, Reaction Timer