Modernisasi pola pertambakan udang :: Studi perubahan kultur pertambakan masyarakat Seruway, Aceh Tamiang
ANDAYANI, Sri Lestari Wuri, Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra
2005 | Tesis | S2 AntropologiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Perubahan-perubahan yang terjadi pada pertambakaan tradisional akibat adanya modernisasi tambak ; (2) Pola hubungan yang terjadi antara petani dan pengusaha tambak dalam kultur pertambakan modern ; (3) Pola hubungan yang terjadi antara petani dan pengusaha tambak dengan lingkungan sosial tambak dalam kultur pertambakan modern ; (4) Strategi-strategi apa yang digunakan oleh petani dan pengusaha tambak dalam merespon perubahan-perubahann dalam bertambak untuk memaksimalkan hasil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modernisasi pertambakan telah mengakibatkan perubahan dalam kultur bertambak yang selama ini ada yaitu dari kultur bertambak tradisional kepada kultur bertambak modern. Modernisasi pertambakan di Sungai Kuruk Tiga telah membawa pengetahuan baru bagi penduduk tentang jenis udang dan ikan yang dapat dipelihara di tambak yaitu udang teger (Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos). Perubahan lain akibat modernisasi pertambakan terjadi pada (1) sistem penguasaan lahan, (2) lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial tambak, (3) sistem ketenagakerjaan, (4) sistem produksi tambak, (5) sistem pemasaran hasil dan (6) keamanan. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa modernisasi pertambakan telah menyebabkan perubahan pada pola hubungan antara petani dengan pengusaha tambak. Pola hubungan tersebut dapat berlangsung secara informal maupun formal. Hubungan secara informal dicirikan dengan bentuk kekeluargaan dan saling tolo ng menolong. Sedangkan hubungan yang bersifat formal dicirikan dengan bentuk hubungan yang kaku, atau hanya sebatas saling menganggukkan kepala pada saat bertemu. Meskipun di antara mereka terjadi hubungan yang sangat formal, tetapi tidak sampai menjurus ke hubungan yang bersifat persaingan. Modernisasi pertambakan juga telah menyebabkan perubahan pada pola hubungan antara petani dan pengusaha tambak dengan lingkungan sosial tambak yang terdiri dari pekerja tambak, penduduk desa, aparat desa, dan aparat keamanan pedagang sarana tambak, pabrik pakan udang, agen pakan udang, pemilik pembibitan udang dan agen bibit udang. Pola hubungan antara pekerja tambak dengan petani dan pengusaha tambak yang semula bersifat kekeluargaan dan saling tolong menolong (ngerayo) pada tambak tradisional berubah menjadi bersifat professional-kekeluargaan pada tambak modern. Perubahan tersebut berlangsung secara gradual. Hubungan yang terjalin antara petani dan pengusaha tambak dengan penduduk desa, aparat desa maupun aparat keamanan pada kultur pertambakan modern dapat berlangsung secara informal maupun formal. Hubungan informal dapat disebabkan karena adanya faktor kekerabatan, ketetanggaan, atau pertemanan di antara mereka. Salah satu contoh hubungan informal tersebut adalah saling bertegur sapa pada saat bertemu di mana saja, atau saling memenuhi undangan. Sedangkan contoh hubungan formal adalah saling berurusan hanya pada saat ada kepentingan. Modernisasi pertambakan juga telah menyebabkan pola hubungan antara petani dan pengusaha tambak dengan pemasok bahan kebutuhan tambak yaitu pabrik atau agen pakan udang, pemilik pembibitan udang atau agen benur, toko saprodi terjalin menjadi hubungan langganan. Hal ini karena di antara mereka diikat oleh kepentingan saling membutuhkan dan saling mempercayai. Hubungan langganan tersebut menjadi melemah bahkan hilang pada saat salah satu pihak merasa dirugikan, misalnya pada saat banyak petani dan pengusaha tambak banyak mengalami kegagalan panen. Pada kultur pertambakan modern, kerugian yang diderita oleh petani dan pengusaha tambak akibat kegagalan panen tidak ditanggung sendiri, tetapi mereka bagi kepada pihak-pihak lain yang ikut terlibat dalam proses produksi tambak udang yaitu pabrik pakan, pemilik pembibitan udang, agen pakan, agen benur, toko saprodi tambak dan bahkan pekerja. Gambaran tentang dibaginya kerugian yang dialami oleh para petani dan pengusaha tambak kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses produksi tambak tersebut saya sebut dengan kerugian yang terbagi (shared los s). Strategi yang dilakukan oleh petani dan pengusaha tambak untuk memaksimalkan hasil akibat adanya perubahan dari kultur bertambak tradisional ke kultur bertambak modern adalah dengan mengatasi masalah yang ada. Masalah utamanya adalah kegagalan panen dan gangguan keamanan. Strategi untuk mengurangi resiko kegagalan panen adalah dengan merubaha pola bertambak dari intensif ke semi intensif atau kembali ke teknologi bertambak tradisional. Sedangkan strategi untuk mengurangi gangguan keamanan adalah dengan (1) menjaga tambak siang dan malam ; (2) membangun hubungan baik dengan lingkungan sosial tambak, yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses produksi tambak, yaitu penduduk desa, aparat desa Sungai Kuruk Tiga dan desa-desa sekitar yang berdekatan dengan lokasi tambak, dan aparat keamanan yaitu TNI/Polri, dan juga kadang-kadang dengan GAM ; (3) memberi sumbangan dana yang diminta oleh TNI/Polri maupun GAM. Bagi pengusaha tambak modern, selain langkah- langkah tersebut, untuk menjaga keamanan tambaknya dari gangguan pencuri, masih harus mempekerjakan anggota TNI/Polri. Langkah ini tidak dilakukan oleh petani tambak tradisional. Efektifitas strategi-strategi tersebut ternyata sangat dipengaruhi oleh skala usaha tambak. Strategi-strategi tersebut cuk up efektif pada pertambakan tradisional yang tampak dari tidak adanya petani tradisional yang terdesak keluar dari usaha tambaknya. Sedangkan pada pertambakan modern, strategi-strategi tersebut tidak dapat bekerja secara efektif. Hal ini dapat diamati dari banyaknya pengusaha tambak yang menutup usaha tambaknya.
The aim of research is to learn (1) the change in traditional brackish water pond due to modernize one; (2) Pattern of relation between farmer and entrepreneur in modernized brackish water pond culture; (3) Pattern of relation between farmer and entrepreneur of the brackish water pond and social milieu of the pond in modernized brackish water pond culture; (4) The strategies used bay the farmer and entrepreneur on modernized brackish water pond in responding the change of the system so that the out put will be maximum. The result of this research shows the process of modernization in brackish water pond produce some change in the culture of the brackish water pond, i.e. from traditional culture to modernized one. Modernized system of brackish water pond in Sungai Kuruk Tiga bring new knowledge for the community on the variety of shrimps and fishes suitable for brackish water pond, i.e. tiger shrimp (Penaeus monodon) and ikan bandeng (Chanos chanos). Other change caused bay modernized system in brackish water pond can be seen in (1) the system of getting the land for the pond, (2) the surrounding, physical and social surrounding, (3) labor system, (4) production system of the brackish water pond, (5) marketing system and (5) security system. This research also shows that modernized brackish water pond cause the change of the pattern of relation between farmer and entrepreneur of brackish water pond. The relation happened formally and informally. Informal relation can be seen in the form of familiarity. While the formal relation colour with stiff and formal relation. Sometimes they only nodded when they see each other. Even though their relation is so formal, it never turn to harsh relation. Modernized brackish water pond also cause the change in the pattern of relation between farmer and entrepreneur of brackish water pond with the social milieu of the pond, among the pond’s labor, the community around the ponds, leader of the society, security (TNI/Polri), trader of pond’s gear, the factory of shrimp food, distributor of shrimp food, the hatchery and distributor shrimp larvae. The pattern of relation between the farmer and the entrepreneur of the brackish water pond change from relation with familiarity and easily help each other to professional-familiarity relation. The changes happened gradually. The relation among the farmer and the entrepreneur of brackish water pond and local community, its leader and security (TNI/Polri) in modernized brackish water pond system both formal and informal. Informal relation happened because of kinship, familiarity and friendship among them. In the informal relationship they come to pay visit among them, especially in family gathering. In the formal relationship they only come for business. Modernized system also cause the pattern of relation among the farmer and the entrepreneur of the brackish water pond the supplier of pond’s gears, i.e. the factory of shrimp food and its distributor, the owner of the hatchery, distributor of the shrimp larvae, shop of material and equipment shrimp production became regular customers. They become regular customers because they bind with same interest. They need each other. They need to trust each other. The relation weakened when one of the parties feel that give much and received so little, especially in time of loss. In modernized brackish water pond culture, the loss of the farmer and the entrepreneur of the pond due to worst harvest is not only loss of the farmer and the entrepreneur but also become the loss of the parties tied in the whole process of the system, from factory of the shrimp’s food, distributor of shrimp food, the owner hatchery, distributor of the shrimp larvae, shop of material and equipment shrimp production, and even the laborers. The loss that is shared among those who bind in the whole system is called shared loss. The strategy used by the farmer and entrepreneur of brackish water pond to booster the maximum production due to modernized system is by overcome the problem. The worst problems are poor harvest and security problems. To overcome poor harvest the farmer shift from intensive system to semi intensive or go to back to traditional system. Meanwhile to overcome the security problems the farmer take two actions (1) put some personals day and night to guard the pond; (2) build up o good relationship with people living around the ponds, i.e. the local community members, and leaders of Sungai Kuruk Tiga village and some near by villages; and also with TNI and Polri personals, sometimes also GAM. Some entrepreneur hires TNI and Polri personals to guard the ponds. This way is not taken by traditional farmers. The effectiveness of the strategies depends on the scale of the pond’s business. The strategy runs well for the traditional systems. None of the tradit ional farmers leaving their business prove it, but for modernized system pond this strategy fails. Many entrepreneurs go bankrupt.
Kata Kunci : Pertambakan Udang,Modernisasi,Perubahan Kultur, brackish water pond, shrimp, culture, traditional, modern