Identifikasi perkembangan wilayah Kabupaten-kabupaten anggota Lembaga Regional Barlingmascakeb
GUNAWAN, Diah Setyorini, Drs. Lincoln Arsyad, M.Sc
2005 | Tesis | S2 Ilmu Ekonomi dan Studi PembangunanPenelitian ini menganalisis mengenai identifikasi pengembangan wilayah di kabupaten-kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi perekonomian masing-masing kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB ditinjau dari tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapitanya, mengidentifikasi sektor ekonomi unggul dan sektor ekonomi potensial serta subsektor ekonomi unggul dan subsektor ekonomi potensial di kabupaten-kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, mengetahui terdapat tidaknya perbedaan struktur ekonomi kabupaten-kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, serta mengetahui kabupaten/kota yang memiliki posisi wilayah paling menguntungkan ditinjau dari tingkat aksesibilitasnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan periode pengamatan dari tahun 1995-2002. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data produk domestik regional bruto (PDRB) dengan migas berdasarkan harga konstan tahun 1993 menurut lapangan usaha, data jumlah penduduk, data jarak antar kabupaten/kota, data jumlah pasar dan jenis pasar, data jumlah wisatawan yang menginap di hotel, data jumlah perusahaan otobis dan jumlah kendaraannya, serta data jumlah hotel. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Tipologi Klassen, analisis model rasio pertumbuhan (MRP), analisis location quotient (LQ), analisis indeks divergensi regional Krugman, dan analisis connectivity quotient (CQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten yang berada pada klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh, Kabupaten Purbalingga merupakan kabupaten yang berada pada klasifikasi daerah berkembang cepat sedangkan Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Kebumen berada pada klasifikasi daerah relatif tertinggal. Masing-masing kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, kecuali Kabupaten Cilacap, mempunyai potensi ekonomi yang relatif sama. Berdasarkan analisis indeks divergensi regional Krugman dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang besar pada struktur ekonomi antara Kabupaten Cilacap dengan kabupaten-kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB lainnya. Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Kebumen mempunyai struktur ekonomi yang relatif sama. Ditinjau dari tingkat aksesibilitas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Cilacap mempunyai tingkat aksesibilitas yang lebih tinggi daripada Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen.
The present research analyzes an identification of area development in regencies of BARLINGMASCAKEB members. It was aimed to observe an economic position of each regencies of BARLINGMASCAKEB members viewed from the growth and income level for each its capita; to identify the prime economic sector and potential economic sector, prime economic sub sector and potential economic sub sector in regencies of BARLINGMASCAKEB members; to observe exist or not the difference of economic structure the regencies of BARLINGMASCAKEB members; and observe the regency or city that has position of most profitable position viewed from its accessibility level. This research use secondary data with observation period from 1995-2002. Data used in this research includes gross regional domestic product (PDRB) with oil and gas based on the constant price in 1993, data of total resident, distance between regency/city, data of total market and kind of market, data of total tourist that stay overnight in hotel, total of corporate bus and total its vehicle, and data of total hotel. The analysis instrument use in this research is Klassen Typology analysis, growth ratio model (MRP) analysis, location quotient (LQ) analysis, Krugman’s regional divergence index analysis, and connectivity quotient (CQ) analysis. The result show that the Cilacap Regency is the regency in the fast-developed and fast-growth area classification, the Purbalingga Regency was in the fastdeveloped area classification, while Banjarnegara, Banyumas, and Kebumen Regency were in the relative-behind area classification. Each regency of BARLINGMASCAKEB members, except the Cilacap Regency, has relative equal economic potency. Based on the Krugman’s regional divergence index analysis can be known that there is a huge difference on the economic structure between the Cilacap Regency with the regencies of another BARLINGMASCAKEB members. The Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, and Kebumen Regency has relative equal economic structure. It is viewed from accessibility level, the Purbalingga, Banyumas, and Cilacap Regency have higher accessibility level than the Banjarnegara and Kebumen Regency.
Kata Kunci : Pembangunan Daerah,Pertumbuhan Ekonomi, area development, prime sector, potential sector, prime sub sector, potential sub sector, economic structure, accessibility level