Laporkan Masalah

Keterlibatan perempuan dalam politik :: STudi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan anggola legislatif perempuan di Nusa Tenggara Timur

EMU, Rambu Kareri, Drs. Bambang Purwoko, MA

2005 | Tesis | S2 Ilmu Politik (Politik Lokal dan Otonomi Daerah)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemunculan anggota legislatif perempuan yang berimplikasi pada keterlibatan politiknya di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hasilnya diharapkan menjadi masukan bagi semua pihak dalam upaya mendorong kaum perempuan untuk berpartisipasi aktif dan kontinyu atau memiliki keterlibatan dalam bidang politik. Penelitian ini adalah sebuah riset deskriptif yang bersifat eksploratif untuk menggambarkan secara detail keadaan atau fenomena sosial, yang melibatkan peneliti sendiri sebagai intrumen pengumpul data. Tekniknya, observasi dan wawancara mendalam terhadap semua legislator perempuan (10 orang) di DPRD Provinsi NTT, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang. Untuk menganalisisnya, ditempuh tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data (display) dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Rendahnya partisipasi perempuan dalam kegiatan politik ditingkat nasional maupun daerah telah mendorong kaum perempuan di Propinsi NTT untuk lebih terlibat didunia politik bersamaan dengan diterbitkannya Undang-undang tentang Pemilu 2004 yang menyebutkan adanya jaminan hukum calon legislatif perempuan minimum 30%. Peluang ini dimanfaatkan oleh kaum perempuan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah anggota legislatif perempuan di NTT yang pada pemilu 2004 menjadi 49 orang dari 11 orang pada pemilu 1999. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semua legislator perempuan berasal dari keluarga yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi dalam masyarakat, baik sebagai bangsawan lokal maupun sebagai keluarga politisi. Tingginya kedudukan sosial ini, diikuti dengan meningkatnya status ekonomi, sehingga menjadi wadah efektif bagi proses sosialisasi secara berkelanjutan, mulai dari dalam keluarga, melewati berbagai jenjang pendidikan, pekerjaan dan berbagai organisasi sosial-politik, keagamaan serta media massa. Para legislator perempuan yang telah tersosialisasi dengan baik dan berhasil, mampu menggapai kedudukan yang setara dengan laki-laki dalam berbagai lingkungan pekerjaan, lembaga dan organisasi berdasarkan kesadaran, kapabilitas dan kompetensi yang dibutuhkan. Akhirnya faktor-faktor tersebut mencapai tingkatan optimal, ketika terbuka ruang politik yaitu jaminan kuota minimal 30 % bagi caleg perempuan berdasarkan Undang-Undang yang direspons oleh Partai Politik. Dengan demikian, legislator perempuan mampu tampil dan menunjukkan diri bahwa partisipasi politik mereka bukan sesuatu yang prematur atau masih pada tingkat awal dalam realitas politik tetapi aktif dan kontinyu atau memiliki keterlibatan politik (political engagement) yang sanggup mewarnai proses demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di NTT.

This research aims to get description about factors influencing emergence of female legislators that have implication on their political engagement in province of Nusa Tenggara Timur (NTT). The result is expected to be input for all parties in efforts of encouraging women to participate or engage actively and continuously in political field. It is a descriptive explorative research to describe in detail social phenomena involving the researcher as instrument of data collection. Data was collected through observation and depth interview with all female legislators (10 women) in DPRD in NTT Province, District of Kupang and Kupang town. Analysis was done through three activity lines: data reduction, data display and verification. The low participation of women in political field in national and local level have encouraged women in NTT province to be more engaged in political field along with having effective the Law on 2004 General Election that give assurance of female legislator candidate of minimal 30%. The opportunity was used by the female group that was indicated with increase of amount of female legislator in NTT to be 49 in 2004 from 11 people in 1999. Results of the research indicate that all female legislators are from family having high social position in society, either as local noble or as politician family. The high social position, added with increased economic status, is an effective means for process of continuous socialization from family, through various educational level, occupation and some social-political organizations, religious organizations and mass media. Female legislators that have socialized well can reach position equal to men in some working environment, institution, and organization based on awareness, capability and competence. Finally, the factors reached optimal level when there was open political chance with assurance of minimal 30% quota for female legislator candidate based on the Law responded by political parties. Therefore, female legislators are able to appear and argue that their political participation is not premature matters or in early stage in political reality but it is active and continuous and they have political engagement that may color democratic process in governing administration in NTT

Kata Kunci : Politik dan Perempuan,Legislator Perempuan,Sosialisasi Politik, political engagement, political socialization, social structure, female legislator


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.