Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi oleh remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta

NADIRA, dr. Ova Emilia, M.Med.,SpOG.,Ph.D

2005 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Remaja merupakan populasi terbesar di dunia yang harus mendapat perhatian, karena masa remaja adalah masa transisi masa kritis, ditambah lagi permasalahan yang dihadapi oleh remaja remaja terutama permasalahan dengan kesehatan reproduksi, yang semakin hari semakin meningkat, khususnya permasalahan kesehatan reproduksi. remaja membutuhkan pelayanan kesehatan reproduksi namun sedikit dari remaja yang memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi. Untuk itu faktor seseorang memanfaatkan pelayanan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, pendukung dan kebutuhan. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi remaja dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan subyek penelitian remaja yang berusia 15-24 tahun yang datang berkunjung ke PKBI. Hasil:Remaja yang banyak mengunjungi pelayanan kesehatan reproduksi di PKBI adalah remaja usia 20-24 tahun 55,6%, jenis kelamin wanita 86,7%, bertempat tinggal dengan keluarga 60,0%, pendidikan tinggi 86,6% dan uang saku rendah 62,2%. Remaja lebih memilih kualitas layanan dari pada tariff yaitu sebanyak 62,2% walaupun remaja banyak memanfaatkan karena tariff murah yaitu 73,3%, remaja memanfaatkan pelayanan kerena bersifat youh friendly , yang dominan dari pelayanan youth friendly remaja memilih petugas yang tidak menyalahkan remaja yaitu 88,9%. Sesuai dengan data kualitatif alasan remaja tidak menceritakan permasalahan kepada orang tua karena remaja selalu disalahkan. Unruk jarak remaja dominan memilih pelayanan yang tidak dekat dengan rumah yaitu 82,2%. Kemudahan layanan remaja dominant memilih pelayanan yang tidak berbelit-belit 93,3%. Kesimpulan: Remaja yang dominan memanfaatkan pelayanan adalah perempuan, usia yang dominan adalah usia 20-24 tahun, tinggal dengan orang tua dan berpenghasilan rendah. Remaja menginginkan pelayanan tarif yang murah dan berkualitas, bersifat youth friendly terutama petugas yang tidak menyalahkan, jarak yang terjangkau tapi tidak terlalu dekat dengan tempat tinggal, prosedur yang mudah terutama tidak berbelit-belit dan remaja mengerti arti pentingnya kesehatan reproduksi.

Background: Teenagers are the biggest world population who need attention because teenage period is a transitional and critical period. In addition, teenagers are facing more problems nowadays, especially problems of reproductive health. Teenagers need reproductive health service, but only a few number of them utilize such a service. There are factors which affect its utilization, i.e. predisposition, support, and need factors. Objectives: The objective of the study was to identify factors related to the utilization of reproductive health service by teenagers. Methods: This was a cross sectional study, with teenagers aged between 15 – 24 years old who came to Indonesian Family Planning Club of Yogyakarta Special Territory as subject of the study. Data analysis used univariate, bivariate and multivariate techniques. Results: The majority of teenagers visiting reproductive health service were aged between 20–24 years (55.6%), female (86.7%), lived with the family (60.0%), of high education (86.6%) and had little pocket money (62.2%). Most of them (62.2%) preferred quality of service to tariff, although they utilized the service (73.3%) because of low tariff. Teenagers utilized the service because it was youth friendly, which meant that health staff (88.9) did not blame teenagers. According to qualitative data teenagers did not tell their problems to their parents because they were always blamed. With regard to distance, most of teenagers (82.2%) preferred the service which was not too close to their home. Most of teenagers (93.3%) preferred service which was simple/accessible. Conclusion: Most of teenagers who used reproductive health service were female, aged between 20–24 years, lived with their parents and of low income. Teenagers wanted cheap and of quality, youth friendly service, especially staff who did not blame them, distance of easy reach but was not too close to their home, simple procedure and they understood the importance of reproductive health.

Kata Kunci : Kesehatan Reproduksi,Remaja,Pemanfaatan Pelayanan, teenagers, service utilization, reproductive health