Mikrosporogenesis tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) dengan perlakuan Giberelin pada intensitas cahaya yang berbeda
PROBOSARI, Riezky Maya, Prof.Dr. Issirep Sumardi
2005 | Tesis | S2 BiologiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya dan perlakuan giberelin (GA3) dengan dosis yang berbeda terhadap waktu berbunga, bunga yang dihasilkan dan mikrosporogenesis pada tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) kasmogamus. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah intensitas cahaya, yaitu 100% dan 65% dari cahaya matahari dan faktor kedua adalah dosis GA3 (0, 50, 75 dan 100 ppm), masing-masing dengan 5 ulangan. Para net digunakan untuk mengurangi intensitas cahaya. Penyemprotan GA3 dilakukan ketika tanaman memasuki fase V5 (daun trifoliat berjumlah lima) dan diulangi lagi setiap satu minggu dengan volume 15 ml per tanaman. Pemanenan dilakukan sejak bunga pertama muncul sampai bunga mekar. Pembuatan sediaan awetan untuk pengamatan mikroskopik dilakukan dengan metode parafin menggunakan pewarnaan ganda safranin dan fast green. Parameter yang diamati adalah struktur morfologi dan mikroskopik bunga serta mikrosporogenesis. Struktur morfologi diamati waktu tanaman mulai berbunga, dan dihitung jumlah bunga yang dihasilkan. Pengamatan mikroskopik dilakukan untuk mengetahui jumlah antera dan proses mikrosporogenesis. Jumlah polen yang dihasilkan per antera dihitung. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (anava). Untuk mengetahui beda nyata di antara rerata kombinasi perlakuan, digunakan uji lanjut DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan giberelin dengan dosis lebih besar dari 50 ppm pada intensitas cahaya 100% menghasilkan enam antera dalam satu bunga, sedangkan pada intensitas cahaya 65%, hanya dosis 100 ppm yang dapat memberikan hasil yang sama. Perlakuan lain menghasilkan lima antera Perkembangan antera bunga lebih cepat pada intensitas cahaya 100% karena pada umur bunga yang sama (2HSA), mikrosporangia sudah bergabung membentuk dua teka sedang pada intensitas cahaya 65%, mikrosporangia masih membentuk empat lokuli. Terdapat interaksi antara pemberian giberelin dengan intensitas cahaya yang berbeda. Tanaman dengan perlakuan giberelin 100 ppm, baik pada intensitas cahaya 100% maupun 65% menunjukkan umur berbunga yang lebih pendek dan jumlah bunga serta polen per antera lebih banyak.
The aim of this stud y was to know the effects of variation in light intensity and gibberellin (GA3) treatments on the flowering time, flower production and microsporogenesis of chasmogamous soybean (Glycine max (L.) Merr.) Factorial completely randomized design with two factors were used in this experiment. The first factor was light intensity i.e. 100% and 65% of full sunlight, and the second factor was GA3 concentrations (0, 50, 75 and 100 ppm) with five replicates. Para net was used to reduce light intensity. GA3 were applied when plant growth entered V5 phase (trifoliate leaves was formed) and repeated every week as 15 ml volumes per plant. Flowers were collected when first flower begin to bloom until completely open. Permanent slides were made using paraffin methods and stained with double staining (safranin and fast green). The parameters observed were morphological and microscopical structure of flower and microsporogenesis. Morphological structure was observed when plants begin to bloom and flower production was counted. Microscopical analysis was done to find out the number of anther and microsporogenesis. Pollens grain number per anther were counted. Collected data were analyzed using analysis of variance (anova), followed by DMRT test. The results showed that all gibberellin treatment more than 50 ppm with 100% light intensity formed six anthers per flower, while in the 65% light intensity only at 100 ppm gibberellin concentration showed the same effect. All other treatments gave five anthers. Anther development in 100% light intensity was faster than in 65%, because at the same flower age (2 DAF), the microsporangia joint together and formed two thecas, while in 65% light intensity, the microsporangia were still in the form of four locules. There was an interactions between gibberellin treatment and varying light intensity. Plant treated with 100 ppm gibberelin both 100% and 65 % light intensity showed shorter flowering time and higher number of flower and pollen per anther.
Kata Kunci : Mikrosporogenesis,Tanaman Kedelai,Intensitas Cahaya, Soybean, microsporogenesis, gibberellin, light intensity.