Tingkat tutur Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa :: Analisis kontrastif
SUHERMAN, Eman, Prof.Dr. Soepomo Poedjosoedarmo
2005 | Tesis | S2 LinguistikTingkat tutur bahasa Jepang memiliki ragam sopan yang dikenal dengan Keego. Keego terdiri atas Sonkeego, Kenjoogo, dan Teeneego. Sedangkan dalam bahasa Jawa dikenal dengan sebutan Unda-Usuk. Unda-Usuk terdiri atas Ngoko (terbagi lagi menjadi Ngoko Lugu, Antya Basa, dan Basa Antya), Madya (terbagi lagi menjadi Madya Ngoko, Madyantara, dan Madya Krama), dan Krama (terbagi lagi menjadi Muda Krama, Kramantara, dan Wreda Krama). Berdasarkan hasil analisis kontrastif dalam penelitian ini diketahui bahwa antara Keego dan Unda-Usuk memiliki persamaan sekaligus perbedaan. Sebagai persamaannya di antaranya adalah tingkat tutur dalam kedua bahasa tersebut memiliki ragam untuk diri sendiri dan ragam untuk orang lain dalam rangka menghormati lawan bicara atau orang yang dibicarakan. Sebagai perbedaannya di antaranya adalah pemakaian tingkat tutur dalam bahasa Jepang mengenal konsep uchi dan soto, artinya orang Jepang akan memperhatikan dengan siapa dia berbicara, siapa yang dibicarakan. Misalnya ketika berbicara di kantor sendiri antara bawahan dan atasan ragam yang digunakan bawahan adalah ragam sopan dalam rangka menghormati atasannya, akan tetapi ketika bawahan itu berbicara dengan orang lain dari kantor yang berbeda ragam yang digunakan adalah ragam merendah (kenjoogo) sekalipun yang dibicarakannya adalah atasannya sendiri. Sedangkan dalam pemakaian tingkat tutur bahasa Jawa hal seperti tersebut tidak dikenal. Dalam masyarakat Jawa, bawahan senantiasa akan berbicara dalam ragam sopan dan hormat baik ketika berhadapan langsung dengan atasannya maupun ketika membicarakan atasannya dengan orang lain. Perbedaan yang lainnya adalah ragam Ngoko tidak ada padanannya dalam Keego. Krama Inggil dan Krama Andhap tidak termasuk dalam tingkat tutur, keduanya hanya sebatas leksikon yang memberikan variasi pada tingkat tutur yang ada, sementara Sonkeego dan Kenjoogo adalah bagian dari Keego. Pemakaian tingkat tutur dalam kedua bahasa tersebut sering terjadi kesalahan dalam pemilihan ragam bahasanya, terutama yang dilakukan kaum mudanya, kesalahan tersebut di antaranya pemakaian ragam yang seharusnya untuk orang lain dipakai untuk diri sendiri atau sebaliknya.
In Japanese speech levels, polite form is known as Keego. Keego consists of Sonkeego, Kenjoogo, and Teeneego. While in Javanese, it is called Unda-Usuk. It consists of Ngoko (divided into Ngoko Lugu, Antya Basa, and Basa Antya), Madya ( divided into Madya Ngoko, Madyantara, and Madya Krama), and Krama ( divided into Mudha Krama, Kramantara, and Wreda Krama). Based on the result of contrastive analysis used in the research, it is found out that there are similararities as well as differences between Keego and Unda-Usuk. Both of them have honorific form as well as humble forms. The difference is that in Japanese there are two concepts known as Uchi and Soto. It means that Japanese pay attention to who he is talking to and who is being discussed. For example: in the office, a subordinate will use polite form when she/ he talks to his/ her superior. However, when she/ he talks about his/ her superior to people of different office, she/ he will use the humble forms (Kenjoogo). In Javanese, a subordinate will always use polite form when she/ he talks to his/ her superior or talks about his/ her superior. Another difference is that Ngoko can not be compared to Keego. Krama Inggil and Krama Andhap do not belong to speech levels, both are lexicons giving varieties to the existing speech levels, whereas Sonkeego and Kenjoogo are parts of Keego. Users of the two languages, especially young people, find it difficult to use the appropriate speech levels. The carelessly use the forms that should be used to address other people for themselves and vice versa.
Kata Kunci : Bahasa Jepang,Tingkat Tutur,Bahasa Indonesia, Keego, Sonkeego, Kenjoogo, Teeneego, Uchi-Soto, Unda-Usuk, Ngoko, Madya, Krama,contrastive