Laporkan Masalah

Partisipasi warga Nahdliyin dalam Partai Politik dan implikasinya bagi ketahanan bidang politik di Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah

ACHSIN, Prof.Dr. Kodiran, MA

2005 | Tesis | S2 Ketahanan Nasional

Partisipasi warga dalam berpolitik menjadi instrumen penting kondisi demokrasi suatu negara. Nahdlatul Ulama sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia masih terikat dengan tradisi dan sifat paternalistik yang kuat, sehingga setiap ucapan kiai atau elite politik dipakai sebagai taushiyah(wasiat) dalam bertindak. Selama ini dalam hal politik warga Nahdliyin digiring untuk mengejawantahkan organisasi NU sebagai gerakan jama’ah (organisasi massa), dan tidak berjalan sebagai jam’iyyah (organisasi kemasyarakatan). Hanya elite politik yang memanfaatkan kuantitas warga Nahdliyin yang banyak demi kepentingan elite, sementara setelah tujuan tercapai umat Nahdliyin ditinggalkan. Untuk itu penelitian ini dilakukan guna dapat memperoleh persepsi dari warga Nahdliyin. Adapun tujuan penelitian adalah untuk melihat seberapa besar partisipasi warga Nahdliyin di daerah kabupaten Semarang dalam partai politik dan mencari implikasi aktivitas warga Nahdliyin bagi ketahanan nasional umumnya dan ketahanan daerah Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2004, dengan menggunakan keuletan dan ketangguhannya sebagai tolok ukur. Sampel diambil dari 100 responden warga Nahdliyin di kabupaten Semarang propinsi Jawa Tengah. Waktu pelaksanaan pengambilan data dari bulan Januari sampai Februari 2005 dengan mengambil kesempatan warga Nahdliyin yang sedang melakukan kegiatan pengajian, tahlilan dan mujahadah. Teknik pengumpulan data dengan mengunakan angket kemudian dianalisis dengan mengunakan Methode Delphi seperti yang dikemukakan oleh Drs.R.M. Sunardi dalam bukunya Teori Ketahanan Nasional. Metode ini merupakan cara untuk mencari konsensus terhadap realita dan fakta diantara pengamat atau ahli mengenai sesuatu hal di dalam bidangnya. Teknik ini digunakan untuk memberikan penilaian atas suatu kondisi atau sesuatu hal yang menjadi objek penelitian. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis kuantitatif Delphi menyimpulkan bahwa besar angka Ketahanan Nasional Bidang Sosial Politik (Politik) warga Nahdliyin kabupaten Semarang Jawa Tengah menunjukan nilai 66,03 lebih rendah dari angka ketahanan nasional bidang Sosial Budaya dan Hankam, tetapi lebih tinggi dari angka ketahanan nasional bidang Sosial Ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan bidang sosial politik warga NU kurang antusias dibandingkan dalam bidang sosial budaya, berarti partisipasi warga Nahdliyin dalam aktivitas sosial masyarakat dan keagamaan lebih kental mereka lakukan daripada partisipasi dalam partai politik. Dalam implikasinya dengan ketahanan nasional bidang politik, perkembangan kehidupan politik warga Nahdliyin dapat digolongkan dalam tiga simbol ungkapan yang sangat berarti, yaitu; a) persaudaraan atas ikatan keagamaan (ukhuwwah islamiyah ), b) persaudaraan atas ikatan sebangsa dan setanah air (ukhuwwah wathaniyah), c) persaudaraan atas ikatan sesama manusia (ukhuwah basyariyah). Kiprah ini sangat berarti untuk menggalang persatuan yang kukuh diantara sesama masyarakat Indonesia sebagai aset nasional, sehingga dapat mempermudah untuk menghadapi bentuk-bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, terutama jika dikaitkan dengan sika p mental dalam menghadapi AHGT yang menuntut kondisi dinamis yang ulet dan tangguh guna menghindari dan menangkal sedini mungkin sumber konflik yang merusak persatuan dan kesatuan nasional suatu bangsa.

Citizen’s Participation in practicing politic is an important democration condition of a country. Nahdla tul Ulama as the largest social organization in Indonesia is still engaged to tradition and has strong paternalistic nature. So, each word of kiai or political elite can be used as taushiyah (message) to do. Along this time, the Nahdliyin in politic was directed to represent an NU as jama’ah (mass organization), and did not work as jam’iyyah (social organization). Only political elite who used quantity of the many Nahdliyin for elite interest, while the objective was reached the Nahdliyins were left. Therefore, this research was conducted in order to find some perceptions of the Nahdliyin. The objective of this research was to know what the extent of participation on the Nahdliyin at Semarang regency in practicing politic and to find implication of activities for the Nahdliyin on political and regional resilience at Semarang regency of Middle Java Province in 2004 by using resilience and toughness as a measure. Sample was obtained from 100 respondents of the Nahdliyin at Semarang regency of Middle Java Province. Collecting data was conducted from January till February in 2005 by taking a moment when the Nahdliyins were performed jointly praying such tahlil and mujahadah. Technique of collecting data was conducted by using questioner, then analyzed by using Delphi Method as stated by Drs.R.M. Sunardi in his work “National Resistance Theory”. This method is way to find consensus on reality and fact between observer or the scientist concerning problems in their field. This technique was used to present choices for a condition or something becoming a research object. The result of this research which was completed by quantitative analysis of Delphi concluded that the degree of National resistance in Socio-Politic for the Nahdliyin at Semarang of Middle Java was 66,03, lower than that of Socio-Culture and Security field, but it was higher than the degree of Socio -Economic National Resistance. It showed that socio-politic response of the NU ummah was lack of enthusiastic compared to that of the socio-culture. It meant that the Nahdliyin participation in practicing activities for public society and religious was deeper to do than that of participating on political party. Implication on national resistance in political field was that development of political life for the Nahdliyin could be categorized as three meaningful symbols, they were; a) brotherhood on religious tie (ukhuwwah islamiyah ), b) brotherhood on national and country tie (ukhuwwah wathaniyah ), c) brotherhood as human being tie (ukhuwah basyariyah). This application was meaningful to hold strong unity among Indonesian people as national asset, so that it can be easy to face various forms of threat (T), disturbance(D),obstacle(O) and challenge(C), especially if related to the mental and behavior in facing TDOC that demand dynamic condition in resilience and toughness in order to avoid and early defend sources of conflict which damaged national unity and union.

Kata Kunci : Nahdliyin, partai politik, ketahanan nasional, the Nahdliyin, political party, national resilience


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.