Pemodelan pemilihan moda angkutan umum bus kelas eksekutif dan Kereta Api kelas Eksekutif dari Yogyakarta ke Jakarta

SUKANDAR, Iman, Dr.Ir. Siti Malkhamah, M.Sc

2005 | Tesis | Magister Sistem dan Teknik Transportasi

Pelayanan angkutan umum seringkali tidak efisien karena terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dengan penyediaan pelayanan angkutan umum. Oleh karena itu, untuk efisiensi pelayanan angkutan umum bus kelas eksekutif dan kereta api kelas eksekutif dari Yogyakarta ke Jakarta perlu memperhatikan kecenderungan pilihan pelaku perjalanan pada berbagai kondisi pelayanan. Kecenderungan pilihan ini menunjukkan probabilitas pemilihan pada masing-masing moda yang dapat diperoleh berdasarkan pemodelan pemilihan moda. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model pemilihan moda angkutan umum bus kelas eksekutif dan kereta api kelas eksekutif dari Yogyakarta ke Jakarta serta perbandingan dan aplikasi model tersebut berdasarkan data pilihan pelaku perjalanan yang diperoleh dengan teknik stated preference sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam kebijakan pelayanan angkutan umum kedua moda ini. Pemodelan pemilihan moda ini didasarkan pada teori pemilihan moda dengan menggunakan model logit biner selisih dan model logit biner nisbah yaitu model pemilihan moda yang diperoleh dengan mempertimbangkan selisih atau rasio generalised cost dari atribut pemilihan moda yang dipilih dalam penelitian ini meliputi tarif, waktu perjalanan, waktu keterlambatan keberangkatan, waktu dan biaya akses serta waktu dan biaya egres. Terdapat perbedaan nilai probabilitas pemilihan moda berdasarkan model logit biner selisih dan model logit biner nisbah meskipun tidak signifikan. Berdasarkan model logit biner selisih, probabilitas pemilihan moda angkutan umum bus kelas eksekutif sebesar 33,16 % dan probabilitas pemilihan moda angkutan umum kereta api kelas eksekutif sebesar 66,84 %. Berdasarkan model logit biner nisbah, probabilitas pemilihan moda angkutan umum bus kelas eksekutif sebesar 33,82 % dan probabilitas pemilihan moda angkutan umum kereta api kelas eksekutif sebesar 66,18 %. Probabilitas pemilihan kedua moda masing-masing sebesar 50 % dicapai apabila generalised cost moda angkutan umum bus kelas eksekutif lebih mahal Rp. 14.548,44 atau lebih mahal 1,0248 kali dari generalised cost moda angkutan umum kereta api kelas eksekutif. Dalam prakteknya probabilitas pemilihan moda angkutan umum bus kelas eksekutif sebesar 50 % sulit dicapai karena tarif angkutan umum bus kelas eksekutif menjadi sangat murah dan tidak sesuai dengan biaya operasi kendaraan. Probabilitas pemilihan moda angkutan umum bus kelas eksekutif yang realisitis maksimal 38,39 % berdasarkan hasil estimasi model logit biner selisih dan maksimal 38,07 % berdasarkan hasil estimasi model logit biner nisbah. Pada generalised cost kedua moda sama nilainya, memiliki probabilitas berbeda karena akurasi model tidak sempurna dan ada variabel lain yang harus dipertimbangkan, antara lain kenyamanan dan keamanan. Perbandingan probabilitas pemilihan moda berdasarkan karakteristik pelaku perjalanan yang berbeda, misalnya perbedaan penghasilan dan maksud perjalanan, menunjukkan adanya perbedaan kepekaan perubahan probabilitas pemilihan moda.

Public transport service is often inefficient because there is an unbalanced condition between demand and supply. Therefore, in order to be efficient, public transport service on executive-class bus and train service have to consider trend of traveler choice on various service conditions. That trend shows choice probability of each mode which can be obtained based on modal choice modelling. The aims of this study were to create modal choice modeling between executive-class bus and executive-class train from Yogyakarta to Jakarta, to make model comparison and to execute model application based on the data of traveler choice by using stated preference technique thus it can be consideration in public transport service policy of these two modes. This modal choice modeling was based on modal choice theory by using difference binary logit and ratio binary logit which considered difference or ratio of generalised cost from modal choice attribute including fare, travel time, delay time, access time, access cost, egress time and egress cost. There were difference probability of modal choice between difference binary logit model and ratio binary logit model although it was not significant. Based on difference binary logit model, the probability value for each modal was 33,16 % for executive-class bus, while it was 66,84 % for executive-class train. Based on ratio binary logit model, the probability value for each modal was 33,82 % for executive-class bus, while it was 66,18 % for executive-class train. Probability of both modes is 50% which could be obtained if generalised cost in executive-class bus service was Rp 14,548.44 more expensive or 1.0248 times more than generalised cost in executive-class train service. In fact, the probability value of executive-class bus service which is 50% was hardly happened because executive-class bus service would be very cheap and inappropriate with vehicle operational cost. Probability of modal choice of executiveclass bus service realistically would not be more than 38.39% based on estimation of difference binary logit model and not be more than 38.07% based on estimation of ratio binary logit model. In the condition where generalised cost of both mode was equal, the probability would be different because the model accuration was imperfect and there were some other variables which sould be considered, such as convenience and safety. he comparison result of modal choice probability based on various of traveler characteristics, for example the difference of traveler income and travel purpose, indicated difference sensitivity of modal choice probability.

Kata Kunci : Angkutan Umum,Pemilihan Moda,Kereta Api dan Bus Eksekutif, difference binary logit, ratio binary logit, stated preference