Tingkat kepentingan berbagai jenis kriteria moda dalam menentukan moda dalam menentukan moda angkutan umum di Kota Bandar Lampung
LENA, Martha, Dr.Ir. Sigit Priyanto, M.Sc
2005 | Tesis | Magister Sistem dan Teknik TransportasiPemerintah Daerah (PEMDA) Kota Bandar Lampung telah melakukan berbagai perencanaan dan mengambil berbagai bentuk kebijakan transportasi untuk memecahkan masalah transportasi perkotaan dengan menciptakan sistem angkutan umum yang efisien dan efektif. Salah satu langkah kongkret yang telah dilakukan yaitu adanya rencana penataan jaringan trayek pada tahun 2003 dengan merekomendasikan kebijakan ganti moda dari jenis mobil penumpang umum menjadi bis sedang atau lebih dikenal dengan kebijakan two in one. Tetapi kenyataannya sampai saat ini belum bisa dilaksanakan di lapangan dan banyak menimbulkan kontroversial. Hal ini disebabkan kepentingan penumpang dan operator belum diakomodir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi besarnya tingkat kepentingan tiap-tiap komponen angkutan kota dan kriteriakriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bagi penentuan jenis moda angkutan kota di Bandar Lampung sehingga secara optimal dapat menunjang pelayanan angkutan perkotaaan yang efektif dan efisien. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bobot tingkat kepentingan dari masing-masing komponen dan kriteria dalam penentuan alternatif jenis moda angkutan kota dengan menggunakan metoda Analytical Hierarchy Process (AHP). Komponen angkutan yang dipilih yaitu penumpang (user), pengusaha (operator), pemerintah (regulator) dan ahli transport, dengan kriteria yang digunakan adalah waktu perjalanan, waktu tunggu penumpang, frekuensi, faktor muat, tarif, keandalan, keselamatan, kenyamanan dan keamanan. Analisis sensitivitas untuk mendapatkan alternatif optimum dilakukan dengan skenario perubahan bobot tingkat kepentingan komponen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria yang mempengaruhi penentuan jenis moda angkutan kota adalah kriteria keselamatan bobot 17,45%, kriteria tarif bobot 15,68%, kriteria kenyamanan bobot 13,27%, kriteria keamanan bobot 11,16%, kriteria waktu tunggu bobot 10,13%, kriteria kehandalan bobot 9,15%, kriteria waktu perjalanan bobot 9,12%, kriteria frekuensi bobot 7,57%, kriteria faktor muat bobot 6,47% dengan mempertimbangkan kepentingan penumpang bobot 49,45%, pengusaha bobot 28,68%, pemerintah bobot 14,84% dan ahli transport bobot 7,04%. Alternatif optimal adalah alternatif 3 yaitu pemilihan jenis moda angkutan kota jenis bus sedang kapasitas 30 tempat duduk dengan bobot 38,29%.
The local government of Bandar Lampung has done some planning and policies to solve the transportation problems by creating the effective and efficient public transport system. One of those was the plan of route network structuring in year 2003 by recommending the mode change policy from public transport passenger car type to be medium bus or it was known ‘two in one’ policy. However, it can not be applied in real and showed the controversial because it has not been accommodated the user and operator needs. This research aim to identify the importance level weight for each public transport component and criteria for considering in taking decision to determine urban the mode type of public transport in Bandar Lampung, hence it can support optimally the effective and efficient of public transport service. This research was conducted to obtain the importance level weight of each component and criteria for determining the mode alternative of urban public transport by using Analytical Hierarchy Process (AHP) method. The transport elements chosen were users, operators, regulator, and transport expert, with the used criteria were travel time, waiting time, frequency, load factor, fare, reliability, safety, comfortable, and security. The sensitivity analysis for obtaining the optimal alternative was done by the change scenario of the importance level weight. The result of this research show that the determination of urban public transport type was influenced by some criteria’s weight, i.e. 17.45% safety, 15.68% fare, 13.27% comfortable, 11.16% security, 10.14% waiting time, 9.15% reliability, 9.12% travel time, 7.57% frequency, and 6.47% load factor. All of those were for considering the importance level weight of 49.45% users, 28.68% operators, 14.84% regulator, and 7.04% transport expert. The third alternative as the optimal alternative was the medium bus of urban public transport of mode type chosen with capacity 30 seats for weight 38.29%.
Kata Kunci : Transportasi Perkotaan,Angkutan Umum,Metoda AHP, AHP method,optimal alternative