Laporkan Masalah

Konflik pemanfaatan ruang antara pedagang kaki lima dengan pejalan kaki di Jalan Arteri dan Kolektor Kota Yogyakarta

SULISTYANI, Susanna Sri, Ir. Haryadi, M.Arch.,Ph.D

2005 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Perkembangan pedagang kaki (PKL) merupakan salah satu fenomena sektor informal yang dilematis. Pada satu sisi, PKL merupakan katup pengaman sosial ekonomi. Di sisi lain PKL memanfaatkan ruang publik yang diperuntukkan bagi pejalan kaki sehingga seringkali menimbulkan konflik pemanfaatan ruang antara PKL dengan pejalan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik PKL dilihat dari aspek sosial, ekonomi, aktivitas usaha dan spasial serta menguji ada tidaknya konflik pemanfaatan ruang antara PKL dengan pejalan kaki. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif kuantitatif. Lokasi penelitian yang dipilih adalah jalan arteri (Jalan Sultan Agung) dan jalan kolektor (Jalan Urip Sumoharjo, Sudirman, Jalan Senopati dan Jalan K.H.A. Dahlan) di Kota Yogyakarta. Pengambilan sampel PKL dilakukan secara acak proporsional (proportional random sampling), sedangkan sampel pejalan kaki dilakukan secara kebetulan (accidental sampling). Terdapat 72 sampel PKL dan 209 sampel pejalan kaki. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi, serta data sekunder berupa Peraturan Daerah dan Surat Keputusan Walikota Yogyakarta. Analisa data dilakukan dengan tabulasi silang menggunakan chi square untuk menguji hipotesis. Hipotesis penelitian ini adalah adanya konflik pemanfaatan ruang antara PKL dengan pejalan kaki di jalan arteri dan kolektor Kota Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik PKL pada umumnya tidak jauh berbeda dengan karakteristik PKL di kota lainnya. Namun PKL di Kota Yogyakarta memiliki karakteristik yang khusus yakni tingkat pendidikan PKL sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kota lainnya. PKL di Kota Yogyakarta keberadaannya diatur dalam Peraturan Daerah dan Surat Keputusan Walikota. Di samping itu, hasil perhitungan yang berkaitan tentang konflik pemanfaatan ruang yang cukup signifikan antara PKL dengan pejalan kaki di jalan arteri dan kolektor Kota Yogyakarta dilihat dari keseringan melewati trotoar jalan arteri dan kolektor tidak nampak. Demikian pula tidak ada konflik pemanfaatan ruang yang cukup signifikan antara PKL dengan pejalan kaki dilihat dari kenyamanan pergerakan pejalan kaki melewati trotoar jalan arteri dan kolektor Kota Yogyakarta. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode induktif atau fenomenologi. vii

The growth of street vendor activities is one among phenomena of the dilemmatic nature of the urban informal sector. On one side, the urban vendor activities are considered to be part of the socio-economic safety valve. On the other hand, one can see that the urban street vendor activities utilize public space belongs to the persons on foot. The research objective is to understand of the urban street vendors with respect to their socio-economic characteristics of their business as well as the spatial consequences of their presence in the street in order to identify the space utilization conflicts between the street vendors and the pedestrians. The research is conducted with a deductive quantitative approach. The research is taked place along the arterial line of Sultan Agung Road, collector line of Urip Sumoharjo Road, Sudirman Road and Senopati Road in Yogyakarta Municipal. The sample of street vendors is derived through a proportional random sampling method, whereas the sample of street walkers is taken using accidental sampling. The respondents are covered 72 street vendors and 209 street walkers. Primary data are collected through a structured interview and observation, whereas secondary data on various decrees of the Yogyakarta Mayor is obtained from the relevant institutions. The study reveals that the characteristics of the street vendors were be similar to those in the other cities. But, street vendors of Yogyakarta were slightly better educated than those elsewhere. Street vendoring in Yogyakarta is regulated through a decree of the mayor. No significant conflict between street vendors and walkers could be recognized from the frequency of passing both the arterial and collector roads. The study is also showed that no conflict between the street vendors and street walkers from the perspective of the convenience of passing by both the arterial and collector roads in Yogyakarta. It was advised to unravel the issues related to the conflict using an inductive method or phenomenology. viii

Kata Kunci : Ruang Publik,Jalan Arteri,Konflik Pedagang Kaki Lima dan Pejalan Kaki


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.