Laporkan Masalah

Pemanfaatan lahan kritis di desa Sambirejo Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman

ANDRIYANTO, Rofiq, Ir. Sudaryono, M.Eng.,Ph.D

2005 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Sampai dengan tahun 1960-an kawasan perbukitan Kecamatan Prambanan khususnya Desa Sambirejo dikenal sebagai daerah kritis, baik dari aspek teknis maupun aspek sosial-ekonomi. Secara teknis lahan yang secara alamiah berupa perbukitan sering longsor akibat pengolahan lahan yang tidak mengikuti kaidah konservasi seperti penebangan pohon dan pola pengelolaan lahan monokultur. Hal ini terjadi karena desakan untuk mencukupi kebutuhan hidup, akibatnya lahan yang ada semakin menurun kesuburannya. Seiring dengan semakin kritisnya kondisi sumberdaya alam, maka kondisi sosial-ekonomi semakin menurun pula seperti kesulitan pangan, kesulitan pendidikan, dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Namun mulai tahun 1980-an wilayah perbukitan ini sudah banyak tertutup oleh hutan rakyat dengan tanaman jati, mahoni, akasia dan sonokeling. Keberadaan hutan rakyat di kawasan ini pasti mempengaruhi dinamika kehidupan masyarakatnya, baik dari aspek sosial maupun ekonomi. Berawal dari keingin- tahuan mengenai pembangunan usahatani hutan rakyat di kawasan ini, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai pengaruh pemanfaatan lahan kritis terhadap dinamika perkembangan masyarakat dan interaksi yang terjadi antara manusia dengan kondisi lahan yang kritis.Penelitian ini tidak didasarkan atas adanya kesenjangan pemanfaatan lahan kritis melalui usahatani hutan rakyat dengan bentuk pemanfaatan lahan kritis yang lain, tetapi berdasarkan atas fenomena yang terjadi dari perubahan pemanfaatan lahan kritis menjadi usahatani hutan rakyat yang terkait erat dengan dinamika perkembangan penduduk setempat. Pembahasan mengenai konsepsi pemanfaatan lahan kritis berkaitan dengan aspek-aspek fisik maupun sosial-budaya masyarakat. Penelitian dilakukan mengikuti kaidah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-induktif yang berlandaskan paradigma fenomenologi. Penelitian dimulai dengan pengamatan yang teliti dan cermat, selanjutnya diabstraksikan kedalam konstruksi konseptual. Berdasarkan keseluruhan proses penelitian, pemanfaatan lahan kritis di Desa Sambirejo dipengaruhi lima aspek penting yaitu : semangat gotong royong melalui arisan ndudhuh lemah, jalinan kerjasama pemerintah dan warga yang baik, konsepsi lokal hutan rakyat sebagai alas, fungsi eknomi hutan rakyat, dan adanya ancaman terhadap kelestarian hutan rakyat. Temuan penting lainnya dalam penelitian ini adalah adanya empat pola pengelolaan lahan kritis yang berkembang disini, yaitu : pola hutan, pola hutan-pertanian, pola hutan-pertanian-pertambangan dan pola pertambangan-pertanian.

Up to 1960s the hilly areas of Prambanan Regency, particularly Sambirejo village had been critical area, in perspective of both technical and socio-economic aspects. Technically, the land, which is hilly in nature, often has landslide due to land processing that is beyond conservation norms, like felling of trees and monoculture land management pattern. It happens for the sake of meeting human needs, making decrease of land fertility. The more critical the natural resources are, the more decreasing the socio-economic condition is, in which difficulties in foodstuff and education occur and the health level of the society is lower. Starting from 1980s, however, this hilly area has been sheltered by private forest of which wood is variable, like teak, mahogany, acacia and sonokeling. The private forest available in this area must affect the living dynamics of the people, both in social and economic aspects. Having been curious about the development of private forest farming activity in this area, the writer was interesting in investigating the influence of critical land use on the community dynamics and the interaction between human beings and the critical land condition. Instead of being rooted in the gap of critical land use through private forest farming activity in the other forms of critical land uses, this research was based on the phenomena occurring in the change of critical land use to private forest farming activity related to the developing dynamics of the local population. The discussion on critical land use conception was in line with the physical and socio-cultural aspects of the society. The research was conducted under qualitative research rules, using descriptive-inductive method that was based on phenomenological paradigm. It started with thorough observation, which was subsequently abstracted in conceptual construction. Based on the overall research process, it was identified that the critical land use in Sambirejo village was affected by five essential aspects: spirit of mutual cooperation through ndudhuh lemah gathering, good cooperation between the government and society, local conception of private forest considered as alas, economic function of private forest, and threat on private forest conservation. The other important finding was that there were four developing patterns of critical land management, namely: forest pattern, forest-farming pattern, forest-farming-mining pattern and mining-farming pattern.

Kata Kunci : Lahan Kritis,Pemanfaatan,Hutan Rakyat, critical land use, private forest, the conception of critical land use


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.