Implikasi kebijakan pengembangan pariwisata di Taman Nasional Kelimutu Kabupaten Ende pada perkembangan fisik kawasan
PANDE, Gabriel Marianus, Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP.,M.Sc.,Ph.D
2005 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan DaerahKabupaten Ende memiliki potensi di bidang kepariwisataan yakni obyek wisata alam, wisata budaya dan wisata bahari. Salah satu obyek wisata yang sudah dikembangkan oleh Pemerintah Daerah yaitu wisata alam Taman Nasional Kelimutu. Obyek wisata ini berupa Danau Triwarna. Taman nasional Kelimutu dalam perkembangannya diharapkan dapat bersaing dengan obyek wisata di daerah lain seperti di Bali dan Lombok serta dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ende. Namun kenyataannya perkembangan pariwisata di Kabupaten Ende khususnya di Taman Nasional Kelimutu perkembangannya lambat atau belum berkembang secara optimal. Lambatnya perkembangan pariwisata di Taman Nasional Kelimutu yang tergambar dari: (1) jumlah kunjungan wisata yang terus menurun; (2) akomodasi yang masih terbatas; (3) terbatasnya sarana infrastruktur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana saat ini fase perkembangan pariwasata terjadi di Taman Nasional Kelimutu dan sejauh mana kebijakan pengembangan kepariwisataan pada tingkat Pemerintah Daerah yang diterapkan, memiliki implikasi langsung maupun tidak langsung pada perkembangan fisik kawasan pariwisata di Taman Nasional Kelimutu. Dengan menggunakan analisis yang didasarkan pada model Miossec perkembangan pariwisata Taman Nsional Kelimutu dalam kurun waktu 1992- 2002 memasuki fase ke 2 yang tergambar dari keberhasilan resort wisata perintis (Moni) mempengaruhi pembangunan pariwisata serta adanya kebijakan Pemerintah Daerah di bidang infrastruktur. Lebih lanjut menurut pendapat Butler, perkembangan pariwisata di Taman Nasional Kelimutu baru memasuki dua tahap yaitu: (1) tahap explorasi awal sektor pariwisata mulai tumbuh; (2) tahap pembangunan dan pengembangan. Dari hasil analisis menunjukan bahwa Moni sebagai penyangga utama Taman Nasional Kelimutu belum memberikan kontribusi bagi pembangunan pariwisata di Kabupaten Ende, hal ini terlihat dari jumlah sarana akomodasi yang masih terbatas, sarana infrastruktur yang belum memadai, serta PERDA yang ada masih bersifat umum. Untuk itu perlu perhatian khususu dari Pemerintah Daerah agar membuat PERDA khusus yang mengatur tentang Rencana Disain Kawasan Pariwisata (RDKP) Taman Nasional Kelimutu, penetaan kelembagaan, penataan kawasan, zonasi dan tata batas, serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Ende Regency has potencies in tourism sector, namely, natural tourism, cultural tourism and maritime tourism. One of the tourism objects which has been developed by the local government is Kelimutu National Park, where the threecolored lake is located. The Kelimutu National Park is expected to be able to compete with other tourism destination such as those located in Bali and Lombok, which in turn will contribute to the development of the local people’s welfare and to increase the regional income of Ende Regency. However, the development of Kelimutu Natioanal Park has been considered relatively slow, which is indicated by: (1) the continuous decline in the number of visitors; (2) the limited number of accommodation facilities; and (3) limited amount of supporting infrastructures. This research is aimed at identifying which phase is the current tourism development in Kelimutu National Park, and determining how far the local policy on tourism development has direct and indirect implication to the physical development at Kelimutu National Park. The analysis undertaken in this research was based on Miossec’s model of tourism development. The development of Kelimutu National Park between 1992- 2002 can be categorized into phase 2, which is indicated by the success of Moni resort, and the local policy on the development of infrastructures. Furthermore, the analysis was also done using Butler’s approach, which shows that the development of Kelimutu National Park is still undergoing 2 stages: (1) initial exploration stage of tourism sector growth; and (2) development stage. Result neither of the analysis show that Moni as the main buffer zone of Kelimutu National Park has nor given any meaningful contribution to the tourism development of Ende Regency. This is primarily indicated by the very limited number of accommodation facilities, and the insufficient supporting facilities. In addition, the already prepared development policy is too general. Therefore, special attention should be given by the local government, particularly in creating specific Local Regulation (PERDA) to formulate a Plan and Design of Tourism District for Kelimutu National Park, creating institutional control, district management, zoning and boundary delineation, as well as coordination with relevant institutions.
Kata Kunci : Kebijakan Pariwisata,Taman Nasional Kelimutu,Perkembangan Fisik Kawasan