Pola permukiman berdasarkan etnis di pesisir Kotabaru Kalimantan Selatan
KARTIKA, Windiasti, Prof.Ir. Nindyo Soewarno, M.Phil.,Ph.D
2005 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan DaerahKabupaten Kotabaru adalah kabupaten yang mempunyai garis pantai terpanjang di Provinsi Kalimantan Selatan. Sepanjang pesisir pantainya rata-rata menjadi daerah permukiman yang cukup padat. Pemukim yang tinggal di pesisirnya sebagian besar adalah pendatang dari berbagai etnis, sehingga secara umum dihuni oleh penduduk yang masih punya ikatan kekerabatan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk merumuskan : (a) deskripsi bentuk pola-pola permukiman yang terdapat di pesisir Kotabaru berkait dengan pola bermukim dan etnis budaya penghuninya, (b) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola permukiman tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasionalistik kualitatif. Penelitian dimulai dengan observasi kawasan pesisir yang mempunyai penduduk cukup padat dengan satu etnis mayoritas di dalamnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan sampel bertujuan (purposive sampling). Ada tiga lokasi yang dipilih sebagai daerah amatan untuk dianalisis : (1) Desa Rampa dengan penghuni mayoritas dari etnis Bajau, (2) Desa Kotabaru Hilir dengan penghuni mayoritas dari etnis Bugis, dan (3) Desa Teluk Gosong dengan penghuni mayoritas dari etnis Banjar. Temuan penelitian yang diperoleh yaitu; pertama: Pola permukiman berdasarkan etnis di pesisir Kotabaru terdiri dari : (a) Pola permukiman etnis yang sepenuhnya berada di atas air (laut) yaitu permukiman etnis Bajau di Desa Rampa; (b) Pola permukiman etnis yang dapat berada di atas daratan maupun di atas air (laut) asalkan berdekatan dengan tempat kerja (kampung Pakaja) yaitu permukiman etnis Bugis di Desa Kotabaru Hilir; (c) Pola permukiman etnis yang sepenuhnya berada di atas daratan yaitu permukiman etnis Banjar di Desa Teluk Gosong. Kedua : Secara fisik, pola permukiman yang terbentuk adalah: (a) Berpola circular dengan bentuk yang irregular dan struktur yang regular. Pola ini terbentuk di permukiman etnis Bajau di Desa Rampa; (b) berpola Linear dengan bentuk yang irregular dan struktur yang regular. Pola ini terbentuk di permukiman etnis Bugis di Desa Kotabaru Hilir; (c) Berpola Linear dengan bentuk yang regular dan struktur yang irregular. Pola ini terbentuk di permukiman etnis Banjar di Desa Teluk Gosong. Ketiga : Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya adalah Behavior Setting (sistem seting dan sistem kegiatan) serta Faktor sosial budaya penghuni tiap permukiman.
Kotabaru regency has the longest coastline in South Kalimantan province. The areas along the coast have developed into relatively crowded settlements. The residents are mostly migrants from different ethnics, and in general they have a strong family tie. The research aims to formulate (a) a description of the settlement patterns in Kotabaru coastal area in relation with the pattern of residing including the ethnic culture of its residents, (b) factors that influence the formation of those patterns. The research applies a rationalistic, qualitative approach. It begins with an observation in the coastal areas having relatively crowded residents of one ethnic majority. Sample taking uses a purposive sampling technique. There are three locations for the research: 1) Rampa village whose ethnic majority of its residents is Bajau, 2) Kotabaru Hilir village whose ethnic majority is Bugis, and 3) Teluk Gosong village whose ethnic majority is Banjar. The research results reveal the followings. First, ethnic-based settlement patterns in Kotabaru coastal areas consist of (a) ethnic settlement pattern that is entirely on water (sea), such as Bajau in Rampa village, (b) ethnic settlement pattern that locates both on land and on water as long as it is close to working places (kampung Pakaja), such as Bugis in Kotabaru Hilir village, (c) ethnic settlement pattern that is entirely on land such as Banjar in Teluk Gosong village. Second, the settlement patterns that are physically formed are: (a) of circular pattern in irregular shape and regular structure. This pattern develops in Bajau ethnic in Rampa village; (b) of linear pattern in irregular shape and regular structure. This pattern develops in Bugis ethnic in Kotabaru Hilir village, (c) of linear pattern in regular shape and irregular structure. This pattern develops in Banjar ethnic in Teluk Gosong village. Third, the factors that affect the formations include Behaviour setting (setting system and activity setting. And social cultural factors of the residents in each settlement.
Kata Kunci : Pola Permukiman,Wilayah Pesisir,Etnis, settlement pattern, Bajau Ethnic, Banjar ethnic, Setting system, Activity system, Social – cultural factors.