Laporkan Masalah

Sintesis karakter dalam perancangan kawasan agropolitan :: Studi kasus sub kawasan Agropolitan Bandungan-Jawa Tengah

HENDRI, David, Ir. Budi Prayitno, M.Eng.,Ph.D

2005 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang untuk memacu berkembangnya sistem dan usaha (Agribisnis) pembangunan pertanian sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, dan mendorong kegiatan agribisnis di wilayah sekitarnya. Konsep ini menciptakan Urban-Rural Linkage dan keterpaduan antara kawasan agropolitan dengan kawasan hinterland. Kawasan tersebut terkait dengan sistem pusat-pusat permukiman nasional, Propinsi dan Kabupaten. Kabupaten Semarang yang mempunyai tipologi kota yang berbatasan langsung dengan kawasan metropolitan dan desa Bandungan sebagai kawasan pheri-urban di dalam wilayah semarang (Metropolitan) ditetapkan sebagai pusat pelayanan dan desa-desa sekitarnya sebagai daerah yang dilayani. Permasalahan yang ada dikawasan Bandungan yang telah menjalankan konsep agropolitan yaitu belum memiliki acuan teknis yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penataan ruang, sehingga perlu mengetahui karakter-karakter lokal kawasan agropolitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter-karakter lokal kawasan yang diamati, mensintesakan karakter-karakter lokal tersebut dan membuat arahan model kawasan agropolitan. Di dalam melakukan penelitian ini metoda yang digunakan adalah metoda rasional deduktif di mana penelitian diawali dengan pengumpulan data dan kajian pustaka, identifikasi data spasial tentang karakter fisik dan non fisik, menganalisis data spasial fisik dan non fisik untuk kemudian dibuat model kawasan agropolitan berdasarkan variabel penelitian. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa ada 2 point penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengembangan kawasan Bandungan yaitu tipologi pola keruangan agropolitan dan tipologi pola kebijakan dan managemen SDM. Tipologi keruangan desa Bandungan yang berkembang secara menyebar pada jalur transportasi utama menyebabkan daerah disepanjang jalur transportasi mendapat tekanan paling berat dan mengarah pada sistem kapitalis. Berdasarkan bentuk dasar dari urban sprawl maka perkembangan diarahkan pada bentukan stellar atau radial (Stellar or Radial Plans). Tipologi pola kebijakan dan managemen SDM yang belum berpihak kepada petani sebagai pelaku utama diarahkan melalui 3 tahap yaitu Tahap membangun jaringan (Officialisasi), Tahap pemberdayaan (Deofficialisasi) dan Tahap kemandirian (Otonomy).

Agropolitan is agriculture city that grow and develop to spurs the development of system and agriculture development business (Agribusiness). It serves, pulls and encourages the agribusiness activity at hinterland region. This concept create Urban-Rural Linkage and unity between agropolitan area and hinterland area. This area was related to the central system of Regency, Province and National settlement. Semarang Regency is established by government to running agropolitan concept and the agropolitan and applying agropolitan project as central of agropolitan development has urban typology. It has directed to border with the metropolitan area and Bandungan village as pheri-urban area in semarang area ( Metropolitan). It was established as central of services and the hinterland area as served area. The problem existed at Bandungan area which has run agropolitan concept, has not technical reference which can made as guidance on the layout implementation. Therefore it needed to know the local characters of agropolitan area. The goal of the research is directed to know the local character of Bandungan agropolitan area, to synthesize the characters and making direction of agropolitan area models. This research uses deductive rational method where the research started with data collection and bibliography review. Identification of spatial data on physical and non physical character, it used to analyze physical and non physical data then madethe agropolitan area models based on the research variables. The findind of research conclude that there are two important matters that need to be considered about Bandungan’s area development plan. It is the typology of agropolitan spacing models, typology of policy models and human resources management. The spacing typology of Bandungan village that develops in spread on the main transportation linr caused the area along transportation line get most weight pressure and direct to the capitalist system. Based on the basic formation of urban sprawl, the development is directed to the stellar or radial plans. The typology of policy models and human resources management which do not work in synergic causes bargaining position of the farmer becomes weak. It also can not enjoy the benefit from the rise of production price which directed through three stages those one. Network development stages (Officialisasi), Empower stage (Deofficialisasi) and Otonomy stages (Otonomy).

Kata Kunci : Kawasan Kota,Agropolitan,Perancangan,Local character, Urban-Rural Linkage, Pheri-urban, Tipologi of room pattern, Tipologi of pattern of policy and managemen SDM


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.