Laporkan Masalah

Evaluasi praktek donasi obat pasca tragedi Bom Bali

MARYETTI, Ida Prista, Dr. Sri Suryawati

2005 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Donasi obat sebagai salah satu usaha kemanusiaan sering menimbulkan masalah bagi penerima akibat ketidaksesuaian bantuan obat dan alat kesehatan dengan pola penyakit. WHO telah mempublikasikan Pedoman Donasi Obat internasional pada tahun 1996, namun pada saat timbul kebutuhan akan donasi obat selalu terjadi ketidakpatuhan terhadap pedoman tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi praktek donasi dan menentukan dampak praktek donasi obat pasca bom Bali terhadap pengelolaan abat dan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang mendapat bantuan. Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan di rumah sakit Sanglah sebagai rumah sakit koordinator perawatan korban bom Bali. Data dikumpulkan dari laporan donasi obat di rumah sakit Sanglah, teknik wawancara mendalam terhadap pengelola obat dan anggota Tim Pengendali Bantuan dan Sisa Bantuan Obat Pasca Tragedi Bom Bali dan observasi ke gudang obat. Terdapat sekitar 200 m3 obat donasi yang sampai di Bali bernilai 5,03 milyar rupiah (US $ 609652) antara Oktober 2002 and awal-2003. Hanya 20% dari total nilai bantuan tersebut digunakan untuk korban bom, 20% lagi digunakan untuk pelayanan penderita kurang mampu di rumah sakit Sanglah, 5% dari total nilai bantuan merupakan obat kadaluwarsa. Setelah fase akut, pemerintah mendistribusikan sisa obat donasi (55%) untuk digunakan untuk penderita kurang mampu dan bakti sosial. Sekitar 22,65% dari total aitem obat telah kadaluwarsa begitu tiba di Bali. Tiga puluh dua dari 182 donor (17%) mengadakan proses komunikasi dengan penerima sebelum mengirim bantuan, dari 182 donor hanya dua donor yang membayar pajak impor barang. Donor yang lain dibebaskan dari pajak oleh Dinas Bea dan Cukai atas usaha dari rumah sakit Sanglah, Dinas Kesehatan Propinsi Bali, Balai Besar POM Denpasar dan PT. Mitrais. Diperkirakan terdapat 81% dari total aitem obat tidak terdapat dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Persentase bantuan obat dan alat kesehatan yang tidak digunakan cukup tinggi menyebabkan masalah dalam pengelolaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan yang mendapat bantuan. Sebagian besar donor tidak mengadakan komunikasi yang efektif dengan penerima sebelum mengirimkan bantuan dan tidak mematuhi prosedur administrasi yang berlaku di negara penerima. Obatobat dan alat kesehatan yang tidak terdapat dalam DOEN berpotensi menimbulkan masalah dalam penggunaannya. Ketidakpatuhan terhadap pedoman donasi obat dapat terjadi sebagai tindakan darurat untuk mengatsi bencana selama fase akut. Untuk meminimalkan ketidaksesuaian donasi obat dengan pola penyakit harus digunakan daftar kebutuhan obat dan alat kesehatan sesuai jenis dan besar bencana yang terstandarisasi sebagai dasar seleksi dan penghitungan kebutuhan.

Drug donation as one of humanitarian efforts oftenly causes problems for the recipients, due to inappropriateness of the drugs to the disease burden. International guidelines for drug donation has been published by WHO in 1996. However, when there was a need for drug donation there are has always been incompliance to the guideline. The objective of the study is to evaluate the donation practice and to determine impacts of drug donation for Bali Tragedy on the pharmaceuticals management. The study is a case study conducted at Sanglah Hospital Denpasar Bali as the coordinating hospital for the health services for the victims. Data were collected from the record of donated medicines at Sanglah Hospital, in-depth interview and observation in the pharmaceutical warehouse. There were approximately 200 m3 donated medicines arrived at Bali worth 5.03 billion Rupiahs (US $ 609,652) between October 2002 and early-2003. Only 20% of these were useful for the victims, 20% were used for the general patients, 5% were expired. After the acute situation, government distributed the excess (55%) of donated medicines to be used for general patients at free of charge. Around 22,65% of drug items had been expired on the arrival, 6,3% of drug items were appropriate to the disease pattern. Only 32 of 182 (17%) donors sent the donation with prior consent by the recipient and 2 of 182 donors sent the medicines with the importation tax. Government applied tax free policy for donation. An estimated 81% of drug items were not listed in National Essential Drug List (NEDL) and did not comply with the standard treatment guideline. The percentage of unused medicines was relatively high (55% of the total value), resulting in problems on pharmaceuticals management at health care facilities. Most donors did not communicate with the recipient prior to the shipping and did not comply with the administrative procedures. Around 80% of total drug items were not listed in NEDL. To minimize the inappropriateness of drug donation to the disease burden, a standardized kit of drug and medical supplies should be used as the basis for drug selection and quantification.

Kata Kunci : Kebijakan Obat,Donasi Obat,Tragedi Bom, Drug donations impacts, Bali bomb tragedy, Sanglah hospital Denpasar, tax-free policy,unused medicines


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.