Dampak integrasi sistem informasi kegiatan Puskesmas terhadap persepsi manfaat data untuk pengambilan keputusan di Kabupaten Kotawaringin Timur
TRIYONO, Prof.dr. Hari Kusnanto J., DrPH
2005 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar belakang: Pengambilan keputusan dalam proses perencanaan kesehatan di era desentralisasi harus dilakukan secara cermat dan hatihati berdasarkan keadaan/fakta atau data (evidence based). Kesulitan dalam memahami data di tingkat kabupaten, berakibat pada perbedaan persepsi untuk pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak integrasi sistem informasi kegiatan puskesmas terhadap persepsi manfaat data untuk pengambilan keputusan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Metode penelitian: Penelitian ini adalah kuasi eksperimen (Quasi experimental) dengan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Rancangan yang digunakan “one group pretest-postestâ€. Integrasi sistem informasi kegiatan puskesmas dilakukan dengan menggabungkan formulir LB3 dan LB4 ke dalam laporan program. Subyek dalam penelitian adalah 60 orang terdiri dari 46 petugas pengelola data laporan kegiatan di 8 puskesmas (SP2TP, KIA, gizi, imunisasi, P2M, kesehatan lingkungan, penyuluhan kesehatan) dan 14 orang penanggungjawab kegiatan di dinas kesehatan kabupaten, dengan lokasi penelitian di Kabupaten Kotawaringin Timur. Hasil penelitian: Intervensi yang dilakukan berhasil menyederhanakan jenis formulir pelaporan kegiatan puskesmas. Jika pada saat sebelum integrasi terdapat 2 jenis formulir yaitu LB (LB3, LB4) dan program, namun setelah integrasi hanya memerlukan 1 jenis formulir. Keuntungan yang diperoleh adalah tidak ada duplikasi data, data terekam sampai ke tingkat desa, data dapat digunakan bersama-sama, serta proses pengumpulan maupun pengelolaanya lebih efektif. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa persepsi petugas terhadap kelengkapan dan ketepan waktu pengelola data “sebelum dan sesudah dilakukan integrasi tidak terdapat perbedaan (p>0,05). Namun terdapat perbedaan yang signifikan pada aspek konsisten, mudah dimanfaatkan, tidak duplikasi, menjadi kebutuhan dan umpan balik (p<0,05). Tidak duplikasi merupakan variabel yang paling signifikan, karena hanya menggunakan 1 formulir laporan. Formulir LB3 dihilangkan sedangkan formulir LB4 masih diperlukan. Kesimpulan dan saran: Persepsi petugas pengelola data sebelum dan sesudah dilakukan integrasi sistem informasi kegiatan puskesmas, tidak terdapat perbedaan pada aspek kelengkapan dan ketepatan waktu. Namun ada perbedaan yang signifikan sebagaimana tersebut diatas. Agar integrasi sistem informasi dapat berlangsung, diperlukan komitmen bersama (dinas kesehatan dan puskesmas), adanya sosialisasi mekanisme saling hubung (shering) data, serta perlu pengembangan mekanisme pelaporan yang mudah di akses oleh dinas kesehatan dan pengguna data lainnya.
Background: Decision making in the process of health planning in the era of decentralization should be implemented carefully based on evidence. At the level of district, difficulties to understand the data caused different perception for decision-making. The research aimed to find out the impact of information system integration of primary health care activities regarding the benefit perception of data for decision-making in Kotawaringin Timur district. Method: This was a quasi-experimental research, supplemented by a qualitative method. The design of the research was “one group pretestpostestâ€. Integration of information system of primary health care activities were done by combining the form of LB3 and LB4 into a program report. The subjects were 60 person consisted of 46 data manager of activities report in 8 primary health care including: SP2TP, maternal perinatal health, nutrition, immunization, P2M, environmental health, health information and 14 officers of district health coordination. The research was located in Kotawaringin Timur district. Result: The intervention to integrate report based on 2 forms (LB3,LB4) could simplify the reporting procedure by using only one form. The benefits of the integration were the prevention of data duplication, data sharing, attribute of location at village level, more effetive data collection and management. The results of statistic analysed showed that there was no differences in perceived timeliness and completness before and after the report integration (p>0,05). However, after the integration there were improvements in perceived consistency, accessibility, reduced duplication, relevance a for and feedback (p<0,05). Reduced duplication is the most significant variable because only 1 report form was used. Form LB3 was diminished while form LB4 still being used. Conclusion and suggestion: There were no differences in perception about timeliness and completess among data managers. There were significant differences in perceived consistency, accessibility, reduced duplication, and feedback. The implementation of information system integration will need the real commitment (both of the health district officer and primary health care), socialization of data sharing, as well as the need to develop the report mechanism which can be easily accessed by health district office and other data user.
Kata Kunci : Layanan Kesehatan,Sistem Informasi,Kegiatan Puskesmas,Integration, information system, decision making