Peran Stakeholder dalam pengelolaan limbah cair Rumah Sakit di Kota Yogyakarta
HARYATA, Agustinus Ruruh, Prof.dr. Hari Kusnanto J., DrPH
2005 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang: Pengelolaan limbah cair rumah sakit di Kota Yogyakarta masih belum seperti yang diharapkan. Pengelolaan limbah cair rumah sakit ini sangat dipengaruhi oleh peran stakehoder. Stakeholder dalam pengelolaan limbah cair rumah sakit terdiri dari rumah sakit sendiri, pemerintah dan masyarakat termasuk di dalamnya LSM. Peran mereka masih belum optimal. Hal tersebut terbukti dari kualitas limbah cair yang dibuang oleh rumah sakit ke lingkungan masih belum memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui peran yang dilakukan oleh stakeholder dan manfaat yang diperolehnya serta faktor-faktor yang menjadi penghambat (perbedaan pandangan atau konflik kepentingan) diantara stakeholder dalam pengelolaan limbah cair rumah sakit di Kota Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Variabel penelitian adalah kepentingan stakeholder yang meliputi kepentingan pencitraan dan memperoleh pengakuan, kepentingan ekonomi serta kepentingan lingkungan. Sampel penelitian dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam, observasi dan analisis data sekunder. Hasil: Komitmen dari manajemen yang ada di rumah sakit sangat menentukan keberhasilan pengelolaan limbah cair rumah sakit. Tarik menarik kepentingan di internal rumah sakit kadang-kadang menyebabkan timbulnya perbedaan pandangan atau konflik kepentingan di antara stakeholder dalam rumah sakit itu sendiri. Konflik kepentingan atau perbedaan pandangan juga terjadi antara pemerintah dengan pihak rumah sakit dan di antara instansi pemerintah sendiri. Komitmen pemerintah Kota Yogyakarta dalam pengelolaan limbah cair rumah sakit masih rendah terbukti dari kecilnya anggaran pengelolaan lingkungan, kurangnya SDM pengelola lingkungan yang memadai, serta belum adanya upaya penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan rumah sakit. Pendekatan pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan masih kaku (terlalu berpegang pada aturan). Pemerintah belum mampu memberi solusi spesifik bagi rumah sakit serta belum banyak melibatkan LSM dalam kegiatan mereka. Kesimpulan: Pengelolaan limbah cair rumah sakit di Kota Yogyakarta belum menunjukkan hasil yang baik. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan pandangan atau konflik kepentingan di antara stakeholder yang ada serta masih rendahnya komitmen pengambil kebijakan di pemerintahan yang tercermin dari kecilnya anggaran, terbatasnya SDM pengelola lingkungan serta belum adanya upaya penegakan hukum yang tegas.
Background: Hospital liquid waste management in Yogyakarta City has not been done as expected. It is qreatly influenced by stakeholders, which consist of hospitals, government and the community, including non-government organizations. Their role has not been optimum yet. This is indicated from the fact that quality of liquid waste disposed by hospitals to the environment has not fulfilled quality standard imposed. Objectives: To know the role of stakeholders and factors which become constraints (different view or conflicting interest) among stakeholders in the management of hospital liquid waste in Yogyakarta City. Methods: This was a qualitative study which used a case study design. Variable of the study was stakeholders' interests which consisted of image interest and recognition, economic and environment interest. Samples were purposively taken. Data were collected through indepth interview, observation and secondary data analysis. Result: Commitment from hospital management greatly influenced the success of hospital liquid waste management. Different interests within the hospital often caused various views or conflicting interest among stakeholders. Conflict of interest and different views also existed between the government and hospital and within the government institution itself. Government commitment of Yogyakarta City in the management of hospital liquid waste was still low as viewed from the small amount of fund for environment management, limited number of staff assigned for managing the environment and absence of firm legal action against hospital breaking of low. Government approach in nurture and supervision was rigid (stuck too much to regulation). The government had not been able to give specific solution to hospital and had not involved non government organizations. Conclusion: Hospital liquid waste management in Yogyakarta City had not given good result yet. This was due to different views or conflict of interests among stakeholders and low commitment of government policy makers as reflected from small amount of fund, limited number of staff on environment management and absence of firm legal action.
Kata Kunci : Lingkungan Kesehatan,Pengelolaan Limbah Cair,Rumah Sakit