Perubahan penggunaan lahan pada kawasan hutan lindung Jasirah Leitimur di Kota Ambon

SELANO, Anthoneta, Prof.Dr.Ir. H. Chafid Fandeli, MS

2005 | Tesis | S2 Ilmu Lingkungan

Konflik sosial di Ambon telah berdampak pada penempatan hutan lindung untuk permukiman maupun pertanian, sehingga mengancam kerusakan hutan lindung. Masalah tersebut mendasari penelitian ini yang bertujuan: (1) mengungkap perpindahan penduduk pengungsi ke kawasan hutan lindung, (2) mengidentifikasi proses perubahan penggunaan lahan hutan lindung, (3) mengkaji bentuk penggunaan lahan hasil konversi lahan hutan lindung, (4) mengkaji luas penggunaan lahan hasil konversi lahan hutan lindung, (5) mengkaji besarnya pengaruh beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konversi lahan kawasan hutan lindung. Penelitian ini menggunakan metode survei. Responden penelitian adalah rumahtangga pengungsi sebagai sumber data utama penelitian. Sampel responden sebesar 110 Kepala Keluarga dari dua Desa yang ditentukan secara Quota sampling. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara terhadap sampel responden. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif untuk mendeskripsikan karakteristik responden. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mempelajari hubungan antar variabel, menggunakan uji statistik regresi ganda. untuk menguji beda rata-rata nilai variabel menggunakan uji beda t atau t test. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah pengungsi pada kecamatan Nusaniwe dan kecamatan sirimau sejak tahun 1999-2004 sebanyak 43.466 jiwa. Kecamatan Nusaniwe sebanyak 11.478 jiwa. Kecamatan Sirimau sebanyak 31.988 jiwa. Proses penempatan lahan kawasan hutan lindung terjadi secara fluktuatif, sejalan dengan terjadinya konflik sosial. Tahun 1999 sebagian besar (87,3%) pengungsi datang dengan seluruh keluarga; sebagian lagi pengungsi (12,7%) pada awalnya datang sendiri dan selanjutnya disusul anggota keluarga. sebagian besar (32,7%) pengungsi tinggal dengan cara menumpang dirumah saudara, maupun dirumah orang lain (30,0%). Namun, yang terbanyak (37,3%) justru langsung mendirikan tempat tinggal sementara yang selanjutnya dibangun permanen. Faktor pendorong utama pengungsi adalah tidak memiliki rumah didaerah asal (50%), daerah asal yang tidak aman (24,5%) dan (1,9%) pengungsi tidak memiliki saudara didaerah asal. Bentuk penggunaan lahan hasil konversi lahan hutan lindung sejak tahun 1997 sampai tahun 2003 adalah ; (1) pemukiman seluas 38,89 hektar atau 0,19% dari luas kawasan. (2) untuk usaha pertanian (ladang dan kebun) seluas 47,34 hektar untuk ladang atau 0,29% dari luas kawasan dan 24,18 hektar untuk kebun campuran atau 0,12% dari luas kawasan hutan lindung.

Social conflict in Ambon has impacted on placement of the protected forest for settlement or agriculture, so threatening the damage of protected forest. These problem to be basic of research which have purpose: (1) to reveal the moving of refugee inhabitant to the protected forest area, (2) to identify the change process of using the protected forest land, (3) to study the wide of using conversion product land of the protected Forrest land, (4) to investigate the huge effect of many factors caused the occurrence of land conversion of the protected forest land. The present research was using survey method. The respondent of research is the refugee household as primary data source of research. The sample was about 110 head of family from two villages that determined in quota sampling. The primary data collection was conducted by interview technique to sainple of respondent. Data was analyzed in quantitative and qualitative. The qualitative analysis is to describe characteristic of respondent. The quantitative analysis is conducted to study the relationship between variable, using double regression statistic test, to examine the means different of variable value by using different test t or t-test. The result suggested that total refugee in subdistrict of Nusaniwe and Sirimau since 1999-2004 about 43,466 peoples. Subdistrict of Nusaniwe about 11,478 peoples, Subdistrict of Sirimau about 31,988 peoples. The land placement process in the protected forest was taken place in fluctuative, as long with the occurrence of social conflict. In 1999 most refugee (87,3%) come with all families; some other refugee (12,7%) initially come self and then followed by family members. Most refugee (32,7%) stay in house's brother, or in another person houses (30.0%. But, the largest (37,3%) precisely built directly the temporary resident and then built pennanently. The main supporting factor of refugee was have not house in the source area (50%), Linsafe source area (24,5%) and (1,9%) the refugee do not have brother in the source area. Form of land usage of conversion product of the protected forestland since 1997 to 2003 was (1) the settlement area as width as 38.89 hectare or 0.19% from the width of region. (2) to agribusiness (field and garden) as width as 47.34 hectare for field or 0.29% from the region wide and 24.18 hectare to mixed garden or 0.12% from the region width of the protected forest.

Kata Kunci : Lingkungan,Hutan Lindung,Penggunaan Lahan, Protected land, land conversion, social conflict, and refugee