Peristiwa pemilihan Kepala Daerah :: Manipulasi identitas Sasak untuk berpolitik

SUKRI, Muhammad, Dr. P.M. Laksono, MA

2005 | Tesis | S2 Antropologi

Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui konteks identitas Sasak dikonstruksi, direkonstruksi, dan dimanipulasi, sebagai media untuk mendominasi seluruh potensi kekuatan politik dalam pemilihan kepala daerah NTB priode 2003-2008 dan Kabupaten Lombok Barat priode 2004-2009. Fokus penelitian tesis ini adalah pada proses pemilihan Gubernur NTB (2003-2008) dan Bupati Lombok Barat (2004-2009) serta berbagai gerakan yang muncul sebagai respon atas kedua peristiwa tersebut. Pemilihan kepala daerah merupakan salah satu sarana untuk memahami kebudayaan Sasak, yang lebih khusus adalah identitas Sasak. Sebagaimana Geertz menceritakan tentang kebudayaan Bali melalui peristiwa sabung-ayam. Peristiwa menjadi sarana “mengatakan sesuatu dari sesuatu” (saying something of something), lalu orang berhadapan dengan persoalan semantika sosial (Geertz, 2000: 245). Setelah peristiwa pemilihan kepala daerah ditransformasi ke dalam semantika sosial, maka yang dibicarakan adalah makna-makna yang ada di balik peristiwa tersebut dan dapat disejajarkan dengan wacana—sebagai peristiwa bahasa (Ricoeur, 2003: 30). Data pemilihan Gubernur NTB, diperoleh dengan cara melakukan penelusuran berita koran yang terbit di NTB, karena penelitian ini dilakukan setelah peristiwa tersebut selesai. Koran lokal terdiri dari: Lombok Post, NTB Post, dan Gaung NTB Post; serta Bali Post dalam rubrik berita NUSA yang khusus memuat berita peristiwa yang terjadi di NTB. Jenis berita, semua berita yang terkait dengan pemilihan Gubernur NTB, juga pendapat dari kelompok yang ada hubungannya dengan pemilihan tersebut. Dilakukan juga, wawancara terhadap seorang team suksesi gubernur yang memenangkan pemilihan tersebut. Untuk data pemilihan Bupati Lombok Barat, peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap salah satu calon bupati. Peneliti memiliki hubungan kekerabatan dengan calon yang dimaksud, sehingga dengan leluasa bisa ikut berdiskusi baik dengan calon sendiri maupun dengan teamnya, kecuali untuk mengetahui manuver politik yang terkait dengan politik uang. Untuk mengkontraskan kedua peristiwa tersebut, peneliti mewancarai sepuluh mahasiswa Sasak di Jogja. Dengan asumsi bahwa bagi mereka yang tidak bersentuhan langsung dengan peristiwa tersebut, memiliki kecenderungan bersikap datar dalam merespon persoalan daerah, termasuk identitas Sasak. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa: pertama, dalam proses pemilihan kepala daerah, identitas Sasak dimanipulasi oleh kekuatan media. Sedangkan identitas Sasak hanya satu cara untuk berkamuflase dari politik uang; kedua, dengan identitas Sasak komponen pelaku politik di daerah melakukan tindakan rasialis, karena rasialisme satu-satunya isu yang paling mudah dimanfaatkan untuk mengingatkan pembayangan masyarakat Sasak bahwa mereka pewaris tradisi Sasak dengan segala potensi sumber daya yang dimiliki daerah.

The research was conducted to reveal how the Sasak identity context had been constructed, reconstructed, and manipulated, as a media to dominate all potential political power in the general election of NTB governor in the period of 2003 – 2008 and Lombok regency in the period of 2004 – 2009. This thesis focused on the election of NTB Governor (2003-2008) and West Lombok regent (2004-2009) as well as various movements response toward them. The governor election was one of possible means to understand Sasak culture, particularly Sasak identity, as it has been asserted by Geertz about Bali culture through sabung-ayam event. The event became a way “ to say something of something”, in that people, then, faced the social semantic problem (Geertz, 2000: 245). Having transformed the head region election into the social semantic context, the discussion then turned into the meanings behind the event. This could be equalized with a discourse—as a language event. (Ricoeur, 2003: 30). This research was conducted after the Governor election event. Thus, the related data were collected from various local newspapers published in NTB such as Lombok Post, NTB Post, Gaung NTB Post, and special Bali Post column called NUSA news that covered the events happened in NTB. The kinds of news were those related to the election of NTB Governor as well as opinions that relevant to the election itself. In addition, interview was also performed to a member of the Governor’s team to win the election. For the data of West Lombok regent election, the researcher performed direct observation to one of the candidates. The researcher has family relationship with the candidate so that he could discuss with the candidate and the team more extensively, except to know the political manuever related to the money politic. To contrast the two events, the researcher interviewed 10 Sasak students in Yogyakarta with the assumption that they did not get involved directly with the events so that they tended to give superficial response toward region problem, including Sasak identity. From the research, the researcher found two significant findings. First, in the process of Governor election, Sasak identity had been manipulated by mass media power. Besides, Sasak identity became a means to avoid money politic. Second, by using Sasak identity, the political actors in the region performed racist actions for racism was the easiest issue to remind Sasak society that it had been them to continue Sasak tradition with all potential resources owned by region.

Kata Kunci : Pemilihan Kepala Daerah, Identitas Etnik Sasak, Politik Identitas, Identity -- ethnicity -- politic identity.