Laporkan Masalah

Babinian Jukung :: Pelacuran kelas bawah di Banjarmasin

AGUSTIAWANY, Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, MA

2005 | Tesis | S2 Antropologi

Pelacuran selama ini lebih dilihat sebagai problem sosial yang meresahkan dan harus ditanggulangi. Namun sampai sekarang belum ada pemecahan yang memuaskan. Penelitian ini mengambil sampel pelacuran di jukung (sampan) yang lokasinya di pinggir sungai Martapura, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran sisi kehidupan dunia pelacuran yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Studi ini lebih menekankan pada pekerjaan seorang individu yang berprofesi sebagai pekerja seks, khususnya dari sudut pandang antropologis. Getek Telawang adalah sebuah nama untuk sebuah dermaga kecil dipinggiran sungai Martapura yang terdapat di daerah Telawang Jalan R.E Martadinata. Tempat itu digunakan oleh masyarakat setempat sebagai dermaga penyeberangan dan pemberhentian kelotok dan jukung untuk menuju pusat kota atau sebaliknya. Namun, saat malam menjelang tempat ini dijadikan para oleh babinian jukung untuk bertransaksi seks dengan konsumen mereka. Kegiatan pelacuran ini sudah berusia cukup tua, diketahui sejak pendudukan Jepang di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Babinian jukung merupakan kelompok pekerja seks kelas bawah di mana dilihat dari konsumen mereka yang kebanyakan para buruh kasar dan pengangguran. Mereka juga dikenal sebagai pekerja seks kelas ‘veteran’ karena hampir semua anggotanya berumur setengah tua artinya berumur di atas 35 tahun-an. Pelacuran di Banjarmasin menjadi ajang bisnis yang ‘menggiurkan’ terbukti dari banyaknya jumlah orang-orang yang terlibat di sektor tersebut. Perkembangan ekonomi dan letak propinsi yang diapit oleh dua propinsi lain di Kalimantan memunculkan permintaan layanan seks semakin bertambah. Sudah pasti akan diikuti oleh meningkatnya populasi pekerja seks. Salah satunya ialah masih adanya kegiatan pelacuran di jukung. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain; ada keuntungan secara ekonomis yang dirasakan oleh beberapa pihak, adanya jaringan kerja dan jaringan sosial, ruang pemakluman masyarakat terhadap kegiatan pelacuran semakin terbuka lebar dan yang tak kalah signifikan terdapat faktor yang tidak diketahui yang saling berhubungan satu sama lain dan telah berkembang sekian lama sehingga membentuk suatu komunitas pekerja seks yang baru sampai saat ini. Yaitu para pensiun pekerja seks memiliki akses dengan daerah pelacuran. Ketika ada satu orang saja pekerja seks di lingkungan mereka maka berarti pusat pelacuran sudah dibangun. Regenerasi pekerja seks pemula telah tumbuh dan dia akan segera membangun jaringan berikutnya.

All the time prostitution has been seen as disturbing social problem and it has to be solved soon. However, until now there is no any satisfied solution. This research takes sample of prostitution done in jukung (boat) that located in Martapura river bank, Banjarmasin, South Kalimantan. The aim of this research is to find out a description abouth prostitution world that develop year by year. My study focuces on an individual whose profession is as sex worker, especially from anthropologist’s point of view. Getek Telawang is name of a small quay located in Martapura river bank, at R.E. Martadinata Street. This quay is used by society there as crossing quay and stopping place for kelotok and jukung from and to city. However, at night this place is used by babinian jukung to make sex transaction. This prostitution activity has lasted for years since Japan occupation in Banjarmasin, South Kalimantan. Babinian jukung is a group also known as low level sex worker whose consumers are labors and unemployment people. They are also known as ‘veteran’ level sex workers because almost the members are above 35 years old. Prostitution in Banjarmasin becomes an enticing business. It is proved by a large amount of people joining. Economic development and its location between two other provinces in Kalimantan cause a high demand on sex services. Of course it will be followed by the increase of sex workers. Some factors affect these conditions are: economical advantages, social network, and no complaint from society. The other important factor is there is open access among sex workers. When there is a person becomes sex worker, then it means that place then will be prostitution center. There will be regeneration and new network will be built soon.

Kata Kunci : Kehidupan Sosial, Pekerja Seks, babinian jukung - sex worker – work socialization.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.