Laporkan Masalah

Larvul Ngabal sebagai sistem adat dalam penyelesaian konflik sosial di Maluku Tenggara

UAR, Eka Dahlan, Dr. Nanang Pamuji Mugasejati

2005 | Tesis | S2 Ketahanan Nasional (Magister Perdamaian dan Res

Ketika konflik horizontal yang bernuansa SARA melanda Maluku pada tanggal 19 Januari 1999, dan tereskalasi ke seluruh Daerah di Maluku, termasuk Maluku Tenggara pada tanggal 30 Maret 1999, yang memporak-porandakan tatanan dan sendi-sendi kehidupan masyarakat, yang mengakibatkan kerugian harta benda serta jumlah korban jiwa yang cukup besar, local wisdom seperti “ Larvul Ngabal” mempunyai peran yang cukup signifikan sebagai sistem adat dalam proses resolusi konflik di Maluku Tenggara. Oleh karena itu untuk menguji kebenaran penyelesaian konflik di Maluku Tenggara melalui sistem adat Larvul Ngabal perlu dilakukan penelitian terhadap kesahihan penyelesaian konflik. Disadari benar bahwa upaya-upaya resolusi konflik oleh sistem adat Larvul Ngabal dapat diterima masyarakat dari dua komunitas agama baik agama Islam maupun agama Kristen. Proses resolusi konflik yang dimotori oleh para Raja menghasilkan perdamaian, yang oleh Lambang Trijono (dalam Hugh Miall) bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan secara simultan antara tiga bentuk, yaitu mencegah konflik untuk memelihara perdamaian (peace keeping), mendorong transisi dan transformasi konflik dengan upaya membentuk perdamaian (peace making), dan mendorong rekonsiliasi dengan membangun perdamaian (peace building). Adat Larvul Ngabal, sebagai suatu tradisi tua dan panjang memiliki daya tahan (resilience), yang mampu mendamaikan dirinya sendiri (reconcile itself) dan yang mampu menjadi kekuatan pendamai (reconciliation power) bagi yang lainnya, artinya perdamaian dilakukan tanpa campur tangan pihak manapun juga termasuk pemerintah

When the horizontal conflict with SARA (ethnic group, religion, race, and class) nuances hit Molluccas on January 19, 1999; and has escalated into major conflict across the Molluccas since March 30, 1999, devastating the society’s living order and pivotal point, causing losses of possessions and life, the local wisdom, like “Larvul Ngabal” had a significant role as the traditional system in the conflict resolution process in the South East Molluccas. For that reason, it is important to carry out a research on the conflict resolution validity to examine if the Larvul Ngabal would be valid for it. It is understood that the conflict resolution efforts by the Larvul Ngabal traditional system is acceptable for both religion community, Islam and Christian. The conflict resolution process moved the Kings has resulted in reconciliation, as stated by Lambang Trijono (in Hugh Miall) that a conflict resolution might be simultaneously accomplished in three ways, namely by preventing a conflict for peace keeping, reinforcing conflict transition and transformation in the form of peace making, and underpinning reconciliation with peace building. The Larvul Ngabal tradition is, as an old-long lasting one, resilient. Besides, it is capable to reconcile itself and become a reconciliation power for others, in which no other party, nor the government, can interfere the reconciliation.

Kata Kunci : Konflik Sosial,Rekonsiliasi,Sistem Adat, Peacekeeping, peace making and peace building


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.