Laporkan Masalah

Evaluasi sistem sunveilens kesehatan Jamaah Haji di Embarkasi/Debarkasi Adisumarno SOlo pada musim haji tahun 2003-2004 (1424H)

SANTJOJO, Ning, dr. Hari Purnomo K., MPH.,DrPH

2005 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang: Pengelolahan kesehatan Calon Jamaah Haji perlu didukung oleh sistem surveilans yang mantap, sehingga dengan adanya sistem yang baik, Calon Jamaah Haji dapat menunaikan ibadah haji dengan baik dan menjadi haji yang mabrur. Sistem surveilans kesehatan haji embarkasi/debarkasi Adisumarmo Solo didukung kebutuhan sumber daya sebagai bahan analisis masukan, proses, dan keluaran. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui proses/pelaksanaan sistem surveilans kesehatan haji di embarkasi/debarkasi Adisumarmo Solo, dan bagaimanakah keputusan/tindak lanjut dalam sistem surveilans kesehatan jamaah haji berdasarkan informasi epidemiologi kesehatan menurut tempat, orang dan waktu. Metode: Penelitian ini merupakan studi kasus, lokasi penelitian di embarkasi/debarkasi Adisumarmo Solo, waktu pelaksanaan musim haji tahun 2003-2004 (1424H), unit analisis sistem surveilans kesehatan Jamaah Haji Indonesia embarkasi/debarkasi Adisumarmo Solo, unit observasi petugas PPIH Bidang Kesehatan embarkasi/debarkasi Adisumarmo Solo, pengolahan data dilakukan secara deskriptif berdasarkan variabel yang diteliti, pengumpulan data dengan kuesioner wawancara, dan observasi dokumen kegiatan serta sumber daya kesehatan yang ada. Hasil: Kegiatan sistem surveilans kesehatan Jamaah Haji belum menghasilkan informasi epidemiologi yang akurat dan relevan, dengan aspek penilaian sistem surveilans telah teridentikasi Calon Jamaah Haji yang ditolak dan ditunda serta Jamaah Haji yang tersangka meningitis, pengambilan sampel nasopharyng sawap dan pemeriksaan sanitasi lingkungan dan makanan merupakan upaya pengendalian dan penyakit menular sedini mungkin. Kesimpulan: Belum ada petunjuk pelaksanaan tentang kebutuhan tenaga, dana, dan sarana sebagai penunjang kegiatan surveilans kesehatan Jamaah Haji, KKP Semarang dalam merekrut petugas sebagai PPIH Bidang Kesehatan tidak melibatkan dari Propinsi lain. Keputusan/menindaklanjuti adanya ditemukan kasus meningitis dari PPIH embarkasi/debarkasi dan Dirjen PPMPL masih sangat lambat, untuk itu perlu disarankan, adanya petunjuk pelaksanaan tentang petugas PPIH lebih terperinci dalam hal kulifikasi dan kuantitas tenaga, peningkatan pendidikan dan pelatihan petugas PPIH terhadap pemeriksaan pengamanan calon Jamaah Haji di Propinsi, Kabupaten maupun Kecamatan, serta peningkatan pemeriksaan laboratorium, sanitasi makanan yang berhubungan dengan penyakit menular bagi Jamaah Haji

Background: A solid surveillance system is required to support pilgrim candidates’ health management. Hence, given good system the pilgrim candidates may well perform their pilgrimage to Mecca and make them mabrur (accepted by Allah) pilgrims. Surveillance system of pilgrims’ health at Solo Adisumarmo embarkation/debarkation is supported by resources requirement as input, process and output analyses. In general, the present research was aimed to identify process/implementation of pilgrims’ health surveillance system at Solo Adisumarmo embarkation/ debarkation, and what decisions /follow-ups in pilgrims’ health surveillance system based on epidemiological information by place, subject and time. Method: It was a case study. Research site was Solo Adisumarmo embarkation/debarkation. It was carried out during 2003-2004 (1424H) pilgrimage period. Analysis unit involved surveillance system of Indonesian pilgrims at Solo Adisumarmo embarkation/debarkation. Observation units were PPIH officials for Health Service at Solo Adisumarmo embarkation/debarkation. Data processing was descriptively carried out based on research variables. Data were collected through interview questionnaires, observations on activity documents, and available health resources. Results: Activities of pilgrims’ health surveillance system had not provided accurate and relevant epidemiological information with identified assessment aspects of surveillance system on rejected, cancelled, and meningitis-suspected pilgrim candidates. Collection on nasopharynx sawap samples and examination on environment sanitation and foods turned out to be earliest control efforts on infectious diseases. Conclusion: No implementation guidance on personnel, fund and facility requirements has been provided to support pilgrims’ health surveillance activities yet. In recruiting personnel PPIH officials of health service, no official candidate from other provinces has been involved. Decisions/follow-ups on meningitis cases that the PPIH at embarkation/debarkation and Directorate General of PPMPL have been very slow. Therefore, it is suggested to provide more detailed implementation guidance on Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) / Pilgrimage Commission officials in terms of personnel qualification and number, educational improvement and training for PPIH officials during security examination on pilgrim’s candidates at provincial, district and sub-district levels, and improved laboratory examination, food sanitation related to infectious diseases for pilgrims.

Kata Kunci : Epidemiologi,Kesehatan Jamaah Haji,Sistem Surveilans,pilgrims’ health, surveillance system


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.