Peningkatan kinerja pengelolaan obat Puskesmas melalui penerapan standar kompetensi disertai diskusi kelompok kecil (DKK) dan umpan balik di kota Kendari
RAHIM, Nadirah, Dra. Sunarsih, SU
2005 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar belakang : Pengelola program dalam bidang obat di Sulawesi Tenggara telah menyusun standar kompetensi pengelola obat puskesmas sebagai standar untuk mengukur kinerja pengelola obat, namun belum diterapkan. Hasil supervisi tahun 2003 ditemukan bahwa kinerja pengelolaan obat terhadap perencanaan, penyimpanan, dan pelayanan belum dilakukan dengan baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak penerapan standar kompetensi terhadap peningkatan kinerja pengelola obat, dan dampak penerapan standar kompetensi disertai diskusi kelompok kecil (DKK) dan umpan balik terhadap peningkatan kineria pengelola obat. Metode Penelitian : Jenis penelitian yangi dilakukan adalah kuasi eksperimental dengan rancangan non-Equivalent control group. Delapan Puskesmas di Kota Kendari sebagai kelompok intervensi penerapan standar kompetensi disertai diskusi kelompok kecil (DKK) dan umpan balik 2 kali pada bulan yang berturutan, 8 Puskesmas di Kabupaten Konawe hanya diberi standar kompetensi sebagai kelompok kontrol. Pengukuran kinerja pengelolaan obat dilakukan sebelum dan sesudah intervensi meliputi indikator perencanaan, penyimpanan dan pelayanan di kamar obat. Data yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisis dengan statistik deskriptif dengan cara korelasi dengan membandingkan hasil sebelum dan sesudah intervensi, dan membandingkan hasil antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Hasil : Standar kompetensi dapat meningkatkan kinerja pengelola obat puskesmas terhadap perencanaan, penyimpanan dan pelayanan obat, kecuali indikator kesesuaian obat dengan pola penyakit, ketersediaan obat, stok mati dan persentase resep yang dilayani. Peningkatan kinerja indikator tersebut harus didukung oleh faktor penulisan resep, ketersediaan obat di GFK, peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas di kamar obat. Penerapan standar kompetensi disertai DKK dan umpan balik dapat meningkatkan kinerja pengelolaan obat dalam hal perencanaan, penyimpanan dan pelayanan obat lebih baik dari pada kelompok tanpa DKK dan umpan balik, kecuali pada indikator ketersediaan obat. Kesimpulan : Standar kompetensi dapat meningkatkan kinerja pengelola obat puskesmas terhadap perencanaan, penyimpanan dan pelayanan obat, kecuali indikator kesesuaian obat dengan pola penyakit, ketersediaan obat, stok mati dan persentase resep yang dilayani. Penerapan standar kompetensi disertai DKK dan umpan balik dapat meningkatkan kinerja pengelolaan obat dalam hal perencanaan, penyimpanan dan pelayanan obat lebih baik dari pada kelompok tanpa DKK dan umpan balik, kecuali pada indikator ketersediaan obat.
Background: Drug program manager in Sulawesi Tenggara has compiled competence standard for staff in charge of drug management at community health center to measure their performance but the standard had never been implemented. Result of supervision in 2003 shows that performance of drug management inplanning, storage and service had not been done properly. Objective: The study was meant to know impact of competence standard implementation to performance improvement of drug manager through focus group discussion and feedback. Method: The study was a quasi experiment which used non equivalent control group design. Eight community health centers at Kendari City were chosen as intervention group of competence standard implementation with focus group discussion and feedbeck at two successive months, and the other eight at Konawe District as control group were given competence standard only. Measuremnet of drug management performance was done before and after intervention which included planning, storage and service at drug room indicators. Data collected were tabulated and analyzed using descriptive stastical correlation by comparing result prior and after intervention and result between intervention group and control group. Result: Competence standard could improve performance of community health center drug managing staff in drug planning, storage and service, but not in drug suitability and disease pattern, drug availability, non moving inventory, and percentage of prescription being served. Knowledge and skills of staff in drug room. Implementation of competence standard with focus group discussion and feedback could improve performance, in drug planning, storage and service better than in group without focus group discussion and feedback, except in drug availability indicator. Conclusion: Competence standard could improve performance of all drug managing staff at community health center in drug planning, storage and service, except in drug suitability indicator with disease pattern, drug availability, non moving inventory, and percentage of prescription being served. Competence standard implementation with focus group discussion and feedback could improve performance, in drug planning, storage and service better than in group without focus group discussion and feedback, except in drug availability indicator.
Kata Kunci : Kebijakan Obat,Pengelolaan Obat Puskesmas,Standar DKK, competence standard, drug management performance, focus group discussion, feedback