Daya guna Detomidine dibanding Midazolam sebagai prededikasi terhadap respon yang timbul akibat gangguan ketamine pada Total Intravenous Anesthesia (TIVA)
DEVI, Ayu Evawani Alizza, dr. Bambang Suryono, SpAn-KIC.,M.Kes
2005 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran KlinisPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan daya guna dexmedetomidine dibanding midazolam sebagai premedikasi terhadap respon yang timbul akibat penggunaan ketamine pada TIVA. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa pemberian dexmedetomidine intravena sebagai premedikasi pada TIVA dengan ketamine lebih berdayaguna dalam menekan respon hemodinamik serta delirium yang ditimbulkan oleh ketamine bila dibandingkan dengan midazolam. Subyek penelitian berjumlah 154 pasien (n1=n2=77), pria-wanita, status fisik ASA I-II dengan rentang usia 18-40 tahun, akan menjalani prosedur pembedahan superfisial elektif yang menggunakan teknik TIVA dengan ketamine sebagai obat tunggal anestesi. Secara random, ke-154 pasien tersebut akan mendapatkan premedikasi 0,6 mcg/kgbb dexmedetomidine atau midazolam 0,1 mg/kgbb iv selama 15 menit yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan ketamine bolus 2 mg/kgbb iv dalam waktu 30 detik sebagai obat induksi. Ketamine drip 60 mcg/kgbb/menit serta oksigen 4 liter/menit digunakan sebagai zat pemeliharaan selama operasi berlangsung. Bilamana diperlukan, 1mg/kgbb ketamine bolus iv akan ditambahkan sesuai kondisi klinis pasien. Hipotensi dan bradikardi yang timbul akan diterapi dengan menambahkan volume cairan infus intravena dan kalau perlu dengan memberikan ephedrin 10 mg serta atropin 0,25 mg intravena. Data dikumpulkan berdasarkan hasil pemantauan pengukuran yang berulang dari nilai-nilai tekanan darah sistolik, diastolik serta frekwensi detak nadi pada saat baseline, setelah premedikasi dan induksi dilaksanakan. Metode statistik yang digunakan adalah uji chi-square, independent t-test serta regresi logistik (analisis multivariat) dengan menggunakan interval kemaknaan sebesar 95% . Hasil uji statistik akan dianggap memiliki perbedaan yang bermakna, bila besar nilai p < 0,05.
The purpose of this present study proposal is to determine whether dexmedetomidine is more efficient than midazolam intravenous as premedicant in order to prevent haemodynamic responses and emergence reaction after TIVA with ketamine. Seventy-seven patients each (n1=n2=77) , men and women, ASA physical status I-II (18-40 years old), who are going to be scheduled for elective superficial surgery under ketamine anaesthesia, allocated randomly to receive 0,6 mcg/kgbw dexmedetomidine or 0,1 mg/kgbw midazolam intravenous as premedicants, 15 minutes before start of the study. Ketamine boluses intravenous, 2 mg/kgbw, will be administered over 30 seconds for induction, and anaesthesia is maintained with 60 mcg/kgbw/minute ketamine drip and supplemental oxygen 4 liter/minute. Ketamine boluses 1 mg/kgbw will be added according to clinical condition of patients. Hypotension and bradycardia will be treated by increasing the intravascular volume, and if needed, additionally with intravenous 10 mg ephedrine and 0,25 mg atropine, respectively. Repetitive measurement of systolic- , diastolic blood pressure and heart rate at baseline, after premedication and induction are collected. Those data will be analyzed by using chi-square, independent t-test and logistic regression statistical test. A p value of < 0,05 is considered statistically significant , and level of significance is determined by 95% confidence interval.
Kata Kunci : Anestesi,Ketamine pada TIVA,Detomidine dan Midazolam