Pertumbuhan tulang panjang anak umur 7-15 Tahun :: Studi Antropometrik di daerah pedesaan Kabupaten Bantul dan Perkotaan Kotamadya Yogyakarta
RAHAYU, Tutiek, dr. E. Suryadi, SU
2005 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan BiomedisPertumbuhan dan perkembangan adalah ciri khas seorang anak. Tinggi badan seseorang, yang merupakan hasil kumulatif pertumbuhan tulang panjang, berhubungan dengan kemampuan belajar orang tersebut. Diferensiasi seksual seorang anak mulai umur 7 tahun dan puncak pertumbuhan anak terjadi pada umur 12 sampai 15 tahun. Penelitian ini bertujuan mengkaji perbedaan ukuran tulang panjang anak umur 7 – 15 tahun antara anak desa dan kota, perempuan dan laki-laki serta antara status gizi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 3613 anak yang terdiri dari 1910 anak kota dan 1703 anak desa. Kriteria subjek penelitian berumur 7 – 15 tahun, suku jawa, sehat dan tidak cacat badan. Subjek penelitian diambil dari murid 7 sekolah dasar (SD) dan 1 sekolah menengah pertama (SMP) dikecamatan Bambanglipura dan Kretek kabupaten Bantul, dan murid 4 SD dan 1 SMP kecamatan Umbulharjo dan Gondomanan Kotamadya Yogyakarta. Subjek penelitian diukur vital sign dan antropometri berupa berat badan, tinggi badan, panjang lengan atas, panjang lengan bawah, panjang tungkai atas, panjang tungkai bawah; serta mengisi kuisioner melalui orang tua mereka. Analisis data penelitian menggunakan uji anava 4 jalan untuk mengetahui signifikansi variabel-variabel tempat tinggal, jenis kelamin, umur dan status gizi. Uji t untuk mengetahui signifikansi perbedaan ukuran tulang panjang anatara anak umur 7 – 15 tahun dengan tempat tinggal, jenis kelamin, umur dan status gizi yang berbeda. Uji multipelregresion untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel tempat tinggal, jenis kelamin, umur dan status gizi terhadap ukuran tulang panjang. Uji U Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan penghasilan orang tua, aktivitas dan konsumsi pada anak. Uji korelasi regresi untuk mengetahui hubungan tinggi badan dan ukuran tulang panjang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu ukuran tulang panjang anak kota secara signifikan (P < 0,05) dibanding anak desa. Ukuran tulang panjang anak laki-laki lebih besar secara signifikan (P < 0,05) dibanding anak perempuan. Ukuran tulang panjang dengan status gizi normal lebih besar secara signifikan (P < 0,05) dibanding anak dengan status gizi pendek. Ada hubungan positif secara signifikan (P < 0,05) antara tinggi badan dengan ukuran tulang panjang. Kesimpulan yang diambil, yaitu adanya perbedaan tempat tinggal, jenis kelamin, umur dan status gizi menyebabkan pertumbuhan tulang panjang melalui proses ossifikasi di lempeng epiphysial berbeda. Keadaan ini menyebabkan ukuran tulang panjang anak kota lebih besar dibanding anak desa, ukuran tulang panjang anak laki-laki lebih besar di banding anak perempuan, stats gizi normal lebih besar dibanding dengan status gizi pendek. Selain itu, ada hubungan positif antara tinggi badan dengan ukuran tulang panjang.
Growth and develop are the characteristics of achild. Body heigth of a person, which are the cumulatif result of long bone growth, are related with the ability to learn. Sexual differentiation of a child start at 7 years old and achieving top growth between 12 until 15 years old. This study aim to configure the long bone size differences of child among 7 – 15 years old, urban and rural, boys and girls also among different nutrient status. This study done on 3613 children whinch 1910 of them are rural and the other 1763 are urban child. Subject criteria can be determined as children among 7 – 15 years old, java tribe, healthy and do not have body handcap. Subject of this study are taken from the student of 7 clementary school (SD) and 1 junior high school (SMP) of subdistrict Bambanglipura and Gondomanan, District Yogyakarta. This study subject are masured of their vital sign, and antropometri suchas body weight, body height, long of arm for, fore arm length, long of legtor, long of leg under, and algo fill the cuisioner about their parents. Statistical analysis used annova 4 way test the figure the signifikansi of recidence, gender, age and status gizi variables. T test used figure the signifikansi of long bone size differences between child 7 – 15 years old with their residence, gender, and differen nutrient status. Multipleregretion test used to figure. The influence of residence, gender, age and nutrient status variables againts long bone size. U Mann Whitney test, used to figure the differences between parents productivity, activity and child consumption. Corelation regresion test used to figure the relation between body height againt long bone size. The results obtained from this study showed that long bone size of rural child signifikanly (P< 005) are bigger than urban child. Long bone size of a boy significanly (P<00,5) are bigger than a girl. Long bone size of a child with normal nutrient status significanly (P<0,05) are bigger than the other with shorth nutrient status. There are a significanly (P<00,5) positif connection between body height againts long bone size. It is concluded that the caistance of residence difference, gender, age and nutrient status made a different long bone growth. Through ossifikasi proses on epiphysial plate. This circumstances cause the rural child long bone size are bigger than the one of urban child, long bone size of body are bigger than of girl, long bone size of a child with normal nutrient status are bigger than the one with short nutrient status. In addition, there is positive connection between body height with long bone size.
Kata Kunci : pertumbuhan, tulang panjang, kota, desa, growth, long bone, rural, urban