Perubahan gambaran histologi Sel Leydig dan kadar testosteron plasma akibat kebisingan pada tikus (Rattus Norvegicus) dewasa
DHARMA, Kelana Kusuma, Prof.dr. Sri Kadarsih Soejono, MSc.,Ph.D
2005 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan BiomedisPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui histologi sel Leydig, jumlah dan diameter inti sel Leydig, indeks berat testis serta kadar testosteron plasma akibat kebisingan. Hewan percobaan pada penelitian ini adalah Rattus norvegicus jantan dewasa galur Sprague dawley sejumlah 27 ekor yang terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan, kelompok kedua adalah kelompok perlakuan bising dalam waktu 8 jam/hari selama 12 hari, dan kelompok ketiga adalah kelompok perlakuan bising dalam waktu 8 jam/hari selama 24 hari. Perlakuan bising yang digunakan adalah bising intermiten kronik (chronic intermittent noise) dengan intensitas 100 – 105 dB dan frekuensi all phase (63 Hz – 8 KHz). Setelah perlakuan pada setiap kelompok dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar testosteron plasma yang dilanjutkan dengan euthanasia guna pengambilan jaringan testis (kelompok pertama dan kedua dilakukan pada hari ke-12 sedangkan kelompok ketiga pada hari ke-24). Pembuatan preparat histologi dilakukan dengan metode pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE), sedangkan pengukuran kadar testosteron plasma dilakukan dengan metode ELISA. Pengamatan dengan mikroskop cahaya pada preparat jaringan testis menunjukkan bahwa penurunan jumlah sel Leydig yang bermakna terjadi setelah pajanan bising 24 hari. Hal ini dibuktikan dengan jumlah sel yang rendah pada kelompok perlakuan 24 hari (80,04±0,63) jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan 12 hari (85,28±0,93) dan kelompok kontrol (86,05±0,89) (P<0,05). Penurunan diameter inti sel Leydig yang bermakna juga terjadi setelah pajanan bising 24 hari, terbukti dengan lebih kecilnya diameter inti sel Leydig pada kelompok perlakuan 24 hari (4,09±0,05 mm) jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan 12 hari (4,39±0,06 mm) dan kelompok kontrol (4,42±0,04 mm) (P<0,05). Kadar testosteron plasma pada kelompok perlakuan 24 hari (90,55±47,36 ng/dl) dan perlakuan 12 hari (99,04±43,28 ng/dl) lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (151,30±113,3 ng/dl), tetapi dengan analisis varian satu jalan membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada ketiga kelompok (P<0,05). Analisis statistik ini membuktikan bahwa penurunan kadar testosteron plasma yang terjadi tidak bermakna. Penurunan kadar testosteron kemungkinan terjadi pada testosteron intratestikular yang dibuktikan pada penelitian ini dengan adanya perubahan morfologi inti sel seretoli menjadi lebih pipih dengan aksis panjangnya sejajar/parallel dengan membrana basalis tubulus semeneferus. Gambaran seperti ini menunjukkan bahwa sel Sertoli mengalami penurunan aktivitas. Pengukuran Indeks Berat Testis (IBT) tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada ketiga kelompok (P<0,05) yang membuktikan bahwa kebisingan tidak mempengaruhi IBT
This research was aimed to study the effect of noise on the histology of Leydig cells, the number and diameter of Leydig cell nuclei, testicular weight index and plasma testosterone level. Twenty-seven adult male Rattus norvegicus were used in this research, and they were assigned into 3 groups. First group was the control group without any treatment, while the second group was treated with noise 8 hours/day for 12 days, and the third group was treated with noise 8 hours/day for 24 days. Chronic intermittent noise was used, with intensity of 100-105 dB and frequency of all phase (63 Hz – 8 KHz). After the treatment, blood samples were taken for plasma testosterone level measurement, and after that rats were killed and their testicular tissue were taken (performance on day 12 for the first and second groups, and on day 24 for the third group). Histological preparation were stained with Hematoxylin-Eosin (HE) method. Plasma testosterone level were determined by ELISA method. Under light microscope, testicular tissue showed a significant decrease of the number of Leydig cells after expose to noise for 24 days. The cells number in 24-days treatment group was lower (80.04±0.63) than 12-days treatment group (85.28±0.93) and control group (86.05±0.89) (p<0.05). A significant decrease of diameter of Leydig cell nuclei was occurred after exposed to noise for 24 days. Diameter of Leydig cell nuclei in 24-days treatment group was smaller (4.09±0.05 mm) than 12-days treatment group (4.39±0.06mm) and control group (4.42±0.04 mm) (p<0.05). Plasma testosterone level in 24-days treatment group (90.55±47.36 ng/dl) and 12-days treatment group (99.04±43.28 ng/dl) were lower than control group (151.30±113.3 ng/dl) but one-way analysis of variance on this data showed that the difference was statistically insignificant between the 3 group (p<0.05). It proved that the decrease of plasma testosterone level is insignificant. The decrease occurred presumably in testicular testosterone, confirmed by the morphological change of Sertoli cell nuclei, which became flatter, their long axis were parallel to the basal membrane tubulus semineferus. This description showed that Sertoli cells had a decrease in activity. Testicular weight index measurement showed no significant difference between the 3 group (p<0.05). Proving that noise had no effect on testicular weight index.
Kata Kunci : Fertilitas Pria,Kebisingan, noise - Leydig cell – testosterone