Laporkan Masalah

Tumpangsari tebu lahan kering dengan beberapa jenis tanaman palawija kaitannya dengan pertumbuhan gulma dan hasil tanaman

SOEJONO, A. Toekidjan, Promotor Prof.Dr.Ir. Soemartono Sastrowinoto

2005 | Disertasi | S3 Ilmu Pertanian

Tujuan utama sistem pertanian di daerah tropika adalah untuk memaksimalkan penggunaan lahan dengan penanaman tanaman sela di antara tanaman pokok yang disebut sistem pertanaman tumpangsari. Gulma berada pada tanaman sela dan tebu yang ditanam, tetapi informasi tentang pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan gulma dan hasil kedua jenis tanaman dalam sistem pertanaman tumpangsari sangat sedikit. Empat percobaan telah dilakukan di Desa Ngrancah, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai bulan Oktober 1991 sampai bulan Agustus 1993. Perlakuan dari semua percobaan terdiri atas dua fakor dan diatur dalam rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan. Pengujian dilakukan terhadap lima jenis tanaman palawija dengan saat tanam yang divariasi. Pada percobaan pertama selang satu guludan tidak ditanami tanaman sela, tetapi pada percobaan kedua semua guludan ditanami tanaman sela. Pada percobaan ketiga, jagung, kacang tanah dan kedelai ditanam sebagai tanaman sela pada jarak antarbaris tebu yang berbeda yang divariasi dengan jarak baris ganda. Pada percobaan keempat, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau ditanam pada semua guludan tebu keprasan (tebu ratoon). Hasil yang diperoleh dari semua percobaan menunjukkan bahwa tanaman sela tidak menurunkan hasil tebu. Tanaman sela yang ditanam setelah tanam tebu memberikan berat batang lebih tinggi daripada yang ditanam sebelum tebu. Tanaman sela yang ditanam lambat memberikan hasil tebu lebih tinggi daripada yang ditanam awal, tetapi hasil tanaman sela menurun. Saat tanam tanaman sela kacangan tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tebu ratoon. Jagung, kacang tanah, dan kedelai dalam tumpangsari dengan tebu dapat menekan pertumbuhan gulma sebesar 70 - 95 %. Cyperus rotundus merupakan jenis gulma dominan pada sistem pertanaman tumpangsari tebu dengan jagung, sedang jenis gulma yang dominan pada sistem pertanaman tumpangsari tebu dengan tanaman kacangan adalah Ageratum conyzoides. Jarak antarbaris tebu 90 cm tidak menurunkan jumlah, panjang dan berat batang dengan nyata. Jarak tanam ganda (160 + 40) cm dapat menurunkan jumlah batang tetapi beratnya tidak terpengaruh. Tanaman sela jagung, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tebu pada jarak antarbaris yang berbeda.

Tropical agricultural system mainly to maximise land utilization by planting an intercrop between the crop stand namely intercropping system.Weeds are present whereas such a crop and intercrop are planted, but there is little information of the effects of intercrops on the growth of the weeds and yield of the both crop in intercropping system. Four field experiments were carried out at ngrancah Village, Pengasih Sub-district, Kulonprogo District, Yogyakarta Special Territory, from October 1991 until August 1993. All ridges in the second experiment were planted by intercrops, but in the first experiment there was intermittent ridge without intercrop. All ridges in the third experiment were planted by corn, peanut and soybean in different distance between two rows varied by double rows. In th fourth experiment, all ridges in canecutting (ratooncane) was planted by peanut, soybean and mungbean. The treatment of all experiment consisted of two factors arranged in a Split Plot Design with three replications. Three species of food intercrops and their various planting time were tested. All ridges in the second experiment was planted by intercrop, but there was inermittent ridge without intercrop. In the third experiment, all ridges were planted by corn, peanut and soybean in different distance spacing varied by double rows. In the fourth experiment, all ridges in canecutting (ratooncane) were planted by peanut, soybean and mungbean as intercrop. The result of all experiment showed that intercrops did not reduce the yield of sugarcane. The intercrop was planted after sugarcane gave the higher stalk weight than planting before sugarcane. The late planting of intercrop gave the higher yield of sugarcane than the early planting, but the yield of intercrop was reduced. The planting time of intercrop dit not significant effect on the yield of canecutting (ratooncane). Corn, peanut, soybean and mungbean were planted in intercropping system with sugarcane was able to suppress weeds growth about 70 - 95 %. The dominant weed species in intercropping system sugarcane with corn was Cyperus rotundus, but in the intercropping systen sugarcane with legume intercrop was Ageratum conyzoides. Planting 90 cm between rows dit not significant reduce number, length and weight of stalk. Double rows (160 + 40) cm was able to decrease stalk number but the weight of stalk was not affected. The intercrop corn, peanut and soybean did not significant effect on the yield of sugarcane with different distance between rows.

Kata Kunci : Tumpangsari Tebu dan Palawija,Pertumbuhan Gulma dan Hasil Tanaman


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.