Dampak Program Pengembangan Agribisnis Jagung terhadap pendapatan petani di Kota Palangka Raya melalui bantuan langsung masyarakat (BLM) :: Studi kasus di Kecamatan Sebangau
BIRIM, Petra Jaya, Dr. Soetatwo Hadiwigeno, MA
2005 | Tesis | Magister Ekonomika PembangunanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program pengembangan agribisnis jagung di Kota Palangka Raya melalui dana bantuan langsung masyarakat (BLM) dapat meningkatkan pendapatan petani. Selain itu juga untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab kenaikan pendapatan petani setelah adanya program pengembangan tersebut dan menerima dana bantuan langsung masyarakat. Untuk itulah penelitian ini diberi judul Dampak Program Pengembangan Agribisnis Jagung Terhadap Pendapatan Petani di Kota Palangka Raya Melalui Bantuan Langsung Masyarakat (studi kasus di Kecamatan Sebangau). Data yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara terhadap 52 petani responden di Kelurahan Kalampangan Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya dan pengamatan langsung pada lokasi yang menjadi obyek penelitian. Data sekunder digunakan sebagai pendukung analisis data primer. Asumsi yang digunakan dalam analisis adalah (1) harga di tingkat petani tidak berbeda; (2) luasan lahan tanam untuk usahatani jagung antara sebelum dan sesudah adanya program adalah sama; dan (3) kerusakan tanaman dalam setahun per petani sebesar 10%. Dengan mengunakan alat analisis uji beda dua rata-rata dengan derajat kepercayaan 95% ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani sebelum dan sesudah adanya program. Dengan luas lahan rata-rata per petani antara sebelum dan sesudah adanya program adalah sama, yaitu 0,3 ha/petani, pendapatan yang diperoleh per petani sebelum adanya program (usahatani jagung lokal) adalah Rp1.080.922,50/tahun dan sesudah adanya program (usahatani jagung manis) adalah Rp6.368.792/tahun. Kenaikan pendapatan per petani dalam setahun dari usahatani jagung manis adalah Rp5.287.869,50/tahun (489,20%). Penyebab kenaikan pendapatan petani dari usahatani jagung manis tersebut adalah karena, pertama, adanya kenaikan harga jagung yaitu dari jagung lokal Rp1.500/kg menjadi jagung manis Rp3.500/kg. Kenaikan harga jagung yang diterima petani sesudah menanam jagung manis adalah Rp2.000/kg (133,33%). Kedua, dengan menggunakan asumsi kerusakan tanaman dalam setahun adalah 10% maka dari luas lahan yang ditanam jagung 0,3 ha/petani didapat luas panen sebesar 0,27 ha/petani. Berdasarkan asumsi tersebut ditemukan adanya kenaikan produktivitas jagung lokal 6.643,15 kg/ha menjadi jagung manis 10.804,85 kg/ha. Kenaikan produktivitas dari sesudah menanam jagung manis adalah 4.161,70 kg/ha (62,65%).
The research aimed to find out wether the development program of corn agribusiness in Palangka Raya City through the society direct fund (SDF) could increase the peasants’ income. Furthermore, it also aimed to reveal the cause of the increasing of the peasants’ income after the development program and the society direct fund (SDF). That was why this research had title The Impact of the Development Program of the Corn Agribusiness on the Peasants’ Income through the Society Direct Fund (a case study on Sebangau Region). The primary data is from the interview with 52 peasants in Kalampangan Sebangau Region Palangka Raya City anda the observation on the location. The secondary data is used to support the primary data analisys. The assumptions used in this analysis were (1) the prices in the peasants’ level were not different; (2) the extents of the planted land for the corn agriculture before and after the program were the same; (3) the plant damage in a year for each peasant was 10%. Using the two means different testing with the confidence level 95%, there was a significant difference of the peasants’ incomes before and after the program. Because the averages of the land extents for each peasant before and after the program were the same that was 0.3 ha/peasant, the income of each peasant before the program (the local corn agriculture) was Rp1,080,922.50/year and after the program were (the sweet corn agriculture) Rp6,368,792/year. In other words, the income increasing for each peasant in a year from the sweet corn agriculture was Rp5,287,869.50/year (489.20%). There were some causes of the increasing of the peasants’ income. First cause was the increasing of the corn price from the local corn Rp1,500/kg to the sweet corn Rp3,500/kg. The increasing of the corn price that the peasants accepted after planting the sweet corn was Rp2,000/kg (133.33%). The second, using the assumption of the plant damage in a year 10%, the extent of the harvested land was 0.27 ha/peasant from the extent of the land planted by the corn 0.3 ha/peasant. Based on those assumptions, there was a productivity increasing of the extent of the harvested land from the local corn 6,643.15 kg/ha to the sweet corn 10,804.85 kg/ha. Thus, the productivity increasing after planting the sweet corn was 4,161.70 kg/ha (62.65%).
Kata Kunci : Pembangunan Ekonomi, Pengembangan Agribisnis, Pendapatan Petani, Palangka Raya