Peranan subsektor peternakan dalam pembangunan regional Provinsi Nusa Tenggara Barat

MANDYSASTRA, I Gede, Dr. Catur Sugiyanto, MA

2005 | Tesis | Magister Ekonomika Pembangunan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi subsektor peternakan serta untuk mengetahui peranannya dalam pembangunan regional Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah guna menentukan serta merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan, khususnya pembangunan subsektor peternakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Nusa Tenggara Barat periode tahun 1999- 2003. Data sekunder tersebut diperoleh dari Kantor Biro Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Nusa Tenggara Barat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Shift-share, Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), dan analisis Overlay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat selama periode penelitian mengalami pertumbuhan secara ratarata sekitar 9,80% setiap tahunnya. Pada tahun 1999 PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat tumbuh sebesar 4,24% dengan nilai Rp3.398.362.409.000,- sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp5.109.436.084.000,- atau tumbuh sebesar 3,20%. Sektor/subsektor yang mempunyai laju pertumbuhan tertinggi secara rata-rata adalah sektor pertambangan dan penggalian, sedangkan yang terendah adalah sektor jasa-jasa. Analisis Shift-share memperlihatkan bahwa subsektor peternakan mempunyai pertumbuhan riil tertinggi di antara subsektor pada sektor pertanian serta mempunyai keunggulan kompetitif yang memberikan pengaruh positif sebesar Rp4.171.160.000,-. Subsektor peternakan selama periode penelitian mempunyai nilai LQ rata-rata sebesar 1,86 yang berarti bahwa subsektor peternakan merupakan subsektor unggulan/subsektor basis. Hasil analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) menunjukkan bahwa subsektor peternakan merupakan satu-satunya subsektor di antara sektor pertanian yang menonjol pertumbuhannya di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya dari analisis Overlay menunjukkan bahwa subsektor peternakan merupakan salah satu dari dua subsektor yang dominan baik pertumbuhan maupun kontribusinya dalam pembentukan PDRB di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan data dan uraian yang ditunjukkan dalam profil peternakan Nusa Tenggara Barat memperlihatkan bahwa, subsektor peternakan telah dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan ternak potong maupun ternak bibit, baik untuk kebutuhan lokal maupun kebutuhan beberapa daerah lainnya di Indonesia, dan bahkan kebutuhan beberapa negara tetangga. Subsektor peternakan juga telah dapat menjadi pilihan pekerjaan bagi sebagian rumah tangga penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat di mana pada gilirannya diharapkan juga ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa subsektor peternakan telah berperan sangat positif dalam pembangunan regional Provinsi Nusa Tenggara Barat.

The research aims to identify and analyze the potential of subsector of husbandry, and to find out its role in regional development in West Nusa Tenggara. The research is expected to be able to support regional government in determining and in formulating the development strategy and policy, in particular, in developing the subsector of husbandry in West Nusa Tenggara. Data used on this research are secondary data; they are the gross domestic regional products of West Nusa Tenggara in period 1999-2003. The secondary data are acquired from Central Bureau of Statistics and from the regionally developmental planning body in West Nusa Tenggara. Methods of analysis used on this research are Shift Share, Location Quotient, Growth Ratio Model and analysis of Overlay. The result of the research showed that the annual economy of West Nusa Tenggara province in the research period grows 9,80%. In 1999 the gross regional domestic product of West Nusa Tenggara grew 4,24% or Rp3.398.362.409.000-; while in 2003 it increased to Rp5.109.436.084.000,- or it grows 3,20%. Sector/subsector that has the highest growth rate in average is the sector of the mining and exploration, while the lowest one is sector of service. Shift share analysis showed that subsector of husbandry has the real highest growth compared with the other subsector in sector of agriculture. In addition, it has the competitive advantage giving the positive effect, that is Rp4.171. 160.000,-. Subsector of husbandry in research period is 1,86 in average of LQ value. It means that subsector of husbandry is the superior or the base one. Analysis result of the Growth Ratio Model showed that subsector of husbandry is the only subsector in agriculture sector that has the prominent growth in West Nusa Tenggara province. Furthermore, analysis of Overlay showed that subsector of husbandry is one of two sub sectors that is dominant either in the growth or its contribution in arranging the gross regional domestic product in West Nusa Tenggara. The data and explanations, which are showed in the profile of husbandry in West Nusa Tenggara, displayed that subsector of husbandry has played the role in meeting either the need of the beef cattle or breeding cattle, either for the local area or the other areas in Indonesia. Moreover, it can meet the need of the neighbor countries. The jobs in subsector of husbandry also has been the choice for a part of households in West Nusa Tenggara province; in turn, it is expected that it will play the role in increasing the income and welfare for the breeders in West Nusa Tenggara province. Thus, it can be said that subsector of husbandry has positively played the role in regional development in West Nusa Tenggara province.

Kata Kunci : Pembangunan Ekonomi,Subsektor Peternakan