Laporkan Masalah

Lembaga Adat Melayu dalam pembangunan :: Studi Lembaga Adat Melayu di Kabupaten Bengkalis

HARIS, Abd, Prof.Dr. Sjafri Sairin

2005 | Tesis | Magister Administrasi Publik

Perubahan sistim seiring dengan reformasi dan otonomi daerah yang menekankan desentralisasi dan demokratisasi ditingkat lokal, secara langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh yang cukup luas pada tata kesidupan masyarakat. Eforia reformasi dan otonomi daerah, mendorong bangkitnya vivil society serta menaikkan posisi warga. Posisi tawar masyarakat sipil, salah satunya dapat dibagun melalui strategi pengorganisasian siri ataupun melalui mekanisme jaringan yang lebih tertata. Beberapa tokoh masyarakat merasa perlu membentuk suatu lembaga yang bisa menjadi wadah berhimpunnya para pemuka adat/pemangku adat/tua dan masyarakat, ninik mamak dan kaum cerdik pandai untuk kembali menghidupkan nilai-nilai Melayu yang telah hilang, dalam sebuah Lembaga Adat Melayu agar dapat berperan sebagai subjek maupun objek dalam pembangunan di negeri sendiri. Sebagai Lembaga Kemasyarakatan yang bertumpu dan berakar di dalam masyarakat yang berbudaya Melayu mempunyai tanggungjawab sebagai pengayom anak kemenakan. Dengan berfungsinya Lembaga Adat, tentulah akan memberikan peluang terjalinnya persebatian dari “Tungku Tiga Sejerangan” atau “Tali Berpilin Tiga” yang mencerminkan keterpaduan unsur pemerintah, ulama dan adat yang diharapkan terwujudnya kerjasama dalam menyukseskan pembangunan. Penelitian ini difokuskan pada fungsi dari peran lembaga adat dan bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisa sejauhmana fungsi dari peran yang telah dilakukan dan kedudukan yang ideal Lembaga Adat Melayu Bengkalis dalam pembangunan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan pengumpulan-pengumpulan dokumen-dokumen yang relevan, kemudian didiskripsikan dan diinterpretasikan. Penelitian ini menemukan bahwa apa yang diharapkan dari sebuah lembaga adat untuk bisa menjadi teluk timbunan kapar, tempat mengadu dan bertanya, menjernihkan yang keruh, bisa menyelesaikan yang kusut, pandai memilih antah dari semua beras, karena bila mencencang tak putus, bila mengerat tak pudung, atas semua itu mereka didahulukan selangkah ditinggikan seranting, tak pernah bisa terwujudkan dalam peran yang signifikan. Adapun nilai-nilai baru yang ditemukan realitas fungsi dari peran Lembaga Adat Melayu Bengkalis dalam pembangunan, harus diyakini sebagai sebuah bentuk affirmative action plan yang diyakini akan mampu membawa masyarakat Melayu menjadi subjek maupun objek pembangunan di negeri sendiri. Dari hasil penelitian ini disarankan agar kedepan Lembaga Adat Melayu Bengkalis lebih berfungsi dan lebih eksis dalam pembangunan di daerah antara lain melakukan konsolidasi struktur kelembagaan agar lebih mandiri dengan cara melakukan perubahan struktural dan mencari sumber dana lainnya, memperjelas suatu pemahaman Good Governance, antara pemerintah daerah, swasta dan sektor lainnya agar menjadikan partner dan menempatkannya sesuai kapasitasnya dan berusaha membina hubungan sinergi antara unsur etnik yang ada, dengan sentiasa membuka dialog komunikatif dan terbuka serta membuat forum-forum rembukan untuk mencari solusi dan pemecahannya, sehingga lembaga adat menjadi salah satu stakeholder dalam pembangunan.

The changing of system along with reformation and regional autonomy which emphasize decentralization and democratization in local level, directly and indirectly playing broadly influence at societal living rule. The reformation euphoria and regional autonomy, have encourage an emerging of civil society as well as rising citizens position. Bargaining position of civil society, one could be developed through self organizing strategy, as well as through network mechanism that more structured. Some societal figure feel its need to established one institute which could be coordinating institution of the gathering of tradition elderly/tradition figure, muslim leader, societal, village elder and scholarship to revive Melayu values that was lost, in one Melayu Tradition Institute, as one societal institute that rest and rooted in Melayu tradition societal, which have responsibility as children-nephew guardianship. With functional of Traditional Institute, indeed would provide opportunity to intertwined alliance from “Tungku Tiga Sejerangan/ Three Stove all in one” or “Tali Berpilin Tiga/ Three Twisting Rope” which reflecting of integrating of government, muslim leader and traditional element that be expected could create the cooperation in development success. The research be focused on institution function from role and aimed to describe and to analyze the extent to which the role that have played and the ideal magnitude of Bengkalis Melayu Traditional Institution in development. This research used qualitative method, with the technique of data collecting through interview, observation, and collecting relevant documents, then all of these be describe and be interpreted. This research was found that what was be expected from one tradition institution to could be “teluk timbunan kapar (crowded around gulf), the place to tell and to ask, to clarify what disturbed, to solve the problem, smart to elect rice chaff from rice, because if tie anything not broken, if slice not lop off, over all of that, they be earlier one step, be rise one branch, never could be realize on significant role. Now, the new values which be found in reality of the Bengkalis-Melayu Tradition Institute function from role in development, must be belief as one form of affirmative actions plan that be believe would be able brought the Melayu society be both development subject and object in their owns country. From the result of this research, it could be advice that in the future, Bengkalis- Melayu Tradition Institute could take more role and more exist in the regional development, among others by performing consolidation in institute structure in order to more independent through performing structural changing and searching for other financial resources, clarify in understanding on good governance, between government, private and other sector, be partner and tak magnitude according to their own capacity and try to maintain synergy relationship between given ethnicity element, by always be open to communicative dialogue and be open and create dialogue forum to searching the solution and the solving, so the tradition institute could be one stakeholder in the development success .

Kata Kunci : Otonomi Daerah,Pembangunan,Lembaga Adat, Melayu Tradition Institute; Role, Function, Development


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.