Laporkan Masalah

Analisis kerentanan dan resiko banjir daerah Bojonegoro-Tuban-Lamongan Jawa Timur menggunakan teknik penginderaan jauh

Bambang Dwi Dasanto, Dr. Prapto Suharsono, M.Sc.

2000 | Tesis | S2 Penginderaan Jauh

INTISARI Daerah Bojonegoro-Tuban-Lamongan, khususnya lembah Bengawan Solo adalah daerah yang sering menjadi sasaran banjir. Namun, daerah tersebut juga merupakan daerah penghasil hasil pertanian yang cukup tinggi. Oleh karena itu, daerah ini perlu untuk dipetakan tingkat kerentanan hingga resiko banjirnya. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mempelajari indikator-indikator banjir yang terdapat pada citra foto udara dan citra Landsat TM untuk menentukan tingkat kerentanan banjir daerah penelitian. (2) menonjolkan kenampakan daerah yang sering kena banjir dan yang tidak dengan menggunakan transformasi khusus, Tasseled-cap Transformation. (3) mengevaluasi jumlah potensi kerugian atau kehilangan yang diakibatkan oleh banjir untuk setiap tingkat resiko banjir. Metode dari penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Pertama, interpretasi satuan bentuklahan menggunakan data digital Landsat TM dan foto udara pankromatik hitam putih. Kedua, pembuatan peta klasifikasi penutup lahan dan penggunaan lahan dengan menggunakan data Landsat TM. Ketiga, peta kerentanan banjir diperoleh dari data digital Landsat TM yang dipertajam dengan transformasi Tasseled-cap, dan hasil dari transformasi yang digunakan adalah citra sumbu kecerahan (indeks kecerahan) dan kebasahan. Keempat, peta kerentanan banjir ditumpangsusunkan dengan peta penggunaan lahan yang telah berisikan informasi keberadaan penduduk, hasilnya adalah peta bahaya banjir. Selanjutnya, peta bahaya banjir ditumpangsusunkan dengan peta nilai produktivitas lahan dan kepadatan penduduk, hasilnya adalah peta resiko banjir. Dalam proses ini analisis tabel dua dimensi dengan logika Boolean telah digunakan. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) satuan bentukan asal di daerah penelitian ada 5, yaitu marin, fluvial, solusional, denudasional, dan struktural-denudasional; dan 5 satuan bentukan asal ini tersusun oleh 24 satuan bentuklahan detil. (2) Satuan bentuklahan yang rentan terhadap banjir meliputi bentuklahan fluvial khususnya Dataran Aluvial (F1), Potongan Meander (F3), Tanggul Alam (F2), Rawa Belakang (F7) dan Cekungan Banjir (F8). (3) Berdasarkan citra hasil transformasi Tasseled-cap maka daerah yang sering menjadi sasaran banjir tampak jelas dan mudah diidentifikasi. Nilai spektral pada Citra Sumbu Kebasahan untuk daerah sangat rentan adalah > 22, rentan adalah 17-22, agak rentan adalah 11-16, dan kurang rentan 5-10. Karakteristik banjir dari 5 tingkat kerentanan banjir adalah khas, contoh: daerah sangat rentan terhadap banjir meliputi 3 karakter, yaitu periode ulang 1 tahun, kedalaman genangan > 9,5 m, dan lama genangan 90-120 hari. Untuk tingkat kerentanan banjir lain dapat dilihat pada Peta Kerentanan Banjir terlampir. Peta Bahaya Banjir sebagai kelanjutan dari Peta Kerentanan Banjir apabila diperbandingkan akan memperlihatkan kenampakan yang khas, yaitu tingkat kerentanan tinggi bukan berarti tingkat bahayanya juga tinggi. Tingkat bahaya banjir tinggi akan mencirikan tingkat keberadaan atau tingkat aktivitas manusia yang tinggi di tempat tersebut. Peta resiko banjir sebagai hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat resiko tinggi berarti kemungkinan untuk timbulnya kerugian atau kehilangan juga tinggi. Tingkat kerugian pada kelas resiko tinggi tiap 25 Ha pada penggunaan lahan padi sawah irigasi, tegalan dan kolam ikan air tawar berturut-turut adalah 150750 Kg, 138275 Kg, dan 39150 Kg. Atas dasar besarnya tingkat kerugian tersebut maka klas resiko banjir dapat digunakan untuk menetapkan skala prioritas penanggulangan banjir.

ABSTRACT Bojonegoro-Tuban-Lamongan area, especially of Bengawan Solo valley is a flood prone area. But, this area has also a relatively high agriculture production. Therefore, it is necessary to be mapped the flood susceptibility and risk condition. Objectives of this research are: (1) to study some flood indicators which can be identified on aerial photograph and Landsat TM image to determine flood susceptibility level at research area. (2) to enhance of digital image using Tasseled-cap transformation to differentiate between flood prone areas and not flood areas.(3) to evaluate the amount of potential damage or losses caused by each flood risk level. Method used for this research consisted of several steps. First, interpretation of landform units using digital Landsat TM data and black-white panchromatic aerial photographs. Second, the Landsat TM data was used to provide land cover and landuse maps. Third, a flood susceptibility map was then produced using digital Landsat TM data. For this purpose, digital data had been enhanced with Tasseled-cap Transformation, to obtain indices of brightness, greenness and wetness. Brightness and wetness indices were used to distinguish moist soils from the dry ones. Based on the soil moisture levels, flood susceptibility map could be made. Fourth, flood susceptibility map was then overlaid with the landuse map, in order to deliver flood hazard map. This map was overlaid with land productivity and population density maps to obtain flood risk map. Two-dimensional tables controlled by Boolean logic were also used in this overlay analyses. Results of this research showed that: (1) there were 5 forms of origin units, namely Marine, Fluvial, Solutional, Denudational, and Structural-Denudational origins; these units were formed from 24 detailed landform units. (2) landforms that susceptible to flooding include the Fluvial Landform, especially Alluvial Plain (F1), Meander Cut-off (F3), Backswamp (F7) and Flood Basin (F8). (3) Based on the result of Tasseled-cap transformation (especially Wetness Indices), the flood prone areas clearly appear and easily identified. The spectral values of Tasseled-cap transformation image varies, i.e. >22 (highly susceptible to flooding), 17-22 (susceptible to flooding), 1116 (moderate), 5-10 (low), and <5 (not susceptible to flooding). Flood characteristics of five flood susceptibility levels are specific in nature. For example, area of highly susceptible to flooding encompasses three characters, these are, return period of 1 year, inundation depth of > 9.5 meter, and inundation duration of 90-120 day. As the final result of this research, Flood Risk Map shows that high-risk category is associated with high chance of losses. Level of losses at high risk class for every 25 Ha at landuse type of irrigated paddy field, dryland, and fresh water fish pond are 150750 Kg, 138275 Kg, and 39150 Kg, respectively. Based on these losses, the class of flood risk may be used to determine priority scale in mitigating flood.

Kata Kunci : Teknik penginderaan jauh, resiko banjir, Bojonegoro, Tuban, Lamongan

  1. S2-2000-6780-Abstract.pdf  
  2. S2-2000-6780-Bibliography.pdf  
  3. S2-2000-6780-TableofContent.pdf  
  4. S2-2000-6780-Title.pdf