Laporkan Masalah

Magi Orang Banten dalam perspektif ontologi :: Studi kasus di Kecamatan Ciomas Serang Banten

ULUMI, Helmy Faizi Bahrul, Prof.Dr. Lasiyo, MA.,MM

2004 | Tesis | S2 Ilmu Filsafat

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki ontologi yang terkandung dalam magi Orang Banten. Pengungkapan ontologi yang terkandung di dalamnya dibatasi pada delapan masalah, yaitu (1) prinsip pertama, (2) keesaan dan keanekaan pengada, (3) ciri homogal transendental pengada, (4) permanensi dan kebaharuan pengada, (5) kejasmanian dan kerohanian pengada, (6) norma ontologis transendental yang berlaku dalam pengada, (7) struktur manusia, (8) fungsi ontologi dalam magi pada konteks kehidupan Orang Banten. Penelitian pandangan filsafati di lapangan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Data lapangan dan kepustakaan selanjutnya disistematisasi dan dianalisa dengan menggunakan pendekatan hermeneutika filosofis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Prinsip pertama ontologi dalam magi Orang Banten bersifat theosentris. Tuhan adalah prinsip pertama yang mendasari seluruh ontologi. Ontologi dalam magi Orang Banten menerima prinsip azali yang banyak, tetapi ada satu yang dianggap paling utama dan memberi makna, yakni Tuhan (Pluralisme Metafisika Sentris). Ciri homogal transendental yang dimiliki pengada adalah bahwa segala pengada adalah ciptaan; gerak dan wujudnya berada di bawah kendali Tuhan. Gerak segala pengada itu permanen, ditentukan dan bertujuan. Sifat gerak segala pengada adalah statisteleologis- deterministik. Kesemestaan pengada yang plural itu terdiri dari pengada jasmani, pengada rohani dan pengada jasmani-rohani. Norma ontologis transendental yang berlaku untuk semua pengada adalah determinisme. Struktur fundamental manusia adalah ciptaan Tuhan yang berdimensi jasmani dan rohani ketika hidup di dunia dan berdimensi rohani ketika jasmani sudah mati dan berada di alam akherat. Pandangan-pandangan ontologi dalam magi tersebut dalam kehidupan Orang Banten memiliki dua fungsi. Pertama , fungsi teologis, yaitu fungsi yang menuntun pada pengesaan Tuhan dan penyerahan segala keputusan hidup manusia pada Tuhan. Kedua , fungsi praktis , yaitu fungsi yang memberikan keluasan bagi manusia untuk berusaha dalam kehidupannya. Kedua fungsi itu terangkum dalam konsep sareat-hakekat.

The aims of this research was to examine an ontolog y that concealed in the Bantenese magic. The unveiling of ontology that contained in it was limited in the eight of problems, i.e. (1) the first principle, (2) the one and the many of being, (3) the transcendental-homogeneous nature of being, (4) the permanence and the dynamic of being, (5) the material and the spiritua l of being, (6) the transcendental ontological norm of being, (7) the structure of human being, (8) the ontological function of magic in the Bantenese life context. The research of the philosophy world view in the field was executed in the two ways, i.e. the field and the library research. The field and the library data was systematized and analyzed by philosophical hermeneutics approach. The conclusions of this research are as follows. The first principle of the ontology of Bantenese magic was theo-centric. God was the first principle which based all the on tology. The ontology of Bantenese magic accepted the many eternal principle, but considered the one as primary and giver of meaning, i.e. God (centrally-metaphysics pluralism). The transcendental-homogeneous nature of being was that all being was creature; its movement and manifestation was commended by God. The movement of all being was permanent, determinate and teleological in its nature. The movement nature of all being was staticteleological- deterministic one. The universe of pluralism of being consist of material, spiritual, and material-spiritual being. The transcendental ontological norm of being was determinism one. The essential structure of human being was creature of God that had material-spiritual dimension when lived in the world and had spiritual only when was dead and existed in the hereafter. The ontological world view in magic had two functions in the Bantenese life. The first, theological function, i.e. the function that carried to the acknowledgment of God unity and the surrendering of all destination of human being to God. The second, practical function, i.e. the function that gave freedom for human being to tried in the life. The two function was embraced in the concept of sareat-hakekat.

Kata Kunci : Ontologi,Magi Orang Banten,Kekuatan Supranatural, ontology, magic, being, miraculous, supernatural power, supernatural creature, God, sareat, hakekat.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.