Kajian keserasian lingkungan untuk penentuan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kota Ambon dengan penerapan teknik penginderaan jauh multitingkat dan sistem informasi geografi

UMARELLA, Muhammad Rizali, Dr. H. Totok Gunawan, M.S

2004 | Tesis | S2 Ilmu Lingkungan (Magister Pengelolaan Lingkunga

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah tempat atau lahan yang dikhususkan untuk menampung sampah-sampah dari tempat pembuangan sementara atau dari tempat lain. Dengan mengumpulkan sampah di satu tempat, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari sampah tersebut. Penempatan lokasi TPA sampah harus memperhatikan kondisi lingkungan. Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi antara lain: aspek fisik, sosial dan ekonomi. Kota Ambon sampai saat ini belum memiliki tempat pembuangan akhir yang permanen. Lokasi yang ada saat ini timbul akibat konflik yang pernah terjadi, sehingga tidak memenuhi kriteria lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini memadukan sumber informasi lingkungan (abiotic, biotic dan culture) dari data penginderaan jauh, peta tematik, data statistik lain dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan pendekatan multitingkat, dimana penginderaan jauh dan peta tematik lain berfungsi sebagai penyedia data keruangan dan SIG sebagai alat pengolah dan pembangun data spasial. Dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua tahap, yaitu: (1) tahap untuk menentukan kemungkinan lokasi. Parameter yang digunakan untuk menentukan kemungkinan lokasi diperoleh dari citra Landsat 7 ETM+, yaitu penutup lahan, relief, jarak dari fasilitas umum dan jarak dari tubuh air. Analisisnya menggunakan metode pengharkatan dengan pendekatan binary.(2) Tahap untuk menentukan lokasi potensial, meliputi kemiringan lereng, penggunaan lahan, bentuk lahan, kerawanan genangan, kerentanan gerak massa, kedalaman muka air tanah, jaringan jalan, jarak dari pusat sumber sampah, curah hujan, kepemilikan lahan, partisipasi masyarakat dan estetika. Analisis datanya menggunakan metode pengharkatan dengan sistem parametrik. Dari hasil tumpangsusun keempat peta untuk mencari kemungkinan lokasi diperoleh hasil wilayah yang sesuai adalah seluas 5392,93 ha atau 14 % dan wilayah yang tidak sesuai adalah 32307,07 ha atau 86 % dari luas daerah penelitian. Kemungkinan lokasi terdapat hampir di kelurahan/desa yang ada, kecuali Desa Latuhalat, Desa Amahusu, Kelurahan Nusaniwe, Kelurahan Kudamati, Kelurahan Waihaong, Kelurahan Silale, Kelurahan Batumeja, Kelurahan Uritetu dan Kelurahan Rijali. Untuk lokasi potensial dari hasil tumpangsusun kesepuluh peta tersebut diperoleh hasil : wilayah yang sangat baik untuk lokasi tidak ditemukan, lokasi yang baik 446,81 ha atau 6 %, lokasi yang kurang baik seluas 5945,16 ha atau 80 %, jelek untuk lokasi 1060,44 ha atau 14 %, daerah yang sangat jelek tidak ditemukani. Rekomendasi lokasi potensial hanya pada daerah yang dianggap baik sekali dan baik dengan syarat tambahan memiliki luas minimal 5000 m² untuk kapasitas tampungan 10-20 tahun. Dengan demikian yang bisa dipakai sebagai lokasi potensial TPA sampah hanya seluas 415,78 ha. Kelas lokasi potensial ini dapat ditemukan di Desa Tawiri, Hative Besar, Hunut dan Amantelu.

The final waste-disposal site is a location which is specifically used for collecting waste coming from temporary waste-disposal sites or any other waste-disposal sites. By collecting waste in one site, it is hoped to be able to reduce the negative impact caused by the waste itself. Locating the final waste-disposal site has to take note of the environment condition. Some aspects that should be considered in choosing the site are physical, social, and economical ones. Up to now, the city of Ambon has not own a permanent wastedisposal site. The site existing now is as the result of the conflict happened in the past, therefore it doesn’t fulfill the environmental criteria. The method used in this research combines the environmental information source (abiotic, biotic, and cultural) from remote sensing data, thematic maps, other statistical data, and Geographical Information System (GIS) with multilevel approach. Remote sensing data and thematic map have a function as a spatial-data supplier and GIS is as a tool for processing and developing spatial data. They are grouped into two steps, i.e.: (1) step to determine the possibility of the site. Parameters used to determine the site possibility obtained from the image of Landsat 7 ETM+, they are land cover, relief, the distance from public facility and from water body. The analysis uses scoring method with a binary approach; (2) step to determine potential site including slope steepness, land use, land form, inundation susceptibility, mass movement sensitivity, depth of groundwater level, road network, distance from waste source, rainfall, land ownership, community participation, and esthetic value. The analysis uses scoring system with parametric system. From the result of overlay of the four maps to seek the site possibility, it is recognized that the suitable area is 5.392,93 ha (14%) and the unsuitable area is 32,307,07 ha (86%). The possible site may be found almost in all over the existing kelurahan/desa, except Desa Latuhalat, Amahusu, Kelurahan Nusaniwe, Kudamati, Waihaong, Silale, Batumeja, Uritetu, Rijali. For the potential site, from the result of overlay of the ten maps, it is found that there is not very good area, but good area is 446,81 ha (6%), less good area is 5.945,16 ha (80%), bad area is 1.060,44 ha (14%), and the very bad area doesn’t exist. The recommendation for potential site is only for the area which is considered as very good and good with the additional requirement of having the minimum size of 5.000 m² with the collection capacity for 10-20 years. Therefore, area that can be used as potential wastedisposal site is only 415,78 ha. This potential site can be found in Desa Tawiri, Hative Besar, Hunut, and Amantelu.

Kata Kunci : Penginderaan Jauh, SIG, Keserasian Lingkungan, TPA