Laporkan Masalah

Dialog antarumat beragama :: Studi kasus tentang BKSAUA di Manado, Sulawesi Utara

POMALINGO, Samsi, Prof.Dr. John A. Titaley

2004 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan Agama

Tesis ini menggambarkan dan menganalisa peran Badan Kerjasama Antar Umat Agama (BKSAUA) dalam kehidupan antarumat beragama di Manado, Sulawesi Utara. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh organisasi ini telah ikut serta membangun dan menjaga citra kerjasama dan kerukunan umat beragama di daerah itu. Sebagai lembaga keagamaan yang kepengurusannya berasal dari perwakilan lima agama yang diakui oleh pemerintah, organisasi ini dibentuk pula ditiap-tiap wilayah dari tingkat propinsi sampai pada tingkat desa. Tujuannya adalah untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang aman, rukun dan damai. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji bagaimana model-model kegiatan dan dialog antarumat beragama di Manado. Tesis ini disusun berdasarkan sebuah studi sosiologi agama dengan menggunakan pendekatan fungsional seperti yang dilakukan oleh Robert Merton (1957), Talcot Parson (1937) dan Kingsley Davis (1937). Penelitian dengan menggunakan pendekatan fungsional dimaksudkan untuk menganalisa fungsi BKSAUA dalam kehidupan antarumat beragama di Manado, Sulawesi Utara. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran BKSAUA adalah untuk menyatukan berbagai macam komunitas umat beragama di Manado yang berasal dari kepelbagian agama yang berbeda-beda yang didasari oleh kesadaran tentang pentingnya menjaga prinsip kebersamaan “the principle of unity”. Dalam semangat kebersamaan ini, BKSAUA melaksanakan berbagai macam kegiatan antarumat beragama. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah dialog antarumat beragama. Adapun model-model dialog yang dilaksanakan seperti dialog antar pimpinan agama, dialog kehidupan dan dialog kerjasama. Hanya saja, dari hasil penelitian yang dilakukan, gerakan dialog masih dalam bentuk co-existence (pengakuan) dan belum menuju ke arah pro-existence (meng-ada-kan). Transformasi dari sikap ko-eksistensi menuju pro-eksistensi ini tidak hanya mewujud dalam gagasan, tapi juga sikap untuk pemberdayaan umat beragama. Jadi, pro-eksistensi dimaksudkan bahwa dialog tidak hanya terbatas pada pengakuan bahwa kita berbeda-beda yang terdiri dari berbagai macam agama (Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu), tapi yang terpenting adalah bagaimana dialog membicarakan tentang tanggungjawab global terhadap penderitaan manusia dan krisis ekologi. Kemudian para partisipan dialog secara bersama-sama melakukan tindakan untuk menekan penderitaan yang dialami oleh para korban ketidakadilan, penindasan dan eksploitasi. Disinilah perlunya untuk merumuskan suatu dialog yang membebaskan (liberation dialogue) yang memiliki tanggungjawab secara global.

This thesis tries to describe and analyze the role of BKSAUA on interreligious life in Manado, North Sulawesi. Formation of interreligious activities developed by BKSAUA is to keep the image of collaboration and interreligious harmony on that island. BKSAUA is an organization that has delegation members from the five religions that are allowed by the government, for example; Islam, Protestant Christian, Catholicism, Hinduism, and Buddhism. Also, this organization is formed in every region, such as in the province, regencies and the level of village. Its mission and orientation is to create interreligious harmony in North Sulawesi. Therefore, this research is to describe what is the form of interreligious activities and dialogue developed by BKSAUA in Manado. This thesis is written based on sociology of religious study that uses a functional approach like done by Robert Merton (1957), Talcot Parson (1937), and Kingsley Davis (1937). This approach is to analyze the function of BKSAUA in interreligious life in Manado, North Sulawesi. The result of research indicates the role of BKSAUA is to unify the heterogeneous communities and religions in Manado based on “the principle of unity”. In the spirit of unity, BKSAUA have executed the form of interreligious activities. One of the activities by this organization is interreligious dialogue. There are three forms of interreligious dialogue, consisting of: (1) Dialogue at the level of heads of religions (2) life dialogue, and (3) collaboration dialogue. But, from the result of research, the dialogue movement is still co-existence and has not yet moved to pro-existence in religious people. Transformation from co-existence into pro-existence is not only in ideas as a result of dialogue, but also in attitude, formula and format of social education. So, pro-existence means that dialogue is not only limited to the confession that we are different, but more important is how dialogue discusses global responsibility toward human suffering and ecological crisis. Then, collectively, they have to begin something to change the reality of destitution, starvation, exploitation and ecological crisis. Here, a freeing model dialogue that has global responsibility is needed to be formulated. This dialogue namely is “liberation dialogue”.

Kata Kunci : BKSAUA, Dialog, Pembebasan dan Tanggungjawab Global, dialogue, liberation and global responsibility


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.