Intrusi air laut ke dalam akuifer didaerah dataran rendah pesisir Pemalang-Pekalongan
S. Reza Andi Wirastya, Drs. Ig. L. Setyawan Purnama, M.Si.; Drs. Budi Sulaswono, M.Si.
2004 | Skripsi | S1 GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGANPenelitian ini berjudul Intrusi Air Laut ke Dalam Akuifer di Daerah Dataran Rendah Pesisir Pemalang-Pekalongan. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui intrusi air laut pada saat ini, yang dicirikan dengan kedudukan interface, memantau perubahan interface antara tahun 1989, 1996 dan pada saat ini, mengkaji pengaruh penggunaan airtanah untuk domestik, irigasi, tambak dan industri terhadap intrusi yang terjadi. Metode penelitian menggunakan teknik geolistrik cara Schlumberger disertai cross check dengan data bor dan data DHL. Untuk mengetahui intrusi air laut, dilakukan pendugaan geolistrik sebanyak enam jalur, yaitu PU 5A, PU 5B, PU 6, PU 6A, PU 7 dan PU 8 (PU adalah kependekan dari pantai utara). Empat jalur, yaitu PU 5A, PU 6, PU 7 dan PU 8 mendasarkan pada lokasi pendugaan geolistrik tahun 1989 dan tahun 1996, ditambah dua jalur pendugaan baru, yaitu PU 5B dan PU 6A. Perubahan intrusi dipantau dengan membandingkan hasil penelitian tahun 1989, 1996 dan penelitian saat ini. Pengaruh penggunaan airtanah terhadap intrusi, ditentukan dengan menghitung penggunaan airtanah untuk domestik, irigasi, tambak dan industri untuk masing-masing tahun, dengan tidak memperhitungkan besarnya air yang kembali ke dalam tanah, sebagai air limbah domestik dan industri, maupun air yang mengalami infiltrasi dari sawah dan tambak. Grafik-grafik dibuat pada jalur-jalur pendugaan yang terdeteksi adanya perubahan intrusi dari tahun 1989 sampai 2003. Grafik pertama menunjukkan hubungan antara perubahan intrusi dan penggunaan airtanah yang ditentukan oleh luas penggunaan lahan (sawah dan tambak) Grafik kedua menunjukkan hubungan antara perubahan intrusi dan penggunaan airtanah yang ditentukan oleh jumlah penduduk dan industri. Langkah selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif antara hasil pendugaan geolistrik dengan penggunaan airtanah, sehingga dapat ditentukan kesimpulannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interface yang mengindikasikan adanya intrusi terdeteksi tidak pada semua jalur pendugaan, melainkan hanya pada. tiga jalur pendugaan, yaitu PU 6 (di Klarean), PU 6A (di Opok) dan PU 7 (di Randuwotan). Interface terdeteksi semakin dangkal pada Jalur Pendugaan PU 6 (di Klarean) dan PU 7 (di Randuwotan), selain itu terdeteksi interface baru di Jalur Pendugaan PU 6A (di Opok), serta terdeteksi air connate di Jalur Pendugaan PU 6 (di Klarean), PU 6A (di Opok, Ulujami dan Padurungan), PU 7 (di Randuwotan, Pakuncen dan Kampil) dan PU 8 (di Panjang, Kranding dan Tegalrejo). Penggunaaan airtanah untuk domestik, irigasi, tambak dan industri tidak selalu berpengaruh terhadap intrusi yang terjadi, melainkan hanya berpengaruh di Jalur Pendugaan PU 6 (di Klarean) dan PU 7 (di Randuwotan).
-
Kata Kunci : Instrusi air laut,Akuifer,Dataran rendah,Pemalang,Pekalongan, Jawa Tengah