Laporkan Masalah

Agihan dan kecenderungan kekeringan menggunakan indeks kekeringan menurut Thornthwaite di daerah Kedu Selatan

Wuri Handayani, Drs. Suyono, M.S.; Drs. Sudibyakto, M.S.

1993 | Skripsi | S1 GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Meneliti agihan dan tingkat kekeringan yang terjadi pada suatu daerah dapat memberikan informasi tentang fenomena kekeringan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi timbulnya dampak kekeringan yang merugikan kehidupan manusia dan juga sebagai upaya pengembangan serta pembudidayaan sumberdaya air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui agihan hujan dan indeks kekeringan di daerah Kedu Selatan, baik secara keruangan (spasial) maupun waktu (temporal), dan mempelajari hubungan indeks kekeringan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan untuk menghitung tingkat kekeringan ialah Metode Thornthwaite yang dinyatakan dengan nilai indeks kekeringan dan untuk mengetahui arah kecenderungan digunakan Metode Rata-rata Jalan (Moving Average Method). Data utama yang digunakan untuk menghitung nilai indeks kekeringan ialah data hujan, temperatur, penutup lahan dan tekstur tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara faktor yang mempengaruhi indeks kekeringan, faktor faktor-hujan yang paling besar pengaruhnya terhadap nilai indeks kekeringan. Oleh sebab itu faktor yang mempengaruhi agihan hujan juga akan mempengaruhi agihan kekeringan. Agihan keruangan dari hujan dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu daerah di atas permukaan air laut, cenderung semakin tinggi curah hujan yang jatuh, akibatnya nilai indeks kekeringan semakin rendah. Namun penyimpangan hubungan ini dapat saja terjadi yaitu di daerah-daerah bayangan hujan. Indeks kekeringan rerata tahunan tertinggi terjadi di daerah stasiun Ambal (8m dpal) sebesar 45,2% dan nilai indeks kekeringan rerata tahunan terendah terjadi di daerah stasiun Tanjungsari (800 m dpal) sebesar 8,6%. Agihan hujan dari waktu ke waktu di sebagian besar daerah penelitian menunjukkan kecenderungan menurun, maka sebaliknya kecenderungan indeks kekeringan adalah naik. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 1973 dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1987, dengan demikian nilai indeks kekeringan terendah terjadi pada tahun 1973 dan tertinggi pada tahun 1987. Hasil rerata indeks kekeringan periode 1971-1979 menunjukkan tingkat kekeringan relatif lebih rendah daripada rerata indeks. kekeringan periode 1980-1988. Rerata indeks kekeringan periode 1971-1988 menunjukkan daerah penelitian pada umumnya mempunyai tingkat kekeringan sedang kecuali di daerah-daerah tertentu.

-

Kata Kunci : Indeks kekeringan ,Purworejo,Kebumen,Wonosobo,Banjarnegara,Magelang,Jawa Tengah

  1. S1-1993-2617-Abstract.pdf  
  2. S1-1993-2617-Blibliography.pdf  
  3. S1-1993-2617-TableofContent.pdf  
  4. S1-1993-2617-Title.pdf