Laporkan Masalah

Peran Elemen Arsitektur Terapeutik Terhadap Persepsi Pemulihan Pasien di Ruang Terapi Rehabilitasi Narkoba (Studi Kasus: Besar Rehabilitasi BNN Lido)

O'i Prasesti, Syam Rachma Marcillia ST., M.Eng., Ph.D

2025 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Bulan Januari tahun 2024, jumlah tersangka pengguna narkoba meningkat sekitar 57%, sehingga pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi masalah narkoba, salah satunya melalui rehabilitasi dengan meningkatkan kualitas sistem dan fasilitas. Pentingnya menciptakan lingkungan fisik yang mendukung proses pemulihan secara mental dan fisik pasien rehabilitasi narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi  dan mengidentifikasi peran elemen arsitektur terapeutik dalam mendukung pemulihan pasien, dengan demikian dapat dilihat evaluasi pasien terhadap impact terapi dapat dilihat.  Menggunakan studi kasus di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif, dengan observasi lapangan dan penyebaran kuesioner kepada 60 pasien. Hasil menunjukkan bahwa elemen arsitektur terapeutik memiliki peranan penting untuk mendukung pemulihan pasien narkoba di BNN Lido. Ruang yang digunakan untuk terapi mental yang sifatnya personal lebih membutuhkan peran elemen arsitektur terapeutik yang lebih tinggi dibandingkan ruang terapi mental yang sifatnya berkelompok / bersosial. Dapat dilihat dari hasil terapi bahwa ruang personal menghasilkan impact yang mendukung terciptanya kenyamanan dan ketenangan pasien terhadap mental pasien serta terkoneksinya antara diri sendiri pasien dengan sang pencipta. Meskipun terdapat elemen arsitektur terapeutik di BNN Lido yang belum memenuhi acuan desain di beberapa ruang terapi, namun hal tersebut tetap memberikan dukungan terhadap efektivitas terapi dan pengalaman ruang pasien. Selain itu persepsi peran yang berbeda antara pasien laki-laki dan pasien perempuan bahwa terapi mental dan fisik memiliki peran yang setara dalam menilai elemen arsitektur terapeutik di dalam ruangan. Sedangkan menurut pasien perempuan, terapi yang bersifat mental lebih tinggi peran arsitektur terapeutiknya dibanding terapi fisik. Temuan ini diharapkan menjadi masukan dalam pengembangan terapi ke depan dengan mengedepankan pendekatan partisipasi, yakni melibatkan pasien dalam proses evaluasi dan perancangan. Mengingat adanya perbedaan antara standar acuan desain dan persepsi pasien terhadap ruang terapi yang mendukung pemulihan. Dengan mempertimbangkan pengalaman langsung oleh pasien, desain yang dihasilkan akan lebih responsif, fungsional, dan mendukung proses rehabilitasi secara menyeluruh.

 


 

In January 2024, the number of drug user suspects in Indonesia increased by approximately 57%, prompting the government to take various measures to combat the drug problem, including enhancing rehabilitation programs through improvements in system quality and facility design. This study aims to evaluate and identify the role of therapeutic architectural elements in supporting the mental and physical recovery of patients undergoing drug rehabilitation. Using a case study at the National Narcotics Board (BNN) Rehabilitation Center in Lido, the research applies both qualitative and quantitative descriptive methods, including field observations and questionnaires distributed to 60 patients. The findings reveal that therapeutic architectural elements play a significant role in supporting patient recovery, particularly in personal mental therapy spaces, which require a higher level of architectural support compared to group therapy settings. Personal therapy rooms were found to promote a sense of comfort, calmness, and spiritual connection for the patients. Although some elements do not yet meet established design standards, they still contribute positively to the therapeutic experience. The study also highlights gender-based perceptual differences: male patients perceive both mental and physical therapy spaces as equally important in terms of architectural elements, while female patients place greater emphasis on mental therapy. These insights suggest the importance of incorporating participatory design approaches that engage patients directly, to ensure more responsive, functional, and holistic rehabilitation environments.


Kata Kunci : Elemen Arsitektur Terapeutik, Ruang Terapi, Pemulihan Mental dan Fisik, Persepsi Pemulihan Pasien

  1. S2-2025-523983-abstract.pdf  
  2. S2-2025-523983-bibliography.pdf  
  3. S2-2025-523983-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2025-523983-title.pdf