Permukiman pengungsi pasca kerusuhan di Tentena Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso

UTAMI, Sri Ayu, Ir. Sudaryono, M.Eng.,Ph.D

2004 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Terbentuknya permukiman pengungsi di daerah Tentena Kecamatan Pamona Utara dilatarbelakangi oleh perlakuan konflik terhadap penduduk di wilayah konflik Poso, serta kebutuhan akan tempat bernaung/bermukim. Perlakuan konflik mendesak penduduk untuk keluar dari daerah asalnya, sehingga mencari tempat perlindungan yang dianggap aman, dan proses pergerakan perpindahan penduduk pasca kerusuhan tersebut menimbulkan gejala segregasi berupa memberikan ruang jarak sosial antar komunitas yang berbeda di wilayah Poso. Sedangkan kebutuhan tempat bermukim di Tentena diperoleh dari kebijakan Gereja meminjamkan lahan kepada pengungsi dengan batas waktu tertentu untuk menempati dan membangun permukimannya sesuai ketentuan bangunan yang dapat dibangun adalah bangunan tidak permanen, sedangkan bentuk dan modelnya tidak diatur oleh gereja, tetapi memberikan kebebasan kepada komunitas pengungsi untuk mengaturnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik permukiman yang dibangun oleh komunitas pengungsi serta nilai dan makna permukiman sementara yang dibangun oleh pengungsi di daerah pengungsian Tentena. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, digunakan untuk mengungkap kenyataan yang bersifat ganda meliputi pikiran, pendapat dan aktifitas yang bisa diamati, kemudian menganalisis mendeskripsikannya dengan sistem, secara akurat dan obyektif. Berdasarkan hasil penelitian mengenai permukiman pengungsi pasca kerusuhan di Tentena, dapat diketahui bahwa: (1) Karakteristik permukiman pengungsi pasca kerusuhan di Tentena, hasil abstraksi dari konsep terbentuknya komunitas pengungsian yang berasal dari berbagai kampung, keragaman tempat tinggal, tipe rumah pengungsian, cara membangun rumah, tata letak rumah, pembenahan lingkungan dan kemampuan gotong royong menyediakan fasilitas lingkungannya. (2) Nilai dan makna permukiman sementara pasca kerusuhan bagi pengungsi di Tentena, hasil abstraksi dari kondisi kenyamanan, peluang menata identitas, kondisi ketidakpastian serta cara untuk menghindari konflik. (3) Terbentuknya jaringan dan pembentukan komunitas di pengungsian hasil abstraksi dari konsep renggangnya ikatan sosial, kebersamaan, ego internal, keterpaksaan, kemampuan bekerja sama, aksesibilitas dan pedulian pihak yang berwenang menangani persoalan pengungsi. (4) Pola keruangan permukiman pengungsi pasca kerusuhan terbentuk oleh aspek eksodus, aspek kebijakan, aspek permukiman secara spesifik mengelompok sesuai kelompok kampung asal serta dukungan aspek aksesibilitas dan kemudahan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga memudahkan pertumbuhan kawasan permukiman pengungsi di daerah Tentena

The establishment of settlement for refugees in Tentena, Pamona Utara Sub-district was motivated by the treatment of conflict received by residents of the conflict area of Poso and the need for shelter. The conflict treatment had forced people to emigrate from their original dwelling place to find a safe shelter; the process of their movement post conflict had caused a symptom of segregation in the form of social space gap among different communities in Poso area. The facility for dwelling was provided by the Church with a policy to lend its land for refugees within a certain period of time. Refugees may stay and build their settlement under one condition that the buildings are not permanent. The Church does not specify the shape and model, giving full freedom to the refugees to make it themselves. This research aims to obtain a description about the characteristics of the settlement set up by refugees and the value or meaning of temporary settlement in Tentena for these people. It uses qualitative method by combining phenomenological approach. This method and approach is used to reveal multiple facts, which include observable thought, opinion, and activity. It then analyses them into a systematic, accurate, and objective description. Based on its findings, the research reveals the following: (1) The characteristic of settlement for post-conflict refugees in Tentena, is a result of abstraction from the concept of community establishment from different kampongs, diversity of houses, type of refugee house, ways to construct the house, lay out of the house, environment improvement, and ability for mutual cooperation in providing environmental facilities. (2)The value or meaning of post-conflict temporary settlement for refugees in Tentena is a result of abstraction from comfort condition, opportunity to reorganize identity, uncertainty condition and ways to avoid conflict. (3) The setting up of community formation and network in the refuge is an abstraction from the concept of the loosening of social tie, togetherness, internal ego, unwillingness, ability for cooperation, accessibility and awareness of the parties having an authority to deal with refugees’ problems. (4) The space pattern of the refugee’s settlement is formed by the aspects of exodus, policy, and settlement is specifically grouped according to their village of origin and support of the aspects of accessibility and ease for interaction with the surrounding environment that accelerate the growth of refugee settlement area in Tentena.

Kata Kunci : Permukiman Pengungsi, Kerusuhan, refugee settlement, social segregation, space pattern.