Kejahatan Kehutanan dalam Relasi Kuasa Foucault di Taman Nasional Baluran (Pemerintahan, Pengawasan dan Perlawanan)
Dimas Yudha Baskara, Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc.; Dr. Ir. Lies Rahayu Wijayanti Faida, M.P., IPU
2025 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan
Penelitian ini mengkaji dinamika kejahatan kehutanan di Taman Nasional Baluran melalui pendekatan genealogis dan kerangka konsep Michel Foucault. Berangkat dari asumsi bahwa konservasi bukanlah proyek netral, kawasan konservasi dipahami sebagai arena kontestasi kekuasaan antara negara, masyarakat lokal, dan jaringan informal. Dengan menggunakan etnografi terselubung, observasi partisipatif, dan wawancara mendalam, penelitian ini menemukan bahwa praktik illegal logging dan perburuan pembohong tidak semata-mata dimotivasi oleh kebutuhan ekonomi, melainkan terjalin dalam hubungan kekuasaan yang mencakup resistensi, spiritualitas, kooptasi aparatus negara, dan pengawasan teknologi.
Temuan kunci menunjukkan bahwa kekuasaan bekerja melalui mekanisme panoptik, normalisasi hukum, kekuasaan simbolik, dan kolusi institusional. Sementara itu, resistensi masyarakat terwujud dalam bentuk perlawanan simbolik, spiritual, sabotase taktis, dan ekspresi sarkastik terhadap aparatus negara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konservasi di Taman Nasional Baluran merepresentasikan rezim kekuasaan kompleks, di mana kekerasan struktural dan wacana normatif negara berkelindan dengan resistensi diam-diam masyarakat.
Secara teoritik, penelitian ini memperluas penerapan konsep Governmentality (Pemerintahan), Panopticon (Pengawasan) dan counter-conduct (Perlawanan) dalam konteks konservasi tropis. Secara praktis, studi ini menawarkan sepuluh rekomendasi strategi berbasis pendekatan litigatif dan non-litigatif untuk mewujudkan konservasi yang adil secara sosial dan ekologis.
This study explores the dynamics of forest crimes in
Baluran National Park through a genealogical approach and Michel Foucault’s
conceptual framework. Departing from the premise that conservation is not a
neutral project, the study views protected areas as arenas of power
contestation between the state, local communities, and informal networks. Using
covert ethnography, participant observation, and in-depth interviews, the
research reveals that illegal logging and wildlife poaching are not solely
driven by economic motives, but are embedded in power relations encompassing
resistance, spirituality, state apparatus co-optation, and surveillance
technologies.
Key findings demonstrate that power operates through
panoptic mechanisms, legal normalization, symbolic power, and institutional
collusion. Meanwhile, local resistance manifests in symbolic acts, spiritual
practices, tactical sabotage, and sarcastic expressions directed at state
agents. The study concludes that conservation in Baluran represents a complex
power regime, where structural violence and state discourses intertwine with
silent forms of resistance.
Theoretically, this research expands the application
of governmentality and counter-conduct in tropical conservation contexts.
Practically, it offers ten strategic recommendations—both litigative and
non-litigative—for advancing socially and ecologically just conservation in
Indonesia.
Kata Kunci : kejahatan kehutanan, resistensi, governmentality, Taman Nasional Baluran, Foucault, konservasi, kekuasaan