Analisis risiko usahatani jagung di Kabupaten Gunungkidul
PRIYONO, Joko, Dr.Ir. Suhatmini Hardyastuti, MS
2004 | Tesis | Magister Manajemen AgribisnisLatar belakang penelitian ini adalah adanya risiko dan ketidakpastian yang dialami petani jagung karena keterbatasan terhadap penguasaan iklim, pasar, dan lingkungan. Penelitian ini memfokuskan tentang analisis risiko usahatani jagung. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dimana daerah ini merupakan salah satu produsen jagung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya, pendapatan usahatani jagung, dan risiko usahatani jagung, terutama risiko produksi, harga, dan pendapatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Daerah sampel penelitian dipilih secara purposive. Pengambilan sampel petani jagung menggunakan metode proportionate stratified random sampling. Sampel petani sebanyak 30 orang yang terdiri atas 11 petani jagung sayur, 8 petani jagung manis, dan 11 petani jagung tua. Analisis biaya usahatani jagung dilakukan dengan menghitung selisih antara semua penerimaan dari nilai produksi dengan biaya yang benar-benar dikeluarkan petani. Analisis risiko dilakukan dengan menghitung dan membandingkan nilai koefisien variasi dimana nilai koefisien variasi yang kecil menunjukkan risiko yang kecil pula. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase biaya produksi tertinggi usahatani jagung pada setiap musim tanam adalah biaya tenaga kerja terutama pada musim kemarau. Jenis usahatani jagung sayur memiliki rerata biaya produksi tertinggi sedangkan usahatani jagung tua memiliki rerata biaya produksi yang rendah untuk setiap musim tanam. Usahatani jagung sayur memperoleh penerimaan dan pendapatan terbesar dibandingkan dengan jenis usahatani jagung lainnya. Hal tersebut sebanding dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan. Usahatani jagung sayur memiliki risiko produksi tertinggi, terutama pada musim hujan II sedangkan usahatani jagung manis memiliki risiko produksi terendah pada setiap musim tanam. Penanganan panen, perbedaan umur panen, dan musim tanam berpengaruh pada risiko produksi. Risiko harga jagung tua paling kecil dibandingkan dengan risiko harga jagung lainnya dimana harganya relatif stabil pada setiap musim tanam. Kwalitas jagung, dan permintaan pasar berpengaruh pada fluktuasi harga jagung. Usahatani jagung sayur memiliki risiko pendapatan terkecil selama satu periode tanam sedangkan usahatani jagung tua memiliki risiko pendapatan terbesar yang ditunjukkan dengan nilai koefisien variasi yang besar, Besarnya pendapatan usahatani jagung sayur didukung oleh pendapatan hasil samping berupa tebon yang bermanfaat untuk makanan ternak.
The background of the research are the existence some risks and uncertainty faced by farmers who are engaged in corn farm. This research is focused on the risk analysis of corn farm. In turn, the objectives are to find out the cost, sales price, and revenue. This research applies analytical descriptive method in which the sampling area are chosen purposively and the subjects are selected by proportionate stratified random sampling. The subjects consist of 11 farmers of baby corn, 8 farmers of sweet corn, and 11 farmers of dried corn. The analysis on the cost is done by calculating the deviation between the revenue of the production value and the real cost expended by calculating and comparing the variation of the coefficient values in which the small value will respectively shows the small risk. The result, then, shows that the percentage of the highest production cost on this corn farm in all planting season is the labor cost in dry season. The baby corn farm has the highest average value of production cost whereas the dried corn has the lowest. The baby corn obtains the biggest revenue which comparable to the production expenses. The baby corn, however, has the biggest production risk, especially in the second wet season. The lowest production risk goes to the sweet corn. In fact, the difference in harvest time, harvest treatment, and planting season influence the production risk. The price risk of dried corn is the lowest when it is compared to those of the baby corn due to relatively stable price in each planting season. The fluctuation in price is influenced by the quality and market demand. The baby corn has the lowest revenue risk during one period of planting season while the dried corn has the biggest. This is demonstrated by the big variation coefficient value. The big revenue of the baby corn farm is supported by the side income from the stalks which are good food for cattle.
Kata Kunci : Usahatani Jagung, Resiko, production risk, price risk, revenue risk.