Keberlanjutan Usaha Tani Bawang Merah di Kabupaten Kulon Progo
Elita Rahma Haryanto, Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc; Arif Wahyu Widada, S.P., M.Sc.; Ir. Any Suryantini, M.M., Ph.D.
2025 | Skripsi | SOS.EK. PERTANIAN (AGROBISNIS)
Kabupaten Kulon Progo menjadi salah satu produsen lokal bawang merah terbesar di DIY sehingga keberlanjutan usaha tani menjadi faktor penting untuk diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pendapatan dan keuntungan usaha tani bawang merah, (2) tingkat keberlanjutan secara ekonomi, ekologi, sosial, kelembagaa, dan teknologi, (3) faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan usaha tani bawang merah. Lokasi penelitian dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 80 responden. Data dianalisis secara deskriptif dan statistik dengan wilcoxon one sample test untuk mengetahui apakah usaha tani bawang merha memberikan keuntungan secara nyata, multidimensional scaling (MDS) dengan metode RAPFISH untuk mengetahui indeks keberlanjutan usaha tani, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keebrlanjutan dianalisis dengan regresi linear berganda metode OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usaha tani bawang merah per musim tanam sebesar Rp 8.907.594,16 sementara keuntungannya sebesar Rp 5.853.440,83. Baik secara deskriptif maupun secara statistik, usaha tani bawang merah di Kabupaten Kulon Progo menguntungkan. Selain itum diperoleh nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi (49,12%), ekologi (64,64%), sosial (77,59%), kelembagaan (58,57%), dan teknologi (67,71%). Secara multidimensi yang dihitung dari rata-rata indeks keberlanjutan kelima dimensi diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 63,52% sehingga dikategorikan cukup berkelanjutan. Jumlah anggota keluarga dan keaktifan pada kegiatan kelompok tani berpengaruh positif dan signifikan pada keberlanjutan usaha tani bawang merah di Kabupaten Kulon Progo.
Kulon Progo Regency is one of the largest local
producers of shallots in the Special Region of Yogyakarta, making the
sustainability of shallot farming an important factor to consider. The study
aims to: (1) determine the income and profit of shallot farming, (2) assess the
level of sustainability across economic, ecological, social, institutional, and
technological dimensions, and (3) identify factors influencing the
sustainability of shallot farming. The research location and sample selection were
conducted using purposive sampling with a total of 80 respondents. Data were
analyzed using descriptive and statistical methods. A one-sample Wilcoxon test
was used to determine whether shallot farming yields significant profit;
multidimensional scaling (MDS) using the RAPS method was applied to measure the
sustainability index, while the influencing factors were analyzed using
multiple linear regression with the OLS method. The result show that average
income per planting season was Rp 8.907.594,16 with an average profit Rp
5.853.440,83. Descriptively and statistically, shallot farming in Kulon Progo is
profitable. Sustainability index values for each dimension were as follows:
economic (49,12%), ecological (64,64%), social (77,59%), institutional (58,57%),
and technological (67,71%). The overall multidimensional sustainability index
was 63,52%, indicating a moderately sustainable classification. Family size and
participation in farmer group activities had a positive and significant effect
on sustainability, while cultivated land area, education, and income showed no
significant effect on the sustainability of shallot farming in Kulon Progo.
Kata Kunci : Pendapatan, Keuntunganm Keberlanjutan usaha tani, multidimensi, bawang merah, karakteristik petani