Perladangan di kecamatan Tebo Ulu kabupaten Bungo Tebo propinsi Jambi
Kisman saleh, Drs. St. M. Tohardi
1988 | Skripsi | S1 GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGANMasalah perladangan timbul sebagai akibat terjadinya ketidak seimbangan di dalam sistem perladangan itu sendiri. Di satu pihak jumlah peladang semakin meningkat, daur ulang pemakaian lahan semakin pendek, tingkat keahlian dan teknologi yang dimiliki peladang relatif tidak berkembang, sedangkan dipihak lain lahan yang tersedia untuk perladangan semakin sempit. Ketidak seimbangan menyebabkan daya dukung lahan terlampaui dan keseimbangan ekosistem terganggu, dan akibatnya, meluasnya padang alang-alang dan semak belukar, meningkatnya penggundulan hutan, menurunnya produksivitas lahan dan masalah sosial ekonomi. Penelitian ini berjudul "Perladangan di Kecamatan Tebo Ulu Kabupaten Bungo Tebo Propinsi Jambi". Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tentang hubungan jumlah anggota keluarga peladang dengan luas lahan yang dapat digarapnya, hubungan jumlah tenaga kerja keluarga peladang dengan produksi ladang, perbedaan antara produksi bersih tahun pertama dengan tahun ke dua, pendapatan peladang dan akibat peladangan terhadap lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai, di mana teknik pemilihan daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan cara "Purposive sampling" dan penentuan desa sampel menggunakan cara "Simple random sampling". Responden dalam penelitian ini dibatasi pada petani peladang yang sudah dua tahun lebih mengerjakan ladangnya. Jumlah responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 84 Kepala Keluarga peladang, dipilih secara "Systematic Random Sampling". Teknik analisis yang digunakan adalah metode tabulasi frekuensi, tabulasi silang dan statistik "Product moment Corelation". Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan garapan peladang ialah 1,77 hektar per kepala keluarga, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga 5 orang. Semakin besar jumlah anggota keluarga peladang semakin luas pula lahan yang dapat digarapnya. Produksi padi ladang rata-rata per hektar pada tahun pertama 17,02 kuintal, sedangkan an pada tahun kedua hanya mencapai 13,95 kuintal per hektar pertahun. Produksi bersih tahun pertahun Rp. 241.151 dan pada tahun kedua Rp. 194.347. Hasil panen tiap tahun terus menurun, karena unsur hara makin berkurang, sedangkan pengolahan dan pemupukan tidak dilakukan, hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peladang meninggalkan lahannya dan mencari lahan baru. Antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dengan produksi ladang terdapat hubungan, di mana semakin besar jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam mengolah ladang semakin besar hasil yang diperolehnya. Lamanya ladang dikerjakan secara berurutan rata- rata 3 tahun. Di tempat-tempat tertentu ada juga peladang mengerjakan ladangnya selama 2 tahun dan malahan ada peladang mengerjakan ladangmya selama 4 tahun berturut-turut. Rotasi perladangan berkisar antara 8 tahun sampai 15 tahun. Para peladang menggantungkan hidupnya hanya pada hasil ladangnya. Hasil ladang tersebut umumnya tidak mencukupi kebutuhannya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 30,10 persen termasuk miskin sekali dengan pendapatan per kapita Rp.114.187 dan 61,90 persen adalah miskin dengan pendapatan per kapita Rp.114,187 - Rp.190.312 pertahun. Akibat perladangan terhadap lingkungan ialah berkurangnya luasan hutan primer, meluasnya areal alang- alang dan hutan belukar. Pada tahun 1978 luas hutan 106.231 hektar dengan jumlah penduduk 30.388 dan pada tahun 1986 luas hutan menjadi 78.425 hektar dengan jumlah penduduk 40.918 jiwa, jadi selama 10 tahun terjadi pengurangan luas hutan 27.816 hektar dengan rata-rata pertahun 2780 hektar. Pada tahun yang sama areal alang- alang bertambah seluas 3.845 hektar dan hutan belukar bertambah seluas 8830 hektar.
-
Kata Kunci : perladangan,Tebo Ulu, Bungo Tebo,Jambi