Laporkan Masalah

KLINIK DAN PUSAT REHABILITASI KESEHATAN MENTAL DENGAN PENDEKATAN THERAPEUTIC ARCHITECTURE DI BANTUL

Teresia Dwine Adentya Putri, Ir. Adi Utomo Hatmoko, M.Arch

2025 | Skripsi | ARSITEKTUR

Urbanisasi dan perkembangan zaman yang terjadi berpengaruh terhadap pola kehidupan dan kesehatan mental masyarakat. Prevalensi gangguan mental emosional Kabupaten Bantul sebesar 11,19% atau 93.026 jiwa, lebih banyak dari Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Kondisi ini menyebabkan angka kasus bunuh diri meningkat, produktivitas masyarakat menurun, dan pembangunan daerah terhambat. Fasilitas kesehatan jiwa yang belum memadai membuat masyarakat enggan berobat dan memperkuat stigma negatif masyarakat mengenai layanan kesehatan mental. Pemerintah menyelenggarakan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diwujudkan dalam perancangan Klinik dan Pusat Rehabilitasi yang mencakup sarana edukasi bagi masyarakat dan komunitas. Peran serta komunitas sangat diperlukan untuk mendukung kesehatan mental yang berkelanjutan, mengurangi stigma negatif, dan menghadirkan layanan yang inklusif bagi semua orang. Oleh karena itu, therapeutic architecture dipilih sebagai pendekatan karena dianggap mampu menunjang kebutuhan fasilitas.

Urbanization and contemporary developments influence people's life patterns and mental health. The prevalence of emotional mental disorders in Bantul Regency is 11.19% or 93,026 people, more than Yogyakarta City and Sleman Regency. This condition causes the number of suicide cases to increase, community productivity to decrease, and regional development to be hampered. Inadequate mental health facilities make people reluctant to seek treatment and strengthen society's negative stigma regarding mental health services. The government carries out promotive, preventive, curative, and rehabilitative efforts, which are realized by designing a Clinic and Rehabilitation Center that includes educational facilities for the public and community. Community participation is essential for promoting sustainable mental health, reducing negative stigma, and providing inclusive services for everyone. For this reason, therapeutic architecture was chosen as an effective approach to meet facility needs.

Kata Kunci : kesehatan mental, klinik, pusat rehabilitasi, komunitas, therapeutic architecture

  1. S1-2025-477476-abstract.pdf  
  2. S1-2025-477476-bibliography.pdf  
  3. S1-2025-477476-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2025-477476-title.pdf