Tahun-Tahun Kesunyian Minangkabau: Trauma PRRI dalam Karya A.A. Navis
Riki Fernando, Prof. Dr. Faruk, S.U.
2025 | Tesis | S2 Sastra
Penelitian ini membahas hubungan novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi karya A.A. Navis dengan isu trauma PRRI yang dialami masyarakat Minangkabau pasca pergolakan PRRI pada 1958. Penelitian ini menggunakan dua teori utama, yakni psikoanalisis Sigmund Freud dan struktur perasaan (structure of feeling) Raymond Williams. Psikoanalisis digunakan untuk menafsir simbol-simbol yang tersebar di sepanjang cerita, sehingga lanskap makna yang sebelumnya masih tersamar bisa menjadi lebih jelas untuk kemudian dipahami. Selanjutnya, teori Raymond Williams digunakan untuk menelaah struktur perasaan yang belum sepenuhnya terartikulasikan pada 1968, tapi sudah terekspresikan dalam novel Saraswati melalui bentuk-bentuk yang implisit, atau simbol-simbol yang masih tersamar sebelumnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa trauma yang dialami Saraswati berhubungan dengan perasaan direndahkan sebagai orang cacat, perasaan kehilangan orang-orang tercinta secara mendalam, serta perasaan takut yang eksesif akibat kekerasan-kekerasan tentara yang menerornya semasa perang saudara berlangsung. Semua perasaan tersebut paralel dengan perasaan-perasaan yang dialami masyarakat Minangkabau pasca pergolakan PRRI. Selain itu, struktur perasaan yang terungkap dari novel Saraswati adalah peralihan preferensi politik masyarakat Minangkabau kepada nilai-nilai baru yang dibawa Presiden Suharto melalui Sekber Golkar pada 1968. Dengan menjadikan pelarangan PKI sebagai faktor utama peralihan tersebut, pemahaman tentang pergolakan PRRI yang biasanya dipandang sebagai ketegangan antara Pusat dan Daerah menjadi lebih condong dimaknai sebagai pertentangan antara komunisme dan Islam di Indonesia.
This study discusses the relationship between the novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi by A.A. Navis and the PRRI trauma issue experienced by the Minangkabau people after the PRRI upheaval in 1958. This study uses two main theories, namely Sigmund Freud's psychoanalysis and Raymond Williams' structure of feeling. Psychoanalysis is used to interpret the symbols spread throughout the story, so that the previously obscured landscape of meaning can become clearer and then understood. Furthermore, Raymond Williams' theory is used to examine the structure of feelings that have not been fully articulated in 1968, but have been expressed in the novel through implicit forms, or symbols that were previously obscured.
The results of this study indicate that the trauma experienced by Saraswati is related to feelings of being belittled as a disabled person, feelings of deep loss of loved ones, and excessive feelings of fear due to the violence of the soldiers who terrorized her during the civil war. All of these feelings are parallel to the feelings experienced by the Minangkabau people after the PRRI upheaval. In addition, the structure of feelings revealed in the novel is the shift in political preferences of the Minangkabau people to new values brought by President Suharto through Sekber Golkar in 1968. By making the banning of the PKI the main factor in the shift, the understanding of the PRRI upheaval which is usually seen as tension between the Central and Regional Governments becomes more inclined to be interpreted as a conflict between communism and Islam in Indonesia.
Kata Kunci : A.A. Navis, sastra trauma, PRRI/A.A. Navis, trauma literature, PRRI