Pusat Literasi Penanganan Perubahan Iklim dengan Pendekatan Hedonistic Sustainability di Kota Banjar
Jean Ridha Abdillah, Dr. Yani Rahmawati S.T., M.T.
2025 | Skripsi | ARSITEKTUR
Tingkat literasi di Indonesia masih
rendah dan stagnan. Studi menunjukkan hanya 0,001% masyarakat memiliki minat
membaca tinggi (UNESCO, 2017), sementara kelompok usia 10-24 tahun memiliki
tingkat membaca terendah (Perpusnas, 2023). Di sisi lain, perubahan iklim
menjadi tantangan global, mendorong komitmen dunia seperti SDGs dan Paris
Agreement. Untuk mengatasi kedua isu ini, literasi iklim hadir sebagai solusi
dalam meningkatkan kesadaran lingkungan dan literasi masyarakat, terutama di
Kota Banjar.
Dengan potensi ekologis Sungai
Citanduy, pusat literasi ini dirancang dengan pendekatan Hedonistic
Sustainability, yaitu konsep yang menekankan keberlanjutan tanpa mengorbankan
kenyamanan dan pengalaman ruang yang menyenangkan. Desain pusat literasi ini
mengadopsi konsep "Flow", di mana ruang-ruang dirancang mengalir
tanpa batas tegas, menciptakan konektivitas antara zona edukasi, rekreasi, dan
ekologi. Zonasi program ruang didesain fleksibel untuk memungkinkan
pembelajaran berbasis pengalaman, sementara tata massa bangunan disesuaikan
dengan kontur tanggul Sungai Citanduy menggunakan sistem terasering dan
elevated platform untuk memitigasi risiko banjir serta meningkatkan hubungan
antara bangunan dan lanskap sekitarnya.
Pusat Literasi Penanganan Perubahan Iklim ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat informasi, tetapi juga memberikan pengalaman yang membentuk kesadaran ekologis. Mengutamakan interaksi manusia, keberlanjutan, dan kenyamanan, proyek ini menjadi contoh bagaimana arsitektur dapat berperan aktif dalam mendukung edukasi literasi iklim serta mendorong keterlibatan masyarakat dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Indonesia’s literacy rate
remains low and stagnant. Studies show that only 0.001% of the population has a
high reading interest (UNESCO, 2017), while the 10-24 age group has the lowest
reading engagement (Perpusnas, 2023). Meanwhile, climate change is a global
challenge, driving international commitments such as the SDGs and the Paris
Agreement. To address both issues, climate literacy emerges as a solution to
enhance environmental awareness and literacy, particularly in Banjar City.
With the ecological potential of
the Citanduy River, this literacy center is designed with a Hedonistic
Sustainability approach, emphasizing sustainability without compromising
comfort and enjoyable spatial experiences. The design adopts the "Flow"
concept, where spaces are seamlessly connected, integrating educational,
recreational, and ecological zones. The zoning program is designed to be
flexible, enabling experiential learning, while the building massing adapts to
the Citanduy River embankment using a terracing system and elevated platforms
to mitigate flood risks and enhance the relationship between the structure and
the surrounding landscape.
This Climate Change Literacy Center functions not only as an information hub but also as an experience that fosters ecological awareness. By prioritizing human interaction, sustainability, and comfort, this project serves as an example of how architecture can actively support climate literacy education while encouraging community involvement in climate change mitigation efforts.
Kata Kunci : Pusat Literasi, Perubahan Iklim, Hedonistic Sustainability, Kota Banjar, Flow