IKLIM DAN PERILAKU KESELAMATAN DI SEBUAH DEPARTEMEN PADA PERGURUAN TINGGI

Dewanda Adhi Candra, Ir. Rini Dharmastiti, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.

2025 | Skripsi | TEKNIK INDUSTRI

Jumlah kecelakaan kerja di Indonesia menunjukkan rata-rata peningkatan 14,77% per tahun dalam 5 tahun terakhir. Meskipun regulasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) telah diterapkan secara nasional, ini tidak menjamin terciptanya budaya keselamatan di tingkat organisasi. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keselamatan kerja adalah iklim keselamatan, yaitu persepsi kolektif karyawan terhadap kebijakan, prosedur, dan praktik keselamatan. Iklim keselamatan berperan dalam membentuk perilaku keselamatan. Selain sektor konstruksi dan perindustrian, terdapat sektor lain yang menjadi perhatian pemerintah dalam pelaksanaan program K3, yaitu sektor pendidikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi karyawan terkait iklim dan perilaku keselamatan guna meningkatkan budaya keselamatan di sebuah departemen pada perguruan tinggi.

Subjek yang digunakan adalah karyawan di sebuah departemen pada perguruan tinggi dengan sampel berjumlah 84 orang. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner The Nordic Occupational Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) untuk mengukur 7 dimensi iklim keselamatan, yaitu prioritas, komitmen, dan kompetensi keselamatan manajemen (X1), pemberdayaan keselamatan manajemen (X2), keadilan keselamatan manajemen (X3), komitmen keselamatan pekerja (X4), prioritas keselamatan pekerja dan penolakan risiko (X5), komunikasi keselamatan, pembelajaran, dan kepercayaan pada kompetensi keselamatan rekan kerja (X6), dan kepercayaan pekerja terhadap efektivitas sistem keselamatan (X7). Perilaku keselamatan diukur dengan instrumen kuesioner yang terdiri dari 2 faktor, yaitu kepatuhan dan partisipasi keselamatan. Tahapan uji yang dilakukan untuk memperoleh hasil dan kesimpulan adalah analisis iklim dan perilaku keselamatan berdasarkan karakteristik demografi dan keseluruhan serta pengujian hipotesis dengan metode Partial Least Square-Structural Equation Model (PLS-SEM).

Berdasarkan hasil yang diperoleh, secara umum persepsi terhadap iklim keselamatan, baik ditinjau dari karakteristik demografi maupun secara keseluruhan, berada pada kategori cukup baik hingga baik. Dimensi iklim keselamatan yang termasuk dalam kategori cukup baik memiliki nilai lebih dari 3, sehingga hanya memerlukan sedikit perbaikan. Dimensi yang memiliki nilai rata-rata terendah adalah dimensi prioritas keselamatan pekerja dan penolakan risiko (X5) dengan rata-rata dan standar deviasi 3,06 ± 0,40. Dimensi iklim keselamatan yang dominan terhadap terbentuknya perilaku keselamatan adalah komunikasi keselamatan, pembelajaran, dan kepercayaan pada kompetensi keselamatan rekan kerja dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,504. Perilaku keselamatan dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan karyawan untuk aktif mempromosikan keselamatan, misalnya dengan adanya program Safety Sharing setiap Senin (3S) dan Safety Conversation Forum.

The number of workplace accidents in Indonesia has shown an average increase of 14.77% per year over the past five years. Although regulations on occupational safety and health (OSH) have been implemented nationally, this does not guarantee the creation of a safety culture at the organizational level. One important factor influencing workplace safety is the safety climate, which is the collective perception of employees regarding safety policies, procedures, and practices. Safety climate plays a role in shaping safety behavior. In addition to the construction and industrial sectors, there are other sectors that the government is focusing on in implementing OSH programs, namely the education sector. Therefore, this study aims to determine how employees perceive safety climate and behavior in order to enhance safety culture within a department at a higher education institution.

The subjects used were employees in a department at a university with a sample size of 84 people. The instrument used was the Nordic Occupational Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) to measure seven dimensions of safety climate, namely management safety priority, commitment, and competence (X1), management safety empowerment (X2), management safety fairness (X3), worker safety commitment (X4), worker safety priorities and risk rejection (X5), safety communication, learning, and trust in coworkers' safety competence (X6), and worker trust in the effectiveness of the safety system (X7). Safety behavior was measured using a questionnaire consisting of two factors, namely compliance and safety participation. The testing stages conducted to obtain results and conclusions were an analysis of safety climate and behavior based on demographic and overall characteristics, and hypothesis testing using the Partial Least Square-Structural Equation Model (PLS-SEM) method.

Based on the results obtained, in general, perceptions of the safety climate, both in terms of demographic characteristics and overall, are in the fairly good to good category. The safety climate dimensions that fall into the good category have a value of more than 3, so they only require minor improvements. The dimension with the lowest average score is the worker safety priority and risk aversion dimension (X5), with an average and standard deviation of 3.06 ± 0.40. The safety climate dimensions that significantly influence the formation of safety behavior are safety communication, learning, and trust in colleagues' safety competencies, with a path coefficient value of 0.504. Safety behavior can be improved by involving employees in actively promoting safety, for example through the Safety Sharing program every Monday (3S) and the Safety Conversation Forum.

Kata Kunci : pendidikan tinggi, iklim keselamatan, perilaku keselamatan, NOSACQ-50