Khittah 1926 dan problematika politik NU dalam era reformasi

ACHADI, Muhamad, Dr. Purwo Santoso

2004 | Tesis | S2 Ilmu Politik

Pada dasarnya khittah 1926 adalah sebuah semangat yang menjiwai organisasi Nahdlatul Ulama (NU) untuk melepaskan diri dari ikatan politik praktis. Keterlibatan NU dalam politik praktis, saat itu, dianggap telah berlebihan sehingga meninggalkan komitmen dasarnya sebagai organisasi sosial kerakyatan. Semangat kembali ke khittah 1926, yang dicetuskan dalam Muktamar di Situbondo 1984, merupakan ruh dan dasar acuan para elite NU dalam menjalankan roda organisasinya. Hampir 20 tahun perjalanan khittah 1926, NU telah menjadi bagian kekuatan civil society yang cukup diperhitungkan di negeri ini. Namun dalam rentang sejarah perjalanan khittah, ruh dan semangat khittah kian kabur seiring kian intensifnya keterlibatan para elite (kiai) NU dalam politik praktis pada era reformasi ini. Dalam prakteknya, semangat kembali ke khittah 1926 mudah sekali dimanipulasi oleh logikalogika yang sifatnya legal-formal, sehingga secara de-jure NU mungkin tidak berpolitik, tapi secara de-facto, gerakan-gerakannya sangat sarat dengan nuansa politik praktis. Kecenderungan organisasi NU dalam politik sebagai akibat keterlibatan yang berlebihan para elite NU dalam dunia politik, menempatkan NU sekedar alat legitimasi dan kendaran politik para elitenya. Khittah memang menjamin warga NU untuk berpolitik, namun sejauh mana praktek politik para elite NU tersebut berimbas pada netralitas NU? Pertanyaan ini tidak pernah dibahas, karena mungkin secara legal-formal para elite NU berdalih tidak menyalahi aturan-aturan formal yang tercantum dalam rumusan khittah 1926. Tapi dilihat dari sisi semangat yang menjiwai khittah 1926, jelas mereka bisa dikatakan berkhianat terhadap NU. Akibatnya, politisasi di tubuh NU terus terjadi, dan dari waktu ke waktu kian tak terkendali. Kenyataan ini menunjukkan bahwa khittah 1926 berada pada situasi krisis yang tidak menguntungkan bagi perjalanan NU ke depan. Eksistensi NU menjadi tidak jelas: antara organisasi sosial-keagamaan dan organisasi politik.

Basically, khittah 1926 is a spirit that motivate Nahdlatul Ulama (NU) to liberate itself from any kind of political ties. At that time, NU’s involment in political matters was too excessive that made this organization had forgotten its basic commitment as social organization. The spirit of returning to khittah 1926 proposed at 1984 Muktamar (general meeting for NU’s member) in Situbondo (East Java) is a spirit and basic reference for NU’s elite leaders to run the organization. After 20 years since NU return to khittah 1926, this organization has been becoming an important part of civil society. But during that time, the soul and spirit of khittah 1926 was eroded. This phenomena became more clear as the reformation era came in which the involment of NU’s elite leaders in politics got more intensive. Practically, the spirit to return to khittah 1926 was easily manipulated by legal-formal logics that made NU de-jure was still apolitics but as de-facto, its movements were very political ones. NU’s involment in politics, as the consequence of NU’s elite leaders involment in politics, finally only placed NU as ligitimation and political instrument for NU’s leaders. Khittah actually gives NU members freedom to do political activities but how far do the involment of NU’s elite leaders in politics have impacts to the neutrality of NU. This question is not already answered because as legal-formal the NU’s elite leaders said they did not violate the formal regulations cited on khittah 1926 formulation. In contrary, if we look from the spirit of khittah 1926 point of view, it is very clear that the NU’s leaders had betrayed to this organization. As consequences, the politisation of NU is still countined and become uncontrolled. This fact indicates that khittah 1926 is in critical situation that brings NU in disadvantage situation in the fiture. The existention of NU is not clear: wheter an social-religius organization or political organization.

Kata Kunci : Politik NU,Khittah 1926,Reformasi,Political problem of NU, reformation era