Liberative dialogue :: A Comparative analysis of the proposals of Paul F. Knitter and Farid Esack for a liberative dialogue of religions and their contribution to Muslim-Christian relation in Indonesia
TANDIRERUNG, Lidya Kambo, Prof.Dr. Gisela Teran Webb, Ph.D
2004 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan AgamaKemiskinan, perbedaan ras, marjinalisasi dan kerban perang merupakm faktor pemicu muncuhiya teologi pembebasan yang menempati beberapa wang dalam wacana teologi pembebasan praksis. Contoh penting yang mendukung wacana ini adalah rnunculnya teologi pembebasan di Amerika Latin dengan isu-isu seperti dominasi kelompok, ekplorasi strata sosial, perbedaan ras dan mcrjinahsasi suku yang sernuanya lebth dikenal dengan istilah ,overty’ atau kemi skinan. Liberation juga menjadi kata kunci dalam pemenuhan harkat dan martabat manusia. Hal ini ðiungkapkan karena tidak ada lagi kemungkirnm untuk mempeijuangkan hak-hak manusia dan penindasan kecuali melalul jalan pembebasan. Peijuangan pembebasan ini telab beijalan selama berabad-abad yang secara siÃiifikan tenis mewarnai dinamika peradaban manusia. Berbagai macam penderitaan yang berupa kemisidnan dan pengucilan dilakukan dengan mengatasnamalarn agama. Kristen dan Islam adalah dua agama besar yang melakukan gerakan pembebasan dengan tetap mengacu path kitab suci masing-masing. Sayangnya, penganut agama seringkali teijerumus ke dalarn pemahaman yang bersifat ekslusif sehingga perjuangan yang dilakukan mengarah kepada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan masing-masing. saja. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dialog pembebasan di Indonesia meskipun. istilah ini sering digunakan dalam berbagai wacana. Dengan mengemukakan dua tokoh besar yang konsem pada kaj ian dialog dan pembebasan, Paul F. Knitter dan Farid Esack, penuli s tidak bermaksud meninggalkan diskusi para sarj ana Indonesia yang. konsern pada bidang ini. Naniun, tentu saja penelitian ini diharapkan berfokus path bagaimana usulan kedua tokoh tersebut serta konsep dasar mereka pada dialog yang berdasarkan pembebasan path level praksis, yang kemungkinan bisa meberikan kontribusi dalam per uangan pembebasan di Indonesia. Oleh karena itti, ada dua kontribusi yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini, yaitu: pertama, kontribusi teoritis dengan menjelaskan pemikiran Paul F. Knitter dan Farid Esack mengenai teologi pembebasan. Kedua, kontribusi contextuaipracacal, yaitu pendekatan pembebasan terhadap hubungan Kristen.Musiim di Indonesia dengan elaborasi tanggungjawab mereka sebagai komunitas keagamaan yang tenis berjuang menghadapi ketidakadilan.
The e,cistence of those considered as poor, nonpersons, marginalizecj and “victims ofthe world†has Iriggered tI emernce of liberation theologies, which occupy a wide space within the discourses of liberanve praxis of religions. An important example is the theology of liberation from Latin America, that was developed based on the existence of those dominated people, exploited social cIasss, despised races and marginalized cultures which arc included in the veiy word of’poverryâ€. Also, liberation became a keyword for gratifying the rights and dignity of . the human being. It voices that there is no single cfrcumstance possible that respects humn dignity except of being liberated from any sort of oppressive power. The struggle for liberation has been flowing significantly from century to century during human civilization. Much of the szffermg b11Icte1 on the poor and margimthzed Es committed in the name of religions. Christians and Muslims, in particular, are two of those world religions’ communities which consider liberation a religiouc call based on the scriptural messages. Unfortune1y, religious people fall sometimes into an exclusive understanding of the struggles they perform as foc the sake of particular religious agenda or mission. Generally, the aim of this reseanth is to recognize the development of liberative dialogue in Indonesia, although this term has not yet been utilized often in the ongoing discourses. By selecting Paul F Knitter and Farid Esak, two proniinent scholars who gives great concerns on dialogue and liberation, we are not abandoning the emergence and discussion of Indonesian scholars concerning dialogue. Indeed, this is intended to focus on how the proposal of Knitter and Esack, their basic concept of dialogue based on the “praxis of liJerationâ€, might contrIbute to the dynamic of liberative struggle in Indonesia. Hence, there are two expected major contributions of this researcK The first is the theoretical contribution which explains the content of the theological thought of Paul F. Knitter and Farid Esack on “libe rciti Ve dialogue of relEgion†and its particular dynamic of development. The second is the contextuaj-prac:ical contribution of such a liberative approach to the Muslim-Christian relation in Indonesia, with particular elaboration to their social responsibility as religious communities struggling against many faces of injustice.
Kata Kunci : Teologi Pembebasan,Solidaritas Umat Beragama, liberative praxis, libe rating hermeneutics, inter-religious solidarity and potential laboratory