Imploded realities, reading Delillo's white noise in the light of Baudrillardian perspectives on American postmodern culture
KURNIANTA, Paulus, Prof.Dr. C. Bakdi Soemanto, SU
2004 | Tesis | S2 Pengkajian AmerikaPenelitian ini dimaksudkan untuk menampilkan perekaman Delillo atas kebudayaan postmodern Amerika yang termuat dalam White Noise. Penelitian ini memcoba melihat lebih jauh realitas macam apakah yang dihadapi oleh tokoh-tokoh Delillo. Dalam membaca teks DeLillo, teks kritis Baudrillard tentang kebudayaan postmodern digunakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Dengan metode itu data dari referensi seperti buku-buku dan artikel dari jurnal maupun internet dapat diperoleh. Untuk menginterpretasikan data yang terkumpul, metode semiotik digunakan. Di samping itu, penelitian ini juga dilakukan dengan pendekatan komparatif atas dunia wacana yang tersusun dari perbedaan-perbedaan kebudayaan. Hasil dari pembacaan yang dilakukan adalah: (a) ada realitas-realitas yang disimulasikan dalam dalam dunia sang tokoh sentral, Jack Gladney. Di objek wisata The Barn (Gudang Pertanian), televisi, dalam Hitler Studies (Pengkajian Hitler), di majalah, radio, evakuasi, supermarker, dan di mall dan bahkan di dalam agama, tanda-tanda menggantikan ‘yang real.’ (b) televisi dan supermarket melahirkan pengalaman-pengalaman hiperreal. Realitas televisi sejauh ini telah mempengaruhi dunia Jack Gladney dalam mempersepsi ‘layar kaca’ sebagai ‘yang real’ dan ‘yang real’ seperti ‘layar kaca.’ Supermarket memberikan nuansa keabadian yang mirip Taman Eden karena segalanya ada dan tersedia, (c) realitas-realitas dalam dunia Jack Gladney, seolah-olah, dicirikan oleh ketidakpastian antara kenampakan dan substansi, aksi-aksi kekerasan dan estetika, kepura-puraan dan dedikasi, yang otentik dan yang palsu, dan antara yang baik dan yang buruk dan sebagainya. Individu tidak memiliki alternatif untuk memilih ataupun untuk melakukan revolusi berhadapan dengan besarnya kekuatan tanda-tanda. Individu menderita kehampaan makna yang akut, bahkan kematian tidak lagi bermakna namun justru menghatui dimana-mana dalam bentuk white noises (semacam sinyal-sinyal kematian) seperti radiasi, gelombang, bocoran bahan-bahan kimia beracun dan obat-obatan. Semua itu terjadi ketika kebudayaan begitu kuat ter-media-sikan, dikonstruksikan oleh penanda-penanda. Baudrillard berpendapat bahwa kondisi ini terjadi di dalam kebudayaan postmodern Amerika ketika utopia modernitas secara radical dimaterialisasikan. Amerika merupakan model modernitas yang sempurna tempat simulasi, simulakra, hiperrealitas dan implosi berlangsung. DeLillo mengisahkan cerita-cerita kecil dari dalam kebudayaan yang ia diami tentang bagaimana individu terkepung oleh dan berhadapan dengan realitas yang terlebur.
This study is designed to reveal Delillo’s recording on American postmodern culture in White Noise. This study examines what kind of reality faced by Delillo’s characters. In reading DeLlillo’s text, Baudrillard’s critical text on postmodern culture is in use. The method of collecting data employed in this study is library research by which the data is gained from references such as books, articles in journals and internet. To interpret the gained data semiotic method is used. Besides, this study is conducted under comparative approach of discursive practices of cultural differences. The results of reading are: (a) there are simulated realities in the world of the central character, Jack Gladney. In The Barn of tourism object, TV, Hitler Studies, magazine, radio, evacuation, supermarket, and mall and even in religion the signs replace the real. (b) TV and supermarket engender hyperreal experience. TV reality so far has influenced Jack’s world in perceiving the screen as real and the real as screen-like. Supermarket gives a sense of eternality, like the Garden of Eden because everything seems in season and available. (c) The realities in Jack’s world, as if, are characterized by undecidability of appearance and substance, violence and aesthetics, pretence and dedication, authentic and false, good and bad etc. Individual has no alternative to choose, and either no power to revolt under the large force of sign. Individual suffers lack of pattern of meaning, even death is not meaningful anymore but haunting ubiquitously in the form of white noises like radiation, wave, toxic spill and drugs . All these happen when a culture is strongly ‘media-ted’, constructed by signifiers. Baudrillard argues that this condition happens in postmodern American Culture when utopia of modernity is radically materialized. America is a perfect model of modernity wherein simulation, simulacra, hyperreality and implosion operate. DeLillo tells mini-stories from within the culture of how individuals are surrounded by and how they confront imploded realities.
Kata Kunci : Amerika Serikat,Kebudayaan Post Modern,White Noise, postmodern culture, signifier, simulation, simulacra, hyperreality and implosion.